Sejarah Xi Kepingan 2 Indonesia Pada Periode Perkembangan Islam

A.    PROSES AWAL PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7: 
1.      Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar ialah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
2.      Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada kala ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
3.      Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di tempat India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
4.      Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
5.      Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
6.      Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis mengambarkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada kekerabatan dengan kaum muslimin Indonesia.
7.      W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
8.      T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam tiba dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).

Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber ini ialah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati aksara Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)

Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
K.F.H. van Langen, berdasarkan info China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada kala ke 13.
Beberapa sarjana barat menyerupai R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada kala ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di tempat Indonesia.

Pembawa Islam ke Indonesia
Sebelum efek islam masuk ke Indonesia, di tempat ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya efek di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke tempat Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan perkembangan islam di tempat Indonesia.
Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, mengembangkan Islam dengan bukti-bukti antar lain:
gesekan kerikil nisan gaya Gujarat.
Adat istiadat dan budaya India islam.
Persia
Para pedagang Persia mengembangkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
Pengaruh pedoman “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain:
Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk mengembangkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka.
munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
China
Para pedagang dan angkatan maritim China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan , mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :
Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
Beberapa makam China muslim.
Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya memakai pendekatan cultural, sehingga terjadi obrolan budaya dan pergaulan social yang penuh toleransi (Umar kayam:1989)

B.    KERAJAAN SAMUDRA PASAI
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, ialah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis perihal kerajaan ini untuk sanggup dipakai sebagai materi kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai, dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta inovasi koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai kesannya runtuh sehabis serangan Portugal pada tahun 1521.

C.    KERAJAAN ACEH
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah bangun di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya ialah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama sebab kemampuannya dalam mengembangkan teladan dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin kekerabatan diplomatik dengan negara lain.

D.    KERAJAAN DEMAK
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak ialah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan gres mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Kerajaan ini tercatat menjadi pencetus penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran sebab terjadi kudeta di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang berdasarkan tradisi didirikan oleh Walisongo.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa), ketika ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak Prawata

E.    KERAJAAN BANTEN
Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah bangun di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke tempat pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa tempat pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta tempat perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari menjadi sentra pemerintahan sehabis Banten menjadi kesultanan yang bangun sendiri.
Selama hampir 3 kala Kesultanan Banten bisa bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten final runtuh pada tahun 1813 sehabis sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa final pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.

F.    KERAJAAN MATARAM
Kerajaan mataram didirikan oleh Sutowijoyo yang bergelar Penembahan Senopati  (1586-1601). Ibukotanya Kota Gede. Penggantinya Raden Mas Jolang. Ia gugur di daerah Krapyak, sehingga disebut penembahan seda krapyak. Raja terbesarnya ialah Raden Mas Rangsang yang bergelar sultan agung hanyokrokusumo (1613-1645).
Sultan agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa dan mengusir kompeni (VOC) dari Batavia. Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, ia berencana menyerang Batavia. Serangan dilancarkan pada agustus 1628 dan September 1629, tetapi gagal. Kegagalan ini sebab :
A.      Kurangnya perbekalan makanan,
B.      Kalah persenjataan,
C.      Jarak Mataram – Jakarta sangat jauh,
D.     Tentara Mataram terserang wabah penyakit.
Sepeninggal Sultan Agung, Matarm mengalami kemunduran dan terpecah. Berdasarkan perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 Matarm dipecah menjadi dua, yakni :
A.   Mataram Barat, yakni kesultanan Yogyakarta, diberikan kepada Mangkubumi dengan gelar Hamengku Buwono I
B.    Mataram Timur, yakni Kesunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III
Selanjutnya berdasarkan Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757, Surakarta dibagi menjadi dua, yakni :
1.    Surakarta Utara diberikan kepada Raden Mas Said dengan gelar Mangkunegara I, kerajaanya dinamakan Mangkunegaran.
2.    Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaanya dinamakan Kasunanan Surakarta

G.    KERAJAAN MAKASSAR
Pada kala ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil, menyerupai Goa, Tallo, Sopeng, dan Bone. Kerajaan besar ialah Goa dan Tallo. Keduanya lebih dikenal sebagai kerajaan Makassar. Puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin (1654-1670)
Pertempuran besar meletus pada 1666 di masa Sultan Hasanuddin. VOC di bawah pimpinan Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari Ambon dan Aru Palaka, Raja Bone. Hasanuddin kalah dan terpaksa menandatangani  Perjanjian Bongaya  pada 18 November 1667. Isinya sangat merugikan rakyat Makassar, yakni :
a.      Wilayah Makassar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka
b.      Kapal Makassar dihentikan berlayar tanpa seizin VOC
c.       Makassar tertutup untuk semua bangsa kecuali VOC dengan hak monopolinya
d.      Semua benteng harus dihancurkan, kecuali benteng ujung pandang yang kemudian namanya diganti menjadi benteng Rotterdam.
e.      Makassar harus mengganti kerugian perang sebesar 250 ribu ringgit.
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang gila menyerupai Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makassar. Karena itu, disusunlah hokum niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping Bicarance Pabbalu’e dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa.

H.    KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
Kerajaan ternate dan tidore terdapat di Maluku. Keduanya sering bersaing dan persaingan makin tampak sehabis datangnya bangsa Barat.
Bangsa Barat yang pertama kali tiba ke Maluku ialah Portugis (1512) yang kemudian bersekutu dengan kerajaan ternate. Kemudian bangsa Spanyol dating pada 1521 dan bersekutu dengan kerajaan tidore. Saat itu tidak hingga terjadi perang. Untuk menuntaskan persaingan Portugis dan Spanyol, pada tahun 1529 diadakan perjanjian saragosa. Isinya Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaanya di Filipina dan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku.
Portugis menderikan benteng Sao Paulo untuk melindungi Ternate dari serangan Tidore. Portugis kemudian memonopoli perdagangan dan terlalu ikut campur urusan dalam negri Ternate. Salah seorang sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun (1550-1570). Walau diadakan negosiasi dengan hasil tenang pada 27 Februari 1570, esok harinya ketika Sultan Hairun tiba ke benteng Sao Pulo, ia justru dibunuh.

Related : Sejarah Xi Kepingan 2 Indonesia Pada Periode Perkembangan Islam

0 Komentar untuk "Sejarah Xi Kepingan 2 Indonesia Pada Periode Perkembangan Islam"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)