Pai Ix Pecahan 4 Imah Kepada Qadha Dan Qadar

A. Pengertian Qada dan Qadar
Qada dan qadar atau takdir berasal dari bahasa Arab. Qada berdasarkan bahasa Arab berarti ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat.

Qada berdasarkan istilah, yaitu ketetapan Allah yang tercatat di Lauh Mahfuz (papan yang terpelihara) semenjak zaman azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak-Nya dan berlaku untuk seluruh, makhluk atau alam semesta. Adapun qadar atau takdir yaitu ketetapan yang telah terjadi.

Dengan kata lain, takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari qada. Hubungan antara qada dan qadar sangat dekat dan tidak sanggup dipisahkan.

Qada yaitu ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka insiden kasatmata itu berjulukan qadar atau takdir.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa memakai kata-kata takdir, padahal yang dimaksud yaitu qada dan qadar. Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq.

1.    Takdir Mubram Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak sanggup diubah atau tidak sanggup diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir mubram antara lain sebagai berikut.

a. Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung. Firman Allah swt yang artinya: "tiap-tiap yang bernyawa akan mencicipi mati sesungguhnya pada hari selesai zaman sajalah disempurnakan pahalamu." (QS Ali Imran: 185)

b. Manusia pasti mempunyai akal, pikiran, dan perasaan.

c. Di alam semesta ini setiap benda bergerak berdasarkan sunatullah. Artinya, segala sesuatu berjalan berdasarkan aturan kekuatan, ukuran, sebab, dan akhir yang telah digariskan Allah.

Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi, insan berbeda kekuatan tenaganya dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang, dan planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai dengan garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.

2. Takdir Muallaq  Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih sanggup diubah melalui perjuangan manusia. Setiap         hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik.

Firman Allah swt. "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. " (QS At Ra'd: 11) RISALAH Jabariah dan Qadariah yaitu dua teladan aliran teologi Islam yang berbeda pendapat dalam menyikapi qada dan gadar.

Jabariah berpandangan ­bahwa insan tidak mempunyai kehendak bebas dalam hidupnya dan segala sesuatu yang terjadi yaitu kehendak Allah swt. semata. Pandang­an ini cenderung membuat hidup sudah ditentukan oleh Allah.

Sebaliknya gadariah berpandangan bahwa Allah memperlihatkan kebebasan pada insan untuk menentukan jalan hidupnya.

Oleh lantaran itu, apa pun yang diperbuat oleh insan yaitu berkat perjuangan dan kemampuannya sendiri serta tidak ada lagi campur tangan Allah di dalamnya.

Dengan demikian, insan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada Allah di akhirat.

Pemahaman semacam ini cenderung membuat seseorang bersikap aktif dan optimis dalam menjalani kehidupannya. Berikut merupakan teladan dari takdir muallaq antara lain sebagai berikut. Hasan dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. la ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Akan tetapi, ia menyadari bahwa penghasilan orang tuanya sangat terbatas sehingga ia mencari cara biar cita-citanya sanggup tercapai. la berguru dengan tekun sehingga meraih prestasi tinggi dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke akademi tinggi.

Di tempatnya kuliah pun, ia masih tetap rajin berguru sehingga is kembali mendapat beasiswa, bahkan ia mendapat tawaran pekerjaan dan posisi yang cukup tinggi. Saat ini ia sanggup hidup lebih layak daripada orangtuanya lantaran is mau mengadakan perubahan, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

B. Dalil Naqli dan Aqli perihal Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar
Dalil naqli yaitu dalil yang diambil dari Al Alquran dan hadis. Banyak sekali dalil mengenai keimanan terhadap qada dan qadar, antara lain sebagai berikut.

1.    Firman Allah swt. "Katakanlah, sesekali-sekali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah orang beriman harus bertawakal." (QS At Taubah: 51)

2.    Firman Allah swt. "Sesungguhnya Kami membuat segala sesuatu berdasarkan ukuran." (QS Al Qamar: 49)

3.    Firman Allah swt. Artinya: "maka apabila telah tiba waktu (yang telah ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka sanggup mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukannya." (QS An Nahl: 61) Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dikatakan bahwa telah diperintahkan kepada Malaikat fibril supaya menulis empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya, dan nasib rugi atau beruntungnya. Adapun dalil aqli yaitu dalil yang diambil dari logika yang sehat. Akal sehat membenarkan adanya insiden di luar kehendak dan perhitungan logika manusia. Akal sehat juga mengakui adanya peraturan, ukuran, undang-undang, sifat, serta aturan alam atau sunatullah yang berlaku bagi alam semesta, umpamanya api bersifat panas, tanah bersifat padat, atau air maritim terasa asin.

Orang yang ingin pandai harus belajar, ingin kaya harus berusaha, dan ingin merdeka harus berjuang. Allah telah membuat ketentuan takdir bahwa untuk mencapai sesuatu harus dengan berusaha, sedangkan ketentuan-ketentuan itu tidak sanggup diubah. Firman Allah swt. "Dan kau sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunah Allah. " (QS Al Ahzab: 62)  "Dan Dia telah membuat segala sesuatu dan Dia memutuskan ukurannya dengan serapi-rapinya " (QS Al Furqan: 2)

C.   Kaitan antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal Takdir sebagaimana telah dijelaskan yaitu takaran, ukuran, ketetapan, peraturan, undang-undang yang diciptakan Allah tertulis di Lauh Mahfuz semenjak zaman azali dan berlaku bagi semua makhluk-Nya.

Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram dimana makhluk tidak diberi peluang atau kesempatan untuk menentukan dan mengubahnya, dan takdir muallaq dimana makhluk diberi peluang atau kesempatan untuk menentukan dan mengubahnya. Ikhtiar yaitu berusaha melaksanakan segala daya dan upaya untuk mencapai sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa Arab, ikhtiar berarti 'memilih'.

Dua pengertian yang berbeda itu tetap mempunyai relasi yang dekat dan merupakan mata rantai yang tidak sanggup dipisahkan. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai kebebasan menentukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ada yang mencari nafkah dengan berdagang, bertani, menjadi karyawan, wirausaha, dan lain sebagainya. Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dalam bahasa Arab, tawakal berarti `mewakilkan', yaitu mewakilkan kepada Allah untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu urusan.

Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa insan hanya mempunyai hak dan berusaha, sedangkan ketentuan terakhir tetap di tangan Allah swt. sehingga apabila usahanya berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan apabila mengalami kegagalan, is tidak akan merasa putus asa.

Pengertian ibarat ini merupakan anutan tawakal yang paling tepat. “Maka apa bila kau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159) Takdir, ikhtiar, dan tawakal yaitu tiga hal yang sulit untuk dipisah-pisahkan.

Dengan kemahakuasaan-Nya, Allah membuat undang-undang, peraturan, dan aturan yang tidak sanggup diubah oleh siapa pun. Sementara itu, insan diberi kebebasan untuk menentukan dan diberi hak untuk bekerja dan berusaha demi mewujudkan pilihannya.

Akan tetapi, setiap insan tidak sanggup dan tidak dibenarkan memaksakan kehendak kepada Allah untuk mewujudkan keinginannya.

Bertawakal bukan berarti bahwa seseorang hanya membisu dan bertopang dagu tanpa bekerja. Orang yang sudah menentukan pilihan dan cita-citanya tanpa mau bekerja, hanya akan menjadi lamunan atau khayalan semata lantaran hal itu tidak akan pernah terlaksana.

Firman Allah swt yang artinya: “Dan bekerjsama seorang insan tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS An Najm: 39) Dalam sebuah hadis yang panjang dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dikisahkan bahwa ketika Khalifah Umar bin Khattab ra. dan pasukannya akan masuk ke negeri Syam dan telah hingga di perbatasan, ada yang memberikan laporan bahwa di negeri Syam tersebut tengah terserang penyakit menular.

Khalifah Umar bin Khattab ra. kesudahannya memutuskan untuk membatalkan ke negeri Syam dan kembali pulang ke Madinah. Abu Baidah berkata pada Khalifah, "Mengapa Anda lari dari takdir Allah?" Khalifah Umar bin Khattab ra. menjawab, "Kami lari dari takdir untuk mengejar takdir pula." Maksud dari pernyataan `lari dari takdir menuju takdir' itu yaitu bahwa mereka menentukan meninggalkan takdir yang jelek menuju pada takdir yang lebih baik. Manusia yang telah diberi fitrah dan pengetahuan untuk sanggup membedakan baik dan jelek pasti akan senantiasa bisa menaati segala kebaikan dan menjauhi keburukan.

Oleh lantaran itu, sebagai penghayatan terhadap keyakinan akan takdir, ikhtiar, dan tawakal, maka kewajiban kita menentukan segala hal yang baik. Adapun ukuran mengenai baik dan buruknya yaitu norma yang tercantum pada Al Alquran dan hadis, senantiasa tekun, bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kemampuan, bertawakal, berdoa, tidak sombong atau lupa diri dan bersyukur apabila berhasil serta tidak berputus asa apabila belum berhasil.

D.   Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar datam kehidupan Sehari-­hari
Islam itu anutan yang tinggi (mulia), bersifat universal, sangat sesuai dengan fitrah, suci, indah, sempurna, dan tidak ada anutan lain yang bisa menandinginya. Salah satu pokok ajarannya ialah keimanan pada qada dan qadar. Setiap muslim dan muslimah wajib beriman bahwa ada qada dan qadar Allah yang beriaku untuk seluruh makhluk-Nya, balk takdir yang menguntungkan dirinya atau sesuai keinginannya maupun sebaliknya. Apa pun kenyataannya, kita harus yakin bahwa di balik setiap takdir yang terjadi pasti mengandung pesan yang tersirat bagi manusia. Di antara fungsi beriman pada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut.

1.  Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran Allah berfirman bahwa segala sesuatu yang diciptakan-Nya sudah diberi ukuran, takaran, sifat, dan undang-undang. Panas matahari tidak bisa membuat air mendidih, tetapi is sangat mempunyai kegunaan bagi kesehatan manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan, selain sebagai alat penerang yang mengalahkan cahaya bulan dan lampu. Bumi, langit, dan isinya diciptakan untuk insan sebagai khalifah. Dengan keyakinan kepada takdir, hendaknya insan man menilik dan mempelajari alam sehingga bisa memanfaatkannya. Bagaimana mungkin insan sanggup memanfaatkan alam jikalau tidak mengetahui sifat, ukuran, sebab­akibat, atau sunatullah? Bagaimana cara memanfaatkan sinar matahari, air terjun, racun, udara, gas, angin, bulu domba, bisa ular, dan lain sebagainya? Dengan yakin pada takdir, maka insan sanggup mempelajari suatu aturan yang pasti sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.

2.    Menghindari Sifat Sombong Dengan beriman kepada takdir, seseorang yang memperoleh sukses besar, meraih jabatan yang tinggi, menjadi penguasa, atau mempunyai harta berlimpah, is tidak akan merasa sombong, melainkan semakin rendah hati lantaran menyadari bahwa sukses yang diperoleh bukan semata-mata hasil usahanya sendiri, kecuali sudah menjadi ketetapan Allah. Tanpa sumbangan dan ketetapan Allah seseorang tidak akan bisa memperoleh kesuksesan itu sehingga ketika mendapatkannya, is justru menjadi tawadu atau rendah hati menyadari akan fasilitas dan keagungan Allah swt. Firman Allah swt yang artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah datangnya dan bila kau ditimpa kemudaratan, maka hanya kepada-Nyalah kau meminta pertolongan." (QS An Nahl: 53) 3.    Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka) Iman kepada takdir mendidik insan untuk berbaik sangka pada ketetapan Allah lantaran apa yang kita inginkan belum tentu berakibat baik, demikian pula sebaliknya.

4.    Melatih Kesabaran Orang beriman pada qada dan qadar akan tetap tabah, sabar, dan tidak mengenal frustasi pada ketika mengalami kegagalan lantaran menyadari bahwa semua sudah ditetapkan oleh Allah. Akan tetapi, bagi orang yang tidak beriman pada takdir, kegagalan menimbulkan stres, putus asa, dan kegoncangan jiwa. Firman Allah swt yang artinya: “Dan jangan kau berputus asa dari rahmatAllah, sesungguhnya tidak frustasi dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir." (QS Yusuf: 87)

5.    Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut Iman pada qada dan qadar akan menumbuhkan sifat pemberani. Semangat dan jiwa seseorang akan bangun lantaran is tidak mempunyai keraguan atau gentar sedikit pun untuk maju. Orang yang beriman itu meyakini bahwa apa pun yang bakal terjadi tidak akan menyimpang dari ketentuan atau takdir Allah.

Sejarah Islam telah mencatat bahwa Khalid bin Walid pada setiap peperangan tampil gagah berani tanpa rasa takut sedikit pun. Akan tetapi, Allah tidak memutuskan bahwa ia wafat di medan perang. la senantiasa diselamatkan nyawanya dan selalu dilindungi oleh Allah sehingga ia sanggup hidup hingga usia tua. Khalid bin Walid wafat di atas pembaringan meskipun terdapat lebih dari 500 bekas luka dalam peperangan.

E.    Perilaku Cerminan Iman Kepada Qada dan Qadar
Beberapa teladan sikap yang mencerminkan keyakinan kepada qada dan gadar, antara lain sebagai berikut.

1. Yakin terhadap qada dan qadar dari Allah lantaran pada hakikatnya qada dan qadar tersebut sangat logis (masuk akal). Apabila kita sulit memahaminya, maka hal tersebut berarti bahwa kita sendiri yang belum mempunyai pemahaman secara menyeluruh mengenai hal tersebut.

2. Pemahaman yang menyeluruh mengenai qada dan qadar akan melahirkan langsung yang mau bekerja keras dalam meraih sesuatu. 3. Allah tidak akan menyalami hukum-Nya (sunatullah) sehingga insan harus yakin akan kekuasaan-Nya atas hidup dan kehidupan manusia.

4. Kita dihentikan sombong apabila kita berhasil meraih sesuatu lantaran semua itu tidak semata-mata atas perjuangan kita sendiri. 5. Tidak boleh frustasi lantaran senantiasa husnuzan pada keadilan Allah.

6. Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dun efisien.

7. Bersyukur apabila memperoleh rezeki apa pun bentuknya dan senantiasa bersabar apabila mendapat ujian atau musibah.

Setelah kita bisa memahami akan qada dan qadar yang merupakan salah satu sendi keimanan umat Islam, kita sanggup mengambil beberapa pesan yang tersirat di antaranya sebagai berikut.

1. Allah telah menggariskan hukum-Nya dalam qada dan qadar. Dengan pemahaman yang benar, kita bisa menjadi langsung yang optimis dengan melaksanakan doa dan ikhtiar serta tawakal.

2. Dengan memahami qada dan qadar, kita tidak akan mempunyai prasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.

3. Kita bisa menyadari bahwa Allah telah membekali insan dengan banyak sekali perangkat untuk kehidupannya. Bila kita bisa menggunakannya dengan baik, tentu hasil yang optimal sanggup kita raih selama hidup di dunia ini.

4. Menyadari bahwa insan diciptakan berbeda-beda dan tentu mempunyai pesan yang tersirat tersendiri, di antaranya untuk saling mengenal dan bekerja sama.

5. Dengan memahami qada dan qadar, kita sanggup menyadari bahwa segala yang diciptakan dan yang terjadi di dunia ini tidak pernah luput dari kekuasaan Allah swt. Oleh lantaran itu, insan tidak pantas untuk berperilaku sombong.

6. Manusia berhak menentukan untuk melaksanakan sesuatu. Dengan kesadaran itu, maka konsekuensi yang akan diterima di alam abadi kelak baik berupa ganjaran nirwana dan neraka menjadi pasti bagi setiap manusia.

7. Keberhasilan atau kesuksesan bukan sebuah khayalan lantaran bila kita mau berusaha, Allah pasti telah membuka jalan-Nya.

8. Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang jelek lantaran masing-masing mempunyai akhir atau konsekuensinya.

9. Menjadi langsung yang tidak pernah berputus asa dan lupa diri apabila menghadapi sesuatu, baik kesenangan maupun kesedihan.

10. Allah tidak pernah menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Oleh lantaran itu, insan tinggal mempergunakan karunia tersebut dengan sebaik-baikny

Related : Pai Ix Pecahan 4 Imah Kepada Qadha Dan Qadar

0 Komentar untuk "Pai Ix Pecahan 4 Imah Kepada Qadha Dan Qadar"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)