Pil PCC, Kegilaan, dan Emosi Kita

Medio September 2017, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh kasus penyalahgunaan Pil PCC di Bengkalis. Dalam kasus tersebut, dua orang dinyatakan meninggal dunia karena overdosis obat yang seharusnya telah dilarang peredarannya. Namun, Pil PCC sangat mudah didapatkan oleh para pelajar, bahkan dengan harga murah. Maka dari itu, pihak kepolisian berusaha mencari motif di balik penyebaran pil PCC di kalangan remaja.
Sumber Gambar: www.facebook.com/wahyu.kokkang

Melihat kasus tersebut, Wahyu Kokkang dalam kartun Clekit edisi Sabtu, 16 September 2017 menggambarkan tentang kondisi orang yang marah-marah. Tokoh 'clekit' terlihat gergetan sementara dua orang lain, satu perempuan dan satu istri clekit saling bercakap-cakap.

Ibu-ibu tetangga (mungkin) menganggap bahwa Clekit mengonsumsi Pil PCC karena bertingkah aneh. Sementara, sang istri dengan muka sangat tenang menjawab bahwa itu karena masalah kondisi kantong di pertengahan bulan (tanggal 16 September) yang seperti akhir bulan.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah, kondisi kantong Clekit sudah kosong, padahal masih peretengahan bulan. Untuk mendapatkan uang, tentu harus menunggu setengah bulan lagi. Itu artinya, Clekit emosi karena tidak punya uang, bukan karena Pil PCC.

Selain menunjukkan kejenakaan, melalui kartun Clekit tersebut, Wahyu Kokkang juga mengkritisi dua hal sekaligus, yaitu:

Penyalahgunaan Pil PCC dan Kondisi Ekonomi yang Sulit. Penggunaan kritikan terhadap dua hal yang sekaligus dalam satu kartun memunculkan kejenakaan tersendiri.

Pesan yang dapat diambil dari kartun di atas adalah, "oke, hidup ini sudah sulit, kita bisa gila tolong lah jangan ditambah sulit lagi dengan mengonsumsi narkoba. Jadi gila beneran baru tau rasa"

Salam Jenaka!

Related : Pil PCC, Kegilaan, dan Emosi Kita

0 Komentar untuk "Pil PCC, Kegilaan, dan Emosi Kita"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)