Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Malas Belajar


Belajar merupakan suatu keharusan bagi setiap orang tak terkecuali untuk kaum lelaki maupun untuk kaum wanita semuanya mempunyai kedudukan dan tanggung jawab yang sama atas dirinya, lantaran hanya dengan cara mencar ilmu seseorang sanggup membuka setiap jendela dunianya.

Banyak sekali kisah seputar dunia pendidikan, salah satunya mengenai duduk kasus penerima didik yang malas untuk belajar. Satu teladan : Ada siswa hanya tiba dan masuk kelas kemudian duduk, namun dikala jam pembelajaran ia enggan menulis atau mengerjakan kiprah atau apapun intruksi dari guru.

Pemandangan menyerupai di atas hampir terjadi setiap harinya, dan bila hal ini terus berlanjut tanpa adanya penanganan khusus dari pihak terkait, bukan tak mungkin lagi bahwa tujuan untuk mencerdaskan anak bangsa ini akan tersendat berjalan di tempat.

Semua permasalahan yang pernah terlihat dan dirasakan oleh anak didik di lingkungan keluarganya akan terbawa ke atas meja mencar ilmu di sekolah. Faktor inilah yang menjadi penyebab terjadinya penurunan daya semangat dalam aktifitas mencar ilmu penerima didik di sekolah.

Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab penerima didik malas belajar, antara lain :

1.  Terjadinya perceraian orang tua

Perceraian merupakan suatu pilihan bila memang sudah mustahil lagi ada ruang celah untuk sanggup menyatukan hati dalam kebersamaan hidup sebuah pasangan suami istri, namun sebelum ini terjadi pikirkan dahulu akan dampaknya bagi si buah hati terutama bila masih kecil.

Bila perceraian orang bau tanah terjadi sedangkan anak masih dalam usia sekolah, ini akan sangat berdampak sekali pada mental dan kondisi psikis anak dan hasilnya akan mengganggu pada tingkat konsentrasi mencar ilmu anak, apalagi jikalau status anak berada dalam asuhan pihak ketiga.

Adegan percekcokan yang kerap kali di pertontonkan didepan mata sang anak, akan menjadikan kondisi hati batin anak menjadi diliputi dengan kesedihan, dan tentu saja keadaan ini akan menghambat anak dalam proses mencar ilmu di dingklik sekolah.

2.  Kurangnya kasih sayang

Kasih sayang ialah sesuatu kebutuhan paling penting bagi anak, bagaimanapun kondisi rumah tangga seseorang baik itu keluarga kategori bisa ataupun kurang bisa bahkan tidak mampu. Bagaimanapaun keadaannya kebutuhan paling pokok bagi anak ialah kasih sayang.

Kasih sayang yang harus diberikan pada anak bukanlah pemenuhan dalam bentuk bahan saja, akan tetapi pemenuhan dalam bentuk kejiwaan dan ini merupakan pemenuhan yang sangat penting bagi anak. Pondasi kejiwaan yang baik yang dipupuk semenjak dini dalam lingkup keluarga akan bisa menahan terpaan badai-badai kehidupan.

Anak yang kurang kasih sayang terutama kasih sayang pihak keluarga, ia akan mencari kasih sayang dari pihak yang lain. Contoh yang sering ditemui ialah anak terjerumus kepada pergaulan bebas, korelasi intim diluar nikah dan obat-obatan terlarang.

3.  Kurangnya perhatian

Anak ialah amanat yang Allah turunkan bagi siapa saja yang sudah menjadi ayah dan ibu, amanat merupakan sebuah titipan dan sebagaimana barang titipan haruslah di rawat dan di jaga sebaik mungkin biar terhindar dari kerusakan.

Sungguh berat memang tanggung jawab orang bau tanah dalam membesarkan anak-anaknya, perasaan ini tentu saja bagi orang yang memahami betul perihal kiprah dan tanggung jawab sebagai orang tua. Karena tidak sedikit orang bau tanah yang membiarkan anak-anaknya tumbuh besar tanpa adanya arahan.

Anak yang kurang mendapat perhatian terutama dari kalangan keluarga, ia akan berusaha mencari perhatian dari pihak yang lain dan Ia akan berbuat sesuatu untuk menarik perhatian itu meskipun itu sesuatu yang kita pandang sebagai perbuatan yang buruk.

4.  Pola asuh yang salah

Kesibukan orang bau tanah kadang menjadi penyebab utama terjadinya keretakan dalam korelasi keluarga, terutama keretakan dalam korelasi antara orang bau tanah dan anak. Biasanya bila hal ini terjadi orang bau tanah akan menitipkan sang buah hatinya kepada pihak ketiga.

Tidak mengapa bila kawasan atau orang yang kita tunjuk sebagai kawasan menitipkan anak itu sesuai dengan prinsip-prinsip pola pendidikan terutama pola pendidikan yang berbasis agama, menyerupai : Pendidikan pondok pesantren dan panti sosial asuhan anak (PSAA) dalam naungan pemerintah.

Anak yang berada dalam lingkungan titipan pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab atas pendidikan sang anak, akan menciptakan sang anak menjalani kehidupan yang bebas tanpa mengenal adanya hukum dan norma yang berlaku baik norma sosial dan norma agama.

5.  Kurangnya motivasi

Gejala kurangnya motivasi sangat berdampak sekali bagi perkembangan pada anak didik, sehebat apapun penyampaian seorang guru dikala memberikan bahan pelajarannya di kelas tidak akan mendapat respon yang konkret dari anak penerima didik yang tidak mempunyai rasa semangat belajar.

Seperti di awal kata disampaikan, bahwa jikalau anak mengalami keadaan menyerupai ini ia akan hanya tiba ke sekolah kemudian masuk kelas dan duduk dan pulang. Sedikit sekali ilmu pengetahuan yang akan ia ingat dan terbawa pulang ke rumahnya.

Anak yang kurang mendapat motivasi terutama pada pelajaran, ia hanya akan menjalani rutinitas harian tanpa makna dan tujuan hidup yang terang ke depannya. Tidak terlintas dalam pikiran mengenai harapan dan harapan, lantaran semua di anggap sudah tidak berarti bagi dirinya.

6.  Kurangnya perbekalan

Kehidupan ini tidaklah gratis, Allah sendiri menunjukkan bekal pada insan menyerupai : matahari, udara dan bumi. semua ini ialah pemberian yang harus di bayar dan diganti dengan kewajiban-kewajiban yang dibebankan pada insan untuk dilaksanakan yakni kewajiban untuk beribadah hanya kepada-Nya.

Tidak ada yang namanya pendidikan gratis, yang adapun itu hanya bahasa kiasan saja dan meskipun ada tidaklah semua bisa meliputi pada kebutuhan anak didik. Contoh ada penerima didik yang sering malas mencar ilmu lantaran disebabkan tidak mempunyai uang untuk beli jajanan.

Sekolah ialah kawasan pergaulan kawasan bercampur baurnya antara satu keluarga dengan keluarga yang lain, dan tentunya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain tidaklah mempunyai kesamaan dalam hal menyerupai : Jumlah pendapatan keluarga dan kelas sosial di lingkungan masyarakatnya.

7.  Memisahkan diri dari pergaulan

Pergaulan mempunyai arti yang cukup luas, lantaran disitu meliputi segala sesuatu yang berafiliasi dengan kebutuhan sosial anak terutama penerima didik. Anak-anak yang berada dalam lingkungan keluarga kurang bisa akan berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Biasanya keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya rasa "rendah diri" pada kondisi kejiwaan anak didik manakala ia berada ditengah-tengah pergaulan dengan bawah umur yang berkategori mampu. Gaya hidup dan sarana perlengkapan anak pada umumnya tidaklah sanggup dinikmati oleh semua  orang dimasa kanak-kanak.

Bagi anak yang tidak mempunyai daya saing, tentu saja bila hal ini tidak sanggup terpenuhi dalam gaya hidup pergaulannya akan mengakibatkan ia menghindari dan memisahkan diri dari pergaulannya, dan ini juga akan mengakibatkan timbulnya rasa malas untuk mencar ilmu dalam benak sang anak.

Itulah faktor Faktor yang menghipnotis siswa malas belajar, yang kesemuanya itu menurut hasil dari pantauan dan evaluasi yang pernah ditemukan di forum pendidikan sekolah.

Related : Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Malas Belajar

0 Komentar untuk "Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Malas Belajar"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)