Kali ini mimin tidak sendirian lagi dikala bersepeda. Grup WA kami yang di dalamnya yakni anggota gowes, ketua grup kami Bung Wawan yang postur tubuhnya tidak tinggi dan berbadan overweight hhe. Piss ya Om Wawan, ini cuma agar Sobat pada tahu yang mana ya Wawan itu hhe.
Sang Ketua mengajak gowes ke Ujung Jaya Sumedang. Di sana ada sobat dari alumni sekolah kami seorang wanita yang sudah menikah yang apabila kami kesana sang tuan rumah sangat-sangat bahagia sekali dihadiri oleh teman-teman yang ganteng seumpama kami hha.
Terkumpullah ada 11 orang yang siap dan gotong royong yang minat lebih dari itu. Yang tidak hadir terkendala dengan kiprah masing-masing yang memang mungkin tidak dapat ditinggalkan. Kami dijanjikan oleh sang ketua nanti bila tiba di sana kita kita ini akan bakar-bakar ikan. Hmmm semua anggota pasti saja tergiur dengan hal itu hehe tergolong saya juga.
Perjalanan kami dimulai dari pukul 06.00 dari titik awal, namun dikala ada di tempat, teman-teman yang lain belum pun keliatan batang hidungnya. Akhirnya kami jalan satu setengah jam kemudian. Pokoknya karet banget deh teman-teman kami ini, diajak happy aja deh dengan peristiwa ini.
Jarak dari kawasan kami ke kawasan tujuan ditempuh sekitar 40 km lebih. Rute dari Gantar-Bantarhuni-Pertigaan Cikamurang-Pertigaan Jalan ke Conggeang-Belok kiri ke arah Ds. Ujung Jaya. Saat perjalanan sobat kami si Sensei gres pertama kali bersepeda dan kesannya sobat yang satu ini keteteran di belakang, memang proses itu tidak pernah mengkhianati hasil hhe. Saya menunggunya di belakang takut ada apa-apa dengan dia. Dan benar saja sobat kami ini berhenti di pinggir dan meminta tukar sepeda dengan saya hmmm. Saya oke saja sebab kasihan pahanya sudah panas katanya. Kita tukeran sepeda hingga tujuan simpulan di Ujung Jaya. Bagi saya tidak masalah, yang penting sobat yang satu ini tidak menjadi beban yang yang lain haha.
Untungnya dalam perjalanan, kondisi langit sedang teduh, bayangkan saja waktu gowes sendiri saya diberi cuaca terik matahari sampai-sampai berkeringat banyak, saking panasnya waktu gowes sendiri pada dikala itu. Dan kini saya bersyukur sebab yang dulunya hutan jati disini terkena kebakaran atau entah dibakat sengaja namun kini hutan jatinya sudah hijau sebab sudah isu terkini hujan.
Kami mengayuh sepeda ditemani gunung Ciremai yang indah dipagi ini. Seakan-akan kami mengejar-ngejar gunung tersebut dalam perjalanan ke Ujung Jaya tersebut.
Kami mengayuh sepeda ditemani gunung Ciremai yang indah dipagi ini. Seakan-akan kami mengejar-ngejar gunung tersebut dalam perjalanan ke Ujung Jaya tersebut.
Tiba di Ujung Jaya
Tiba di Ujung jaya kami memarkirkan sepeda yang berjumlah sebelas sepeda di halaman rumah. Tuan rumah kita namanya Amay, lulusan Univerista di Jakarta yang kini lebih baik kerja kerja keras sendiri di rumahnya. Kami istirahat sejenak dan kami diberikan masakan warung seumpama dadar gulung, risol dan tahu orisinil Sumedang selaku sajian pembuka, untuk sajian khususnya kami mesti bakar ikan dahulu yuhu.
Selesai istirahat sejenak. Kami eksklusif memperabukan ikan yang sudah disiapkan. Ikannya orisinil dari tambak di Indramayu yang sudah di bawa kemarin-kemarin oleh suaminya.
Di antara kami tidak dapat menghasilkan pembakaran. Akhirnya sang suami Mbak Amay pula yang menghasilkan pembakaran hingga menyala. Kami bakar ikan tongkol yang besar besar hhe.
Selesai semua pembakaran ikannya. Kami eksklusif pasang daun pisang di lantai selaku ganjal masakan kita untuk makan. Nasi, sayuran timun, sambal kecap pedas, sambal kacang, tempe, kangkung, dll tergolong sajian khususnya ikan bakar digelar di atas daun pisang. Dengan doa bareng kami makan sajian yang sudah digelar, kami kekenyangan dikala itu, kami tidak rela bila ada masakan yang tersisa, maka saya jalan-jalan dahulu biar masakan yang diperut terisi merata di lambung hehe. Saya teruskan makan kembali namun nasi masih belum habis hmmm. Akhirnya sisa nasi dan lauk dikemas untuk pulangnya.
Setelah makan kami berbaring sejenak sebab kekenyangan. Di antara kami banyak yang ke kamar mandi tergolong saya sendiri, pokoknya lega deh kalo sudah keluar kamar mandi hhe. Selanjutnya kami ngobrol ngalor ngidul pokoknya.
Kami sungguh betah dikala di sini. Berat untuk beranjak dari kawasan ini huhu. Setelah ashar kami mesti pamit terhadap Mbak Amay sebab perjalanan tidak mengecewakan usang takut kemalaman. Kami foto-foto dahulu di depan rumahnya selaku testimoni bahwa kami sudah menginjakkan di bumi terujung Kab. Sumedang ini.
Pokoknya kami berterima kasih terhadap Mbak Amay selaku tuan rumah yang sudah menemukan kami disini dan sudah menampilkan sajian masakan yang melimpah. Terima kasih juga terhadap Bung Wawan yang sudah mengajak mimin kemarih. Ouh iya tuan rumah ini yakni sobat saya sendiri juga, satu sekolah satu level juga cuma saking banyaknya murid jadi kami tidak bersahabat banget cuma sebatas tahu saja. Dulu pun dikala tahun 2011 kami secara tidak sengaja berjumpa denganmbak Amay di Dufan Jakarta, dikala itu doi sedang ngekos tuk kuliah. Kaprikornus enaknya punya sobat banyak ya seumpama ini ya hha bisa saling berkunjung walau lewat mediator orang-orang yang berada di antara kita juga.
Ada peristiwa dikala pulang. Teman kami ingin menjajal jalur lain. Diambillah jalur menuju Buahdua. Saat tanya-tanya ke warga ternyata bila lewat sini nanti kami mesti menempuh jalur yang lebih panjang dan jalanannya pun naik turun.
Akhirnya kami balik tubuh dan kembali ke jalur semula. Bayangkan saja bila kita nekat ke jalan yang tadi pasti saja kami bakal kemalaman di jalan sanca buahdua ihhhh sereeem pokoknya tidak sesuai untuk jalur bersepeda.
Demikian kisah gowes ke Ujung Sumedang yang menyebangkan ini. Salam gowes mania!
Sumber https://namakuprince.blogspot.com
Selesai istirahat sejenak. Kami eksklusif memperabukan ikan yang sudah disiapkan. Ikannya orisinil dari tambak di Indramayu yang sudah di bawa kemarin-kemarin oleh suaminya.
Di antara kami tidak dapat menghasilkan pembakaran. Akhirnya sang suami Mbak Amay pula yang menghasilkan pembakaran hingga menyala. Kami bakar ikan tongkol yang besar besar hhe.
Selesai semua pembakaran ikannya. Kami eksklusif pasang daun pisang di lantai selaku ganjal masakan kita untuk makan. Nasi, sayuran timun, sambal kecap pedas, sambal kacang, tempe, kangkung, dll tergolong sajian khususnya ikan bakar digelar di atas daun pisang. Dengan doa bareng kami makan sajian yang sudah digelar, kami kekenyangan dikala itu, kami tidak rela bila ada masakan yang tersisa, maka saya jalan-jalan dahulu biar masakan yang diperut terisi merata di lambung hehe. Saya teruskan makan kembali namun nasi masih belum habis hmmm. Akhirnya sisa nasi dan lauk dikemas untuk pulangnya.
Setelah makan kami berbaring sejenak sebab kekenyangan. Di antara kami banyak yang ke kamar mandi tergolong saya sendiri, pokoknya lega deh kalo sudah keluar kamar mandi hhe. Selanjutnya kami ngobrol ngalor ngidul pokoknya.
Kami sungguh betah dikala di sini. Berat untuk beranjak dari kawasan ini huhu. Setelah ashar kami mesti pamit terhadap Mbak Amay sebab perjalanan tidak mengecewakan usang takut kemalaman. Kami foto-foto dahulu di depan rumahnya selaku testimoni bahwa kami sudah menginjakkan di bumi terujung Kab. Sumedang ini.
Pokoknya kami berterima kasih terhadap Mbak Amay selaku tuan rumah yang sudah menemukan kami disini dan sudah menampilkan sajian masakan yang melimpah. Terima kasih juga terhadap Bung Wawan yang sudah mengajak mimin kemarih. Ouh iya tuan rumah ini yakni sobat saya sendiri juga, satu sekolah satu level juga cuma saking banyaknya murid jadi kami tidak bersahabat banget cuma sebatas tahu saja. Dulu pun dikala tahun 2011 kami secara tidak sengaja berjumpa denganmbak Amay di Dufan Jakarta, dikala itu doi sedang ngekos tuk kuliah. Kaprikornus enaknya punya sobat banyak ya seumpama ini ya hha bisa saling berkunjung walau lewat mediator orang-orang yang berada di antara kita juga.
Ada peristiwa dikala pulang. Teman kami ingin menjajal jalur lain. Diambillah jalur menuju Buahdua. Saat tanya-tanya ke warga ternyata bila lewat sini nanti kami mesti menempuh jalur yang lebih panjang dan jalanannya pun naik turun.
Akhirnya kami balik tubuh dan kembali ke jalur semula. Bayangkan saja bila kita nekat ke jalan yang tadi pasti saja kami bakal kemalaman di jalan sanca buahdua ihhhh sereeem pokoknya tidak sesuai untuk jalur bersepeda.
Demikian kisah gowes ke Ujung Sumedang yang menyebangkan ini. Salam gowes mania!
0 Komentar untuk "Gowes Sepeda Ke Ujung Jaya"