Manusia hidup bukan hanya dalam keberagaman suku, agama, dan ras, tetapi juga dalam keberagaman masyarakat.
Keberagaman masyarakat di Indonesia sanggup dilihat dari struktur masyarakatnya.
Struktur masyarakat Indonesia berdasarkan Syarif Moeis (2008) ditandai dengan dua ciri atau dua titik pandang.
Pertama, secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, sopan santun istiadat, dan kedaerahan.
Secara vertikal, ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Dalam sosiologi, adanya lapisan dalam masyarakat itu disebut ”Social Strafification" atau biasa disebut dengan kelas sosial.
Adanya perbedaan kelas dalam lapisan masyarakat menjadikan terjadinya penggolongan kelas-kelas secara bertingkat.
Hal itu diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah dengan ditandai oleh adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban individu dan kelompok di dalam suatu sistem sosial.
Dengan demikian, dalam kelas sosial terdapat pengolongan insan secara bertingkat atas dasar kedudukan atau status sosial sehingga menjadikan perbedaan antara hak dan kewajiban.
Selain dilihat dari lapisan masyarakat atau kelas sosial, keberagaman masyarakat ditandai adanya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang mempunyai kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Kelompokkelompok tersebut sanggup berupa kesatuan-kesatuan sosial dan organisasi kemasyarakatan. Adanya kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan-golongan di masyarakat.
Setiap golongan terdiri dari atas dua orang atau lebih yang mempunyai relasi satu sama lain dalam sebuah struktur.
Sebagai negara yang mempunyai keberagaman, adanya penggolongan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia merupakan suatu kewajaran.
Namun, keberadaan golongan-golongan dalam masyarakat sanggup menjadikan terjadinya konflik.
Hal ini sanggup muncul apabila muncul perasaan etnosentrisme yang menganggap hanya kelompok atau golongannya saja yang paling baik dan sempurna, sementera golongan lainnya dianggap banyak mempunyai kekurangan
Keberagaman antargolongan dilarang menjadikan terjadinya perselisihan dan perpecahan di masyarakat.
Adanya keberagaman antargolongan harus menjadi pendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran setiap warga negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa contohnya golongan kelas tinggi membantu golongan kelas rendah. Oleh alasannya yakni itu, ciri golongan tidak ditonjolkan demi kepentingan nasional.
Meskipun berbeda-beda golongan namun seluruh warga negara hidup dalam satu ikatan yang kuat, tanah air Indonesia.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan ciri bangsa Indonesia harus selalu dilestarikan dan dijadikan dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
Keberagaman masyarakat di Indonesia sanggup dilihat dari struktur masyarakatnya.
Struktur masyarakat Indonesia berdasarkan Syarif Moeis (2008) ditandai dengan dua ciri atau dua titik pandang.
Pertama, secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, sopan santun istiadat, dan kedaerahan.
Secara vertikal, ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Dalam sosiologi, adanya lapisan dalam masyarakat itu disebut ”Social Strafification" atau biasa disebut dengan kelas sosial.
Adanya perbedaan kelas dalam lapisan masyarakat menjadikan terjadinya penggolongan kelas-kelas secara bertingkat.
Hal itu diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah dengan ditandai oleh adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban individu dan kelompok di dalam suatu sistem sosial.
Dengan demikian, dalam kelas sosial terdapat pengolongan insan secara bertingkat atas dasar kedudukan atau status sosial sehingga menjadikan perbedaan antara hak dan kewajiban.
Selain dilihat dari lapisan masyarakat atau kelas sosial, keberagaman masyarakat ditandai adanya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang mempunyai kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Kelompokkelompok tersebut sanggup berupa kesatuan-kesatuan sosial dan organisasi kemasyarakatan. Adanya kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk golongan-golongan di masyarakat.
Setiap golongan terdiri dari atas dua orang atau lebih yang mempunyai relasi satu sama lain dalam sebuah struktur.
Sebagai negara yang mempunyai keberagaman, adanya penggolongan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia merupakan suatu kewajaran.
Namun, keberadaan golongan-golongan dalam masyarakat sanggup menjadikan terjadinya konflik.
Hal ini sanggup muncul apabila muncul perasaan etnosentrisme yang menganggap hanya kelompok atau golongannya saja yang paling baik dan sempurna, sementera golongan lainnya dianggap banyak mempunyai kekurangan
Keberagaman antargolongan dilarang menjadikan terjadinya perselisihan dan perpecahan di masyarakat.
Adanya keberagaman antargolongan harus menjadi pendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran setiap warga negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa contohnya golongan kelas tinggi membantu golongan kelas rendah. Oleh alasannya yakni itu, ciri golongan tidak ditonjolkan demi kepentingan nasional.
Meskipun berbeda-beda golongan namun seluruh warga negara hidup dalam satu ikatan yang kuat, tanah air Indonesia.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan ciri bangsa Indonesia harus selalu dilestarikan dan dijadikan dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
0 Komentar untuk "Jelaskan Keberagaman Antargolongan Di Indonesia!"