Taukah kalian bahwa tokoh yang pertama kali menawarkan nama sosiologi yaitu Auguste Comte. Auguste Comte (nama panjangnya Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir pada tanggal 19 januari 1798 di Kota Montpellier di Perancis Selatan (Pickering, 1993: 7).
Berkat jasa-jasanya yang besar dalam meletakkan dasar-dasar ilmu sosiologi, Auguste Comte dianggap sebagai Bapak Sosiologi.
Menurut pemikirannya, sosiologi terdiri atas dua bab penting, yaitu social statistic dan social dynamics.
Sebagai social statistic, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kekerabatan timbal balik antara lembaga-lembaga sosial.
Sedangkan sebagai social dynamics, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan lembaga-lembaga sosial yang ada di tengah tengah masyarakat.
Comte percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada kemajuan kehidupan sosial yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya perihal Teori Tiga Tahap Perkembangan.
Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap anutan insan yaitu:
1. Tahap teologis
Pada tahap teologis ini, insan percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala alam.
Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang mempunyai rasio dan kehendak menyerupai manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk selain insani.
Pada tahap ini masyarakat mempercayai kekuatan Tuhan, Roh, dan Dewa-Dewa
Contoh: Sebagaian masyarakat Indonesia masih percaya denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.
2. Tahap metafisis
Pada tahap ini pengetahuan insan berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip abnormal yang menggantikan kedudukan kuasa-kuasa adikodrati.
Tahap ini sanggup juga disebut sebagai tahap transisi dari anutan Comte.
Tahapan ini bergotong-royong hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis, lantaran di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang lalu dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut dengan alam.
Terjemahan metafisis dari monoteisme itu contohnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis sanggup disimpulkan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.
Pada tahap metafisik insan mempercayai kekuatan alam tanpa pembuktian Ilmiah Manusia belum berusaha untuk mencari alasannya dan akhir gejala-gejala. Contoh: percaya kepada watu besar, pohon, dan lain sebagainya
3. Tahap positif
Tahap positifis yaitu tahap dimana pengetahuan insan berdasar atas fakta-fakta. Pengetahuan faktual yaitu pengetahuan tertinggi kebenarannya yang dicapai manusia. Pada tahap ini insan telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Berkat jasa-jasanya yang besar dalam meletakkan dasar-dasar ilmu sosiologi, Auguste Comte dianggap sebagai Bapak Sosiologi.
Menurut pemikirannya, sosiologi terdiri atas dua bab penting, yaitu social statistic dan social dynamics.
Sebagai social statistic, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kekerabatan timbal balik antara lembaga-lembaga sosial.
Sedangkan sebagai social dynamics, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan lembaga-lembaga sosial yang ada di tengah tengah masyarakat.
Comte percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada kemajuan kehidupan sosial yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya perihal Teori Tiga Tahap Perkembangan.
Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap anutan insan yaitu:
1. Tahap teologis
Pada tahap teologis ini, insan percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala alam.
Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang mempunyai rasio dan kehendak menyerupai manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk selain insani.
Pada tahap ini masyarakat mempercayai kekuatan Tuhan, Roh, dan Dewa-Dewa
Contoh: Sebagaian masyarakat Indonesia masih percaya denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.
2. Tahap metafisis
Pada tahap ini pengetahuan insan berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip abnormal yang menggantikan kedudukan kuasa-kuasa adikodrati.
Tahap ini sanggup juga disebut sebagai tahap transisi dari anutan Comte.
Tahapan ini bergotong-royong hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis, lantaran di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang lalu dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut dengan alam.
Terjemahan metafisis dari monoteisme itu contohnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis sanggup disimpulkan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.
Pada tahap metafisik insan mempercayai kekuatan alam tanpa pembuktian Ilmiah Manusia belum berusaha untuk mencari alasannya dan akhir gejala-gejala. Contoh: percaya kepada watu besar, pohon, dan lain sebagainya
3. Tahap positif
Tahap positifis yaitu tahap dimana pengetahuan insan berdasar atas fakta-fakta. Pengetahuan faktual yaitu pengetahuan tertinggi kebenarannya yang dicapai manusia. Pada tahap ini insan telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
0 Komentar untuk "Apa Saja Tahapan Sosiologi Berdasarkan Auguste Comte?"