Kegiatan berdagang merupakan jenis perjuangan yang dijalankan oleh hampir seluruh umat insan dimuka bumi ini, jenis perdagangan yang berskala besar tentunya akan membutuhkan pinjaman banyak tangan. Oleh lantaran besarnya perusahaan sebagai tempat memproduksi barang atau jasa tentunya akan membutuhkan pinjaman dari para karyawan untuk membantu usahanya itu.
Nasib memang tidak selalu baik, saat laba dari berdagang menghampiri maka untungnya tak tanggung-tanggung mempunyai laba yang berlipat-lipat. tetapi manakala nasib jelek menimpa, maka kerugianpun tak tanggung-tanggung ia akan melipat bahkan hingga terjadinya yang disebut gulung tikar. (merugi).
Nabi Muhammad saw merupakan sosok insan yang dipenuhi dengan suri tauladan (contoh) yang baik, yang harus menjadi rujukan umatnya dikemudian hari. Sosok langsung Nabi Muhammad sangatlah lengkap apalagi jikalau dilihat dari aneka macam jenis perjuangan yang pernah dijalani oleh dia semasa hidupnya semenjak kecil hingga dewasa, dari mulai bagaimana cara mengembala kambing, cara bertani dan cara berdagang.
Para sejarah menulis wacana keberhasilan Nabi Muhammad saw dalam menjalani usahanya yaitu dalam jenis perjuangan dalam berdagang. Kegiatan berdagang yang pernah dia jalani merupakan puncak keberhasilan dia dalam berusaha, bahkan dengan laba yang pernah dia dapatkan itu dia melamar hingga menikahi Siti Khadijah ra seorang janda kaya raya yang berpengaruh.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai duduk perkara ijab kabul nabi Muhammad saw menikahi Siti Khadijah ra, namun yang terperinci biaya pernikahannya itu diperoleh dari hasil perjuangan dia yang memang kebetulan waktu itu dia mengambil barang dagangannya itu dari Siti Khadijah seorang saudagar kaya.
Setiap kali Nabi Muhammad saw pulang dari acara berdagang, dia selalu pulang dengan tangan penuh, yakni dengan membawa hasil laba yang besar tak pernah merugi dari barang yang dijualnya itu. Karena hal inilah yang menciptakan Siti Khadijah merasa bahagia bahkan tertarik hati kepada Nabi Muhammad saw.
Kita tentunya menjadi penasaran, bagaimana caranya dia dalam usahanya berdagang sehingga selalu berhasil dengan meraih laba yang besar berlipat-lipat itu. yuk kita intip caranya :
1. Menjual Barang Yang Dibutuhkan
Nabi Muhammad saw bukanlah seorang pedagang semacam pedagang eceran kecil yang hanya mojok di suatu tempat, tetapi dia yaitu seorang pedagang lintas negara jikalau kini masuk kategori ekspor impor antar wilayah negara. Karena zaman dulu belum ada kendaraan semisal mobil, maka kendaraan yang umum digunakan yaitu jenis hewan ibarat Unta dan Kuda.
Biasanya sebelum Nabi Muhammad saw memutuskan untuk pergi ke suatu wilayah untuk menjual barang dagangannya dia suka mencari-cari gosip dulu mengenai apa saja barang yang paling diharapkan oleh masyarakat di kawasan tujuannya itu, jadi tidak sembarangan membawa barang dagangan dalam artian tidak asal membawa jenis barang dagangan.
Sering terjadi seorang pedagang membuang barang dagangannya lantaran di anggap sudah tidak laku, gotong royong bukan tidak laris tetapi kurang diharapkan di kawasan itu lantaran di kawasan itu sudah ada banyak barang tersebut balasannya barang tersebut menjadi kurang diharapkan di tempat itu, mungkin lain ceritanya bila barang tersebut di jual di kawasan yang lain yang masih jarang ada barang itu barangkali ceritanya akan jauh berbeda dengan kawasan tersebut.
Sering terjadi seorang pedagang membuang barang dagangannya lantaran di anggap sudah tidak laku, gotong royong bukan tidak laris tetapi kurang diharapkan di kawasan itu lantaran di kawasan itu sudah ada banyak barang tersebut balasannya barang tersebut menjadi kurang diharapkan di tempat itu, mungkin lain ceritanya bila barang tersebut di jual di kawasan yang lain yang masih jarang ada barang itu barangkali ceritanya akan jauh berbeda dengan kawasan tersebut.
2. Menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Barang
Hal ini sedikit sekali dilakukan dikalangan para pedagang yang mau melaksanakan itu, dikarenakan dalam benak pikiran kita kadang yang terlintas hanyalah sebuah laba semata, dan tidak mau adanya kerugian. Tidak sedikit dikalangan pembeli merasa kecewa lantaran kualitas barang yang dibelinya itu tidak sesuai dengan kualitas yang telah dibicarakan.
Rasulullah saw memperlihatkan barang dagangannya selalu menyampaikan kelebihan dan kekurangan barang itu, semisal barang ini harganya sekian (murah) lantaran kualitasnya begini dan begini, dan yang itu harganya sekian (mahal) lantaran kualitas barangnya begini dan begini.
Bukanlah suatu malu bila kita menjelaskan kekurangan barang yang akan kita jual, akan tetapi justru hal tersebut akan menambah rasa kepercayaan para calon pembeli kepada kita.
Bukanlah suatu malu bila kita menjelaskan kekurangan barang yang akan kita jual, akan tetapi justru hal tersebut akan menambah rasa kepercayaan para calon pembeli kepada kita.
3. Tidak Terlalu Mementingkan Merek (Branding)
Setiap jenis barang tentunya mempunyai asal dari mana asal barang itu dibentuk dan mempunyai nama merek, ibarat kini ini misal jenis Smartphone banyak sekali jenis dan nama mereknya, tapi tentunya pembeli akan mencari nama merek smartphone yang berkualitas berdasarkan ukurannya dan harganyapun berbanding lurus dengan merek yang lagi animo tersebut.
Nabi Muhammad saw lebih mengutamakan branding langsung (self branding), maksudnya dia lebih menekankan penjualan kepercayaan pembeli pada diri dia sendiri saat berdagang, ketimbang menjual dengan merek-merek barang dagangan tersebut itu. Secara otomatis bila para pelanggan (pembeli) itu telah percaya kepada si pedagang tersebut, maka apapun barang dagangannya akan gampang dibelinya alasannya yaitu dalam hati pembeli sudah tertanam kepercayaan pada si pedagang itu.
Bahkan kadang kita perhatikan ada seorang pembeli yang saat selesai mengambil membeli barang kebutuhannya itu sering menyampaikan : Ambil saja kembaliannya itu! kejadian ibarat ini menandakkan sudah terjalin adanya rasa suka dan percaya pada si pedagang tersebut.
Dikehidupan kasatmata sekarangpun saat misal kita bermaksud membeli sebuah sabun, pedagang sabun itu kan banyak dan sama mereknya tetapi kenapa kadangkala kita malah mencari pedagang sabun yang lain meski jaraknya cukup jauh dari tempat kita.
4. Murah Hati
Murah hati yang dimaksud disini yaitu tidak terlalu menekankan laba semata, berbeda dengan kita selalu menekankan kepada laba yang berlebih dan bahkan laba atau kelebihan harga barang yang kita jual itu harganya jauh melebihi dari harga asal dan tentunya hal ibarat ini akan memberatkan si pembeli.
Bila harga jual terlampau tinggi maka secara otomatis si pembeli akan berusaha mencari pedagang lain yang lebih murah, dan hal ini sangat manusiawi terjadi dikehidupan kita. Akibatnya bila harga terlampau tinggi secara perlahan omzet penjualan dan para pelangganpun akan berkurang dan hal ini akan berdampak jelek pada bisnis perjuangan yang sedang kita jalankan.
Meskipun tidak ada larangan berapa kelebihannya atau mau berapapun harga jual barang tersebut yang penting laku, namun kemurahan hati seorang pedagang haruslah hadir ditengah-tengah itu. Bila memang sudah ada selisih harga barang dari pembelian dan penjualan dengan harga keumuman maka hal itu lebih pantas dilakukan, lantaran hal tersebut bisanya sanggup mendatangkan lebih banyak pelanggan dan omzet penjualan dengan sendirinya akan meningkat.
Sebuah rumus sederhana perdagangan yang cukup terkenal dilakukan dikalangan pedagang yaitu : sedikit kali banyak
Itulah barangkali pembahasan mengenai cara berdagang ala Nabi Muhammad saw yang pernah terekam dan terabadikan yang akhirnya sampailah kepada kita. Mungkin ada cara lain yang pernah Rasulullah saw yang belum kita ketahui seluruhnya.
Yang benar hanya dari Allah swt yang salah itu berdasarkan kekeliruan penulis.
Dari aneka macam sumber
Wallaahu a'lam
Yang benar hanya dari Allah swt yang salah itu berdasarkan kekeliruan penulis.
Dari aneka macam sumber
Wallaahu a'lam
0 Komentar untuk "Cara Berdagang Ala Nabi Muhammad (Rasulullah Saw)"