Tuhan (Allah) sang maha kaya telah membuat banyak makhluk hidup beserta bahasanya masing-masing, entah berapa jumlah bahasa yang ada di dunia kini ini. Bahasa insan dari satu wilayah negara saja sudah banyak perbedaan, apalagi dari seluruh negara di dunia.
Kewajiban untuk berguru mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan sangat ditekankan untuk seluruh manusia, lantaran Tuhan (Allah) tidak serta merta membekali insan semenjak lahir pribadi pandai begitu saja dalam memahami segala sesuatu perihal dunia ini.
Salah satu pelajaran yang kurang mendapat perhatian yakni pelajaran bahasa, yang dimaksud bahasa disini yakni mempelajari ilmu bahasa yang membahas mengenai struktur tata bahasa yang benar, ejaan yang benar, gaya bahasa disertai adab-adab peruntukan bahasa.
Apapun bidangnya bahasa kita sangat menentukan, dengan bahasa orang lain sanggup mengenali siapa kita dan apa maksud kita. Coba saja bila seorang pengajar masuk kelas kemudian hanya duduk dikursi dan tidak berbicara, tentu ilmu pelajaran tidak akan tersampaikan.
Mengulang kalimat di atas : Dengan bahasa orang lain sanggup mengenali siapa kita dan apa maksud kita. Tentu semua bisa faham di sini, alasannya kemulyaan seseorang sanggup terpancar dari tutur gaya bahasanya dan keburukan seseorang terpancar pula dari gaya tutur bahasanya.
Sebagai tumpuan : Ada seorang motivator kelas dunia tanpa lengan dan kaki yang berjulukan Nick Vujicic, begitu sangat dihargai. Ia berkeliling dunia dan di undang atas dasar lantaran ia mempunyai kelebihan dalam gaya tutur bahasa yang bisa membangkitkan semangat orang lain.
Nick Vujicic bukanlah seorang pejabat yang punya kedudukan, namun kenapa begitu sangat dihargai oleh orang banyak, lantaran dengan tutur bahasa lisannya yang lembut serta menyejukkan hati disetiap pendengaran yang mendengarnya bisa membuat orang lain merasa nyaman erat dengannya.
Sebagai makhluk sosial tentunya saling membutuhkan antar satu dengan yang lainnya, yang menjadi ciri khas dari makhluk sosial yakni ketika kehadirannya sanggup memperlihatkan manfaat bagi orang lain dan tidak membuat perselisihan yang berarti.
Penomena media umum kini ini sudah menjadi belahan dari perkakas yang bisa menyayat dan mengkoyak-koyak perasaan orang lain, bagaimana tidak! cacian dan hinaan antar sesama saudaranya seolah sudah menjadi hal yang biasa terjadi.
Sebagai insan yang beriman, tentunya jangan hingga tutur bahasa verbal yang kita tulis atau kita lontarkan itu tidaklah membuat ukiran yang sanggup membuat cedera hati sesama. Tuhan (Allah) melalui ayat-ayatnya telah memperlihatkan garis-garis pembatas supaya kita tidak keluar dari garis itu.
Banyak perkara yang terjadi menjerat akhir ulah pribadinya sendiri, semisal akhir sebuah goresan pena penghinaan terhadap orang lain dan pencemaran nama baik. Tajamnya verbal dan goresan pena meskipun sudah terlewat atau dihapus meskipun sudah berapa usang waktunya akan tetap membekas.
Kenapa kita diharuskan untuk bertakwa? lantaran untuk menolong kita sendiri, lantaran dengan adanya ketakwaan itulah hidup menjadi senantiasa berhati-hati dalam setiap melangkah, berhati-hati membuat kebijakan dan berhati-hati menjaga perasaan sesama manusia.
Kita boleh-boleh saja semaunya melaksanakan sesuatu dan berbicara sesuatu, namun harus siap dengan segala akhir yang akan timbul dari akhir perbuatan kita itu. Kehidupan hanya sebentar semua urusan (amanah) yang kita pegang akan dilepaskan kembali pada sang pemilik urusan.
Allah swt berfirman dalam Al Quran, yaitu :
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Qs. Al Ankabut : 45
Sampai dikala ini kita belum mengetahui praktik ibadah shalat yang bagaimanakah yang akan bisa mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Pandangan mata ini yang sudah kabur atau lantaran asap yang menyelimuti sehingga sudah tak bisa lagi membedakan mana mitra mana lawan.
Perselisihan barangkali sudah menjadi sunatullah terjadi di antara sesama makhluk manusia, untuk menjadi lahan usaha mendapat pahala di sisi Tuhan (Allah) swt. Tapi bagaimana bila perselisihan itu terjadi ditengah-tengah kita yang mengaku sebagai sesama saudara (seiman) dengan kita.
Penggunaan tutur bahasa yang baik sanggup menularkan virus kebaikan lagi, begitupun memakai tutur bahasa yang jelek sanggup mengakibatkan virus keburukan kembali. Dampak baik dan imbas jelek akhir ulah bahasa yang kita keluarkan semuanya akan kembali dikembalikan kepada diri kita.
Jika memang kemulyaan itu sanggup diraih melalui sebuah kedudukan, tentunya raja firaun dan namrud sudah mendapatkannya lantaran mereka sudah menyebut diri mereka sebagai Tuhan dan memaksa semua orang untuk tunduk kepadanya.
Jika memang kemulyaan itu sanggup diraih dengan ilmu pengetahuan, tentunya Iblis dari golongan jin lebih pandai dan pantas mendapatkannya. Tetapi kenapa itu semua hanya mengakibatkan mereka mahkluk yang terhina disisi Tuhan dan manusia.
Tutur bahasa verbal dan goresan pena merupakan cerminan dari kedalaman isi hati, dan cermin yang ada di dalam hati itu berawal dari citra yang pernah dilihat oleh mata, didengar oleh pendengaran dan dibaca oleh mata yang kemudian disimpan didalam hati.
Hal apa saja yang sudah tersimpan di dalam hati sewaktu-waktu niscaya akan keluar dan dikeluarkan kembali, Allah swt telah membekali insan dengan logika pikirannya, dan dengan logika inilah semua data yang pernah dimasukan kedalam otak pikiran itu akan diproses dan di olah sebelum dikeluarkan.
Akal pikiran seseorang yang senantiasa dipupuk dengan pupuk kebaikan-kebaikan, maka ketika mengeluarkan buah pikirannya itu akan selalu berbuah manis. Berbeda halnya dengan logika pikiran yang senantiasa dimasuki dengan hal-hal keburukan tentu risikonya tidak berbeda jauh.
Apa-apa yang kita masukan kedalam logika pikiran tergantung ada dimana kita, siapa teman kita dan ada di kelompok mana kita berada. Pergaulan merupakan cara ampuh untuk menularkan semua wangsit dan gagasan, dengannya akan sangat gampang meresap menyerupai tanah kering yang terkena air.
Mulutmu yakni Harimaumu sebuah pepatah yang akan infinit sepanjang masa sepanjang ada kehidupan, ia akan menghampiri bagi siapa saja orang yang sedang lengah maka disaat itulah ia akan menerkam kembali kepada pemiliknya.
0 Komentar untuk "Kata Pepatah : Mulutmu Ialah Harimaumu"