Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 atau 17 Agustus 2605 berdasarkan tahun Jepang, dimana teks proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para cowok kembali ke rumah masing-masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi sesudah teks proklamasi selesai di rumuskan dan di sahkan (Perumusan dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda).
Saat itu melalui jasus nya Jepang mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, oleh alasannya ialah itu tentara Jepang memblokade lapangan Ikada.
Barisan Muda pun telah ramai berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks proklamasi.
Pemimpin Barisan Pelopor (Sudiro), juga tiba ke lapangan Ikada dan menyaksikan pasukan Jepang bersenjata lengkap telah memblokade lapangan Ikada. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi (Kepala Keamanan Bung Karno).
Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari lapangan Ikada ke rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai didatangi oleh massa, menjelang pembacaan teks proklamasi.
Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan dari tentara Jepang, dalam melakukan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman.
Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo (Wakil Walikota Jakarta) meminta kepada Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan beberapa pengeras bunyi ke toko elektronik milik Gunawan.
Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno, S. Suhud, untuk mencari tiang bendera.
Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan bambu tersebut di erat teras, kemudian ia memberi tali sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera.
Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera tersebut masih belum standar menyerupai ukuran bendera sekarang.
Saat itu para cowok mengiginkan semoga pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan alasannya ialah mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia.
Mereka mendesak Muwardi semoga mengingatkan Ir. Sukarno semoga segera melakukan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak bila harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta.
Ketegangan pun terjadi karena Muwardi terus mendesak Sukarno untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta.
Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta tiba dan eksklusif mendampingi Sukarno untuk segera melakukan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pelaksanaan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang kini menjadi jalan Proklamasi).
Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesuai janji yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno.
Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain ialah sebagai berikut:
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi arahan siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan perilaku sempurna.
Suasana menjadi sangat tenang ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula.
Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sesudah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih.
Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. ketika itu Suhud bertugas mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan pemberian Latief Hendraningrat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang tiba bantu-membantu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih program dilanjutkan sambutan dari Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, menyerupai Mr. Latuharhary, Sukarni, Ibu Fatmawati, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr. Samsi,.
Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang kini menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan kejadian dalam sejarah kami yang paling penting.
Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah impian kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir ketika ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan sanggup berdiri dalam kekuatan.
Oleh alasannya ialah semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan bunyi lingkaran beropini bahwa kini telah tiba waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.
Jadi, Saudara-saudara!
Kita kini sudah bebas!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai ketika ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan awet independen. Semoga Tuhan memberkati dan menciptakan kondusif kemerdekaan kita ini!
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Salah satu hambatan / persoalan utama sesudah terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah penyebaran gosip atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru indonesia dan dunia.
Hal ini dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang cowok Indonesia.
Penyebaran gosip kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri sanggup dilakukan dengan gampang dan cepat. Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara).
Ia mendapatkan naskah tersebut dari seorang wartawan berjulukan Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz semoga menyiarkan ke seluruh penjuru indonesia ihwal kemerdekaan ini.
Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat hal tersebut dan menyampaikan bahwa hal yang disiarkan ialah hal yang keliru.
Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor gosip Domei disegel dan karyawannya tidak boleh masuk. Namun, seorang wartawan berjulukan Jusuf Ronodipuro menciptakan pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.
Penyebaran gosip kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak hal yang dilakukan oleh para cowok dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan.
Mereka juga memasang plakat, maupun menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong kereta api contohnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..
Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan tempat yang hadi pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka ialah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.
Usaha dan usaha para cowok dalam penyebarluasan gosip proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran.
Hampir semua harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat gosip proklamasi kemerdekaan indonesia dan UUD Negara Republik Indonesia.
Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis gosip proklamasi. Beberapa tokoh cowok yang berjuang melalui media pers antara lain Sayuti Melik,
Sumanang dan B.M. Diah. Melalui banyak sekali cara dan media tersebut, alhasil gosip Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sanggup tersebar luas ke penjuru Indonesia dan terdengan di seluruh dunia.
Dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin nasional dan para cowok kembali ke rumah masing-masing guna menyiapkan penyelenggaraan pembacaan teks proklamasi sesudah teks proklamasi selesai di rumuskan dan di sahkan (Perumusan dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda).
Saat itu melalui jasus nya Jepang mengetahui rencana pembacaan proklamasi dan mengira bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, oleh alasannya ialah itu tentara Jepang memblokade lapangan Ikada.
Barisan Muda pun telah ramai berdatangan menuju lapangan Ikada dalam rangka menjadi saksi pembacaan teks proklamasi.
Pemimpin Barisan Pelopor (Sudiro), juga tiba ke lapangan Ikada dan menyaksikan pasukan Jepang bersenjata lengkap telah memblokade lapangan Ikada. Sudiro kemudian melaporkan keadaan itu kepada Muwardi (Kepala Keamanan Bung Karno).
Sudiro pun kemudian mengetahui bahwa pembacaan proklamasi dipindah dari lapangan Ikada ke rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Saat itu, halaman rumah Sukarno mulai ramai didatangi oleh massa, menjelang pembacaan teks proklamasi.
Dr. Muwardi mengutus Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara dan untuk mengantisipasi gangguan dari tentara Jepang, dalam melakukan pengamanan Latief Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman.
Suasana halaman rumah Sukarno, terlihat sangat ramai. Suwiryo (Wakil Walikota Jakarta) meminta kepada Wilopo untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Wilopo kemudian meminjam mikrofon dan beberapa pengeras bunyi ke toko elektronik milik Gunawan.
Kemudian Sudiro (Pemimpin Barisan Pelopor) mengutus Komandan Pengawal rumah Sukarno, S. Suhud, untuk mencari tiang bendera.
Suhud kemudian memperoleh sebatang tiang bambu dari belakang rumah, dan menancapkan bambu tersebut di erat teras, kemudian ia memberi tali sebagai kelengkapan untuk pengibaran bendera.
Di sisi lain, Fatmawati (Istri Sukarno) mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangannya sendiri. Ukuran bendera tersebut masih belum standar menyerupai ukuran bendera sekarang.
Saat itu para cowok mengiginkan semoga pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan alasannya ialah mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia.
Mereka mendesak Muwardi semoga mengingatkan Ir. Sukarno semoga segera melakukan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak bila harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta.
Ketegangan pun terjadi karena Muwardi terus mendesak Sukarno untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta.
Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta tiba dan eksklusif mendampingi Sukarno untuk segera melakukan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pelaksanaan Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang kini menjadi jalan Proklamasi).
Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesuai janji yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno.
Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain ialah sebagai berikut:
- Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
- Pengibaran bendera Merah Putih.
- Sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi arahan siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan perilaku sempurna.
Suasana menjadi sangat tenang ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula.
Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sesudah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan selesai, maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih.
Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. ketika itu Suhud bertugas mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan pemberian Latief Hendraningrat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang tiba bantu-membantu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih program dilanjutkan sambutan dari Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, menyerupai Mr. Latuharhary, Sukarni, Ibu Fatmawati, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono, Ny. S.K. Trimurti, dan dr. Samsi,.
Pidato Ir. Soekarno Pada Saat Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang kini menjadi jalan Proklamasi). pembacaan nya sendiri dilakukan oleh Ir. Soekarno, Berikut Teks pidato proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Ir. Soekarno:
Saudara-saudara sekalian!
Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan kejadian dalam sejarah kami yang paling penting.
Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah impian kami.
Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah hadir ketika ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan sanggup berdiri dalam kekuatan.
Oleh alasannya ialah semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan bunyi lingkaran beropini bahwa kini telah tiba waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.
Jadi, Saudara-saudara!
Kita kini sudah bebas!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai ketika ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan awet independen. Semoga Tuhan memberkati dan menciptakan kondusif kemerdekaan kita ini!
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Salah satu hambatan / persoalan utama sesudah terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ialah penyebaran gosip atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru indonesia dan dunia.
Hal ini dikarenakan luas Indonesia yang sangat luas, ditambah dengan ketersediaan alat komunikasi yang belum memadai. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat juang cowok Indonesia.
Penyebaran gosip kemerdekaan di Pulau Jawa sendiri sanggup dilakukan dengan gampang dan cepat. Naskah proklamasi pada hari itu juga telah tiba di tangan Kepala Bagian Radio dari kantor Domei (sekarang radio Antara).
Ia mendapatkan naskah tersebut dari seorang wartawan berjulukan Syahruddin. Kemudian Syahruddin mengutus F.Wuz semoga menyiarkan ke seluruh penjuru indonesia ihwal kemerdekaan ini.
Akibat dari penyiaran kemerdekaan indonesia tersebut, komandan tentara Jepang di Jawa meralat hal tersebut dan menyampaikan bahwa hal yang disiarkan ialah hal yang keliru.
Puncaknya, pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor gosip Domei disegel dan karyawannya tidak boleh masuk. Namun, seorang wartawan berjulukan Jusuf Ronodipuro menciptakan pemancar radio baru, dari sinilah usaha untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia terus dilakukan.
Penyebaran gosip kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas melalui udara saja. Ada banyak hal yang dilakukan oleh para cowok dalam usaha untuk menyebarluaskan kemerdekaan.
Mereka juga memasang plakat, maupun menuliskan slogan-slogan kemerdekaan berupa coretan di dinding dan gerbong kereta api contohnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!)..
Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan tempat yang hadi pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka ialah A.A Hamidan dari Kalimantan, T.Muhammad Hasan dari Aceh, Ketut Pudja dari Bali dan Sam Ratulangi dari Sulawesi.
Usaha dan usaha para cowok dalam penyebarluasan gosip proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran.
Hampir semua harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat gosip proklamasi kemerdekaan indonesia dan UUD Negara Republik Indonesia.
Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang menulis gosip proklamasi. Beberapa tokoh cowok yang berjuang melalui media pers antara lain Sayuti Melik,
Sumanang dan B.M. Diah. Melalui banyak sekali cara dan media tersebut, alhasil gosip Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sanggup tersebar luas ke penjuru Indonesia dan terdengan di seluruh dunia.
Sumber
Gambar
- https://edu.paperplane-tm.site/search?q=sejarah-lengkap-proklamasi-kemerdekaan
Gambar
- https://edu.paperplane-tm.site/search?q=sejarah-lengkap-proklamasi-kemerdekaan-user-select: none; -o-user-select:none; user-select: none; }
0 Komentar untuk "Materi Cpns Wacana Proklamasi Kemerdekaan"