Ini ialah pengalaman pribadi. Kami berdua menikmati malam yang indah di kota Bandung. Bintang-bintang berkelip indah di langit, di saat itu cuaca yang sungguh baik, langit terlihat terang.
Berawal dari stasiun Bandung kami hendak berlangsung menuju mesjid agung. Kami bertujuan bermalam untuk tidur di alun-alun Bandung tepatnya di mesjid agung. Kami dari stasiun jalan kaki saja. Saat
kami melalui jalan otista dimana pasar gres berada, nampak di depan kami seorang perempuan penghibur sedang mencari pelanggannya dengan melambai-lambaikan tangannya ke pengendara yang melewatinya. Kami bergidik takut dengan perempuan tersebut (kepedean: beliau juga takut dengan kita kali haha). Bahkan di setiap jalan utama pun kami nyaris mendapati wanita-wanita malam. Sungguh panorama yang tidak biasa bagi kami.
Gambar: Terik di saat siang hari |
Perut telah terisi kami teruskan menuju mesjid dengan berlangsung kaki, tidak mengecewakan bersahabat dari kami nongkrong menuju ke sana cuma berjarak 50 meter saja. Saat kami hingga di halaman mesjid, di selasar luar mesjid telah banyak insan yang bergelimpangan. Mereka semua para hadirin juga yang bermalam di mesjid ini. Pihak mesjid tidak diperkenankan untuk tidur di dalam mesjid. Di perbolehkan cuma di teras selasar luar saja. Kami mencari selasar yang agak lapang, kami sanggup selasar di sebelah utara mesjid, tidak mengecewakan lah untuk istirahat saja.
Hal udik yang saya alami saya tidak menjinjing jaket, banyak di samping kanan-kiri kami tidur beralaskan koran atau dus. Kami berdua cuma beralaskan lantai, permulaan pukul sebelas malam suhu masih sedikit agak hangat lalu di saat jam 1 dini hari suhu makin menurun. Kami tidak sanggup tidur dengan nyenyak. Kadang kami bangkit untuk duduk alasannya yaitu tubuh kami kedinginan. Ketika kami letih menahan tubuh jadinya terlentang kembali dan seterusnya seumpama itu. Gigi kami bergetar kedinginan, betul-betul cuek sangat, kami eksklusif duduk dari tidur kami. Tidak sanggup tidur sepanjang waktu istirahat kami sungguh menyiksa.
Selain itu ada orang asing yang teriak-teriak tidak terang mondar mandir kesana kemari. Semakin kami tidak sanggup tidur nyenyak saja. Pada di saat itu juga ada satpol pp yang merazia para tunawisma di sekeliling jalan utama, sirine dari kendaraan beroda empat yang dikendarai para petugas menghasilkan orang yang tidur pun terbangun. Kami yang bertempat di mesjid tidak kena razia alasannya yaitu maaf kami bukan gelandangan. Kami kondusif berada di selasar mesjid.
Saat shubuh tiba, kami bergegas untuk wudu bertempat di basement mesjid. Pintu mesjid dibuka untuk jemaah yang akan mengerjakan shalat shubuh. Kami masuk ke dalam mesjid, mengerjakan shalat shubuh. Selesai mengerjakan shalat kami duduk-duduk di mesjid. Mata kami sungguh ngantuk di saat itu gegara di saat tadi malam tidak sanggup tidur alasannya yaitu kedinginan sehingga kami tidak sadarkan diri tidur di dalam mesjid.
Saat kami mimpi indah, ada yang menepuk-nepukkan tangan ke tubuh kami, di saat kami membuka mata ternyata kami disuruh untuk keluar mesjid alasannya yaitu nanti jam 7 pagi akan ada pengajian rutin. Kami keluar dengan mata yang sayup-sayup dan kami teruskan petualangan selanjutnya dengan rasa kantuk hadeuh. Sungguh pengalaman yang tidak menyenangkan.
0 Komentar untuk "Dinginnya Tidur Di Mesjid Agung Bandung"