Materi Lengkap! Bumi Sebagai Ruang Kehidupan

Jagat raya atau alam semesta (the universe) merupakan ruang tidak terbatas yang di dalamnya terdiri atas semua materi, termasuk tenaga dan radiasi.

Sekitar tahun 700 – 600 sebelum masehi, orang Babilonia beranggapan bahwa jagat raya atau alam semesta merupakan suatu ruangan atau selungkup di mana bumi yang datar sebagai lantinya, sedangkan langit-langit dan bintang merupakan atapnya.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi anggapan tersebut mulai sirna.

Jagat raya atau alam semesta (the universe) merupakan ruang tidak terbatas yang di dalamnya terdiri atas semua materi, termasuk tenaga dan radiasi.

Jagat raya tidak sanggup diukur, dalam arti batas-batasnya tidak sanggup diketahui dengan jelas.
Galaksi, bintang, matahari, nebula, planet, meteor, asteroid, komet, dan bulan, hanyalah sebagian kecil dari materi di jagat raya yang dikenal insan yang hidup di Bumi.

Akan tetapi, secara lebih mendalam semua yang ada di jagat raya masih merupakan diam-diam yang sama sekali belum terungkap.

Hal ini antara lain disebabkan lantaran tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki insan dalam mengungkap diam-diam alam semesta masih sangat terbatas.

Seperti diketahu Bumi tempat tinggal insan merupakan suatu bulatan kecil yang dikenal sebagai suatu planet anggota dari sistem tata surya dengan matahari sebagai pusatnya.

Matahari merupakan salah satu bintang dari sekitar 200 miliar bintang yang ada di Galaksi Bima Sakti (The Milky Ways atau Kabut Putih).

Lebih jauh lagi berdasarkan penelitian, Bima Sakti bukanlah satu-satunya galaksi yang ada di jagat raya, melainkan terdapat ratusan, jutaan, bahkan terdapat miliaran galaksi pengisi jagat raya ini.

Proses terjadinya jagat raya atau alam semesta merupakan salah satu misteri yang dicoba untuk dipecahkan oleh manusia.

Rahasia mengenai bagaimana terbentuknya asal mula jagat raya telah melahirkan perkiraan dan teori yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut ini yaitu teori-teori yang menjelaskan proses pembentukan jagat raya.

1. Teori Dentuman atau Teori Ledakan
Teori Dentuman menyatakan bahwa ada suatu massa yang sangat besar yang terdapat di jagad raya dan mempunyai berat jenis yang sangat besar, lantaran adanya reaksi inti, massa tersebut karenanya meledak dengan hebatnya.

Massa yang meledak kemudian awut-awutan dan mengembang dengan sangat cepat serta menjauhi pusat ledakan atau inti ledakan.

Setelah berjuta-juta tahun massa yang awut-awutan membentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang relatif lebih kecil dari massa semula.

Kelompok-kelompok tersebut karenanya menjadi galaksi yang bergerak menjauhi titik intinya. Teori ini didukung oleh adanya kenyataan bahwa galaksi-galaksi tersebut selalu bergerak menjauhi intinya.

2. Teori Ledakan Besar (The Big Bang Theory)
Teori Big Bang dikembangkan oleh George Lemarie. Menurut teori ini, jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan tersebut materi-materi dengan jumlah sangat banyak terlontar ke segala penjuru alam semesta.

Materi-materi tersebut karenanya membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid, meteor, energi, dan partikel-partikel lain.

Teori Big Bang ini didukung oleh seorang astronom dari Amerika Serikat, yaitu Edwin Hubble.

Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan, memperlihatkan bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis.

Semakin jauh jarak galaksi dari Bumi, semakin cepat proses pengembangannya.
Penemuan tersebut dikuatkan lagi oleh andal astrofisika dari Amerika Serikat, Arno Pnezias dan Robert Wilson pada tahun 1965 telah mengukur tahap radiasi yang ada di angkasa raya.
teori big bang atau ledakan besar wacana asal seruan pembentukan jagat raya atau alam semesta

Penemuan ini kemudian disahkan oleh andal sains dengan memakai alat NASA yang berjulukan COBE spacecraft antara tahun 1989–1993.

Kajian-kajian terkini dari laboratorium CERN (Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire atau European Council for Nuclear Research) yang terletak berdekatan dengan Genewa menguatkan lagi teori Big Bang.

Semua ini mengesahkan bahwa pada masa dahulu langit dan Bumi pernah bersatu sebelum karenanya terpisah-pisah mirip sekarang.

3. Teori Mengembang dan Memampat (The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula dengan nama teori perluasan dan konstraksi. Menurut teori ini jagat raya terbentuk lantaran adanya suatu siklus materi yang diawali dengan massa perluasan (mengembang) yang disebabkan oleh adanya reaksi inti hidrogen.

Setelah tahap memampat, maka tahap berikutnya yaitu tahap mengembang dan kemudian pada karenanya memampat lagi.

Teori perluasan dan kontraksi ini menguatkan perkiraan bahwa pertikel-partikel yang ada pada ketika ini berasal dari partikel-partikel yang ada pada zaman dahulu.

Pada tahap ini terbentuklah galaksi-galaksi. Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30 miliar tahun.

Selanjutnya, galaksi-galaksi dan bintang yang telah terbentuk akan meredup kemudian memampat didahului dengan keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi.

4. Teori Cretio Continua atau Teori Keadaan Tetap
Teori Creatio Continua atau teori keadaan tetap atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa ketika diciptakan alam semesta ini tidak ada.

Alam semesta atau jagat raya ini selamanya ada dan akan tetap ada atau dengan kata lain alam semesta tidak pernah bermula dan tidak akan berakhir.

Pada setiap ketika ada pertikel yang dilahirkan dan da yang lenyap.

Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut spiral dengan bintang-bintang dan jasa-jasad alam semesta.

Partikel yang dilahirkan lebih besar dari yang lenyap, sehingga menjadikan jumlah materi makin bertambah dan menjadikan pemuian alam semesta.

Pengembangan ini akan mencapai titik batas kritis pada 10 milyar tahun lagi.

Dalam waktu 10 milyar tahun, akan dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini, 90% materi alam semesta yaitu hidrogen dan hidrogenin, kemudian akan terbentuk helium dan zat-zat lainnya.

Teori ini diajukan oleh andal astronomi Fred Hoyle dan beberapa andal astrofisika Inggris mirip Bendi dan Gold.

Dalam teori keadaan tetap, kita harus mendapatkan bahwa zat gres selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara banyak sekali galaksi, sehingga galaksi gres akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh.

Orang setuju bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut yaitu hidrogen.

Teori ini diterima secara skeptis oleh beberapa andal yang lain, lantaran hal itu melanggar salah satu aturan dasar fisika, yaitu aturan kekekalan zat.

Zat tidak sanggup diciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah sanggup diubah menjadi jenis zat lain atau menjadi energi.

Sampai ketika ini belum sanggup dipastikan bagaimana sesungguhnya jagat raya ini terbentuk.

Teori-teori yang dikemukakan para andal tersebut tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

Galileo dengan teleskopnya menemukan pita cahaya difusi yang disebut kabut susu (The Milky Way) terdiri dari sejumlah besar bintang-bintang yang tidak sanggup dilihat dengan mata biasa (unaided eye). Kumpulan bintang dalam kesatuan tanggapan gravitasi mutual disebut galaksi.

Benda langit yang memancarkan cahaya sendiri disebut bintang. Matahari yaitu sebuah bintang yang termasuk dalam galaksi bima sakti atau Milky Way.

Galaksi Bimasakti berisi sekitar 100 milyar bintang,  yaitu suatu sistem kumpulan bintang yang kini dikenal sebagai tipe utama struktur alam semesta.

Seorang pioner astronomi modern dari Belanda, Jacob Kapteyn (1851 - 1922) pada era ke-20 berusaha menghitung jumlah bintang per satuan volume (the star density) sebagai fungsi jarak dari Matahari.

Dari model alam semesta Kaptyn, diperoleh densitas bintang (jumlah per satuan volume) turun menjadi setengah dari nilai sekitar Matahari pada jarak 800 parsek dan turun menjadi 1/6 nya pada jarak 3.500 parsek dalam bidang galaksi Bimasakti (1 pasek = 3,1 x 1018 cm = 3,1 x 10 m)

Menurut bentuknya, galaksi dibedakan menjadi tiga:

1. Galaksi Spiral
Sekitar 80% dari galaksi yang sudah dikenal yaitu berbentuk spiral. Galaksi ini merupakan galaksi yang berstruktur paling sempurna, yang terdiri dari tiga bagian, yaitu titik pusat, lingkaran bintang, dan tumpuk bintang yang selalu berputar mengelilingi titik dan piringan dengan lengan spiral yang mengelilingi titik pusat secara ekuatorial.
Contohnya yaitu galaksi Andromeda dan M. 109

2. Galaksi Elips
Galaksi ini mencakup 17% dari semua galaksi dan terlihat mirip bola lonjong besar yang bersinar. Contohnya yaitu galaksi Skulpter, Formaks, dan NGC 5128.

3. Galaksi Tak Beraturan
Galaksi ini terlihat mirip gumpalan kabut atau onggokan bintang yang tidak beraturan. Contohnya yaitu galaksi magellan yang terdiri dari Magellan Besar dan Magellan Kecil.
Tata Surya terdiri dari planet, satelit, planet kerdil, meteoroid, planetoid/asteroid, komet, dan Matahari sebagai bintang sekaligus sebagai pusatnya. Delapan planet berturut dari yang paling bersahabat Matahari yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Mereka mengedari Matahari pada lintasan masing-masing. Kecuali Merkurius (inklinasi/kemiringan bidang orbit 7o),

lintasan planet lainnya mudah berhimpit dengan bidang ekliptika (sebut sebidang orbit). Arah edar atau revolusi semua planet sama, demikian pula arah rotasinya (kecuali Venus dan Uranus).

Hal ini tentu saja membuat timbulnya dugaan bahwa kondisi fisik dan dinamika ini sangat erat kaitannya dengan proses awal terbentuknya Tata Surya, demikian pula baik dari segi penyelisikan wujud (padat, gas, cair), unsur kimia, distribusi massa, temperatur, distribusi energi (atau khususnya momentum sudut; Ref.: wikipedia –  angular momentum, saran untuk para guru fisika dan siswa Sekolah Menengan Atas penerima olimpiade bidang Fisika dan Astronomi), dll.

Sebagian besar massa Tata Surya (± 95%) terkumpul di Matahari. Oleh lantaran itu, pergerakan planet dan anggota Tata Surya lainnya berada di bawah imbas gaya tarik gravitasi Matahari yang besar.

Atau dari sisi lain, proses kelahiran Tata Surya sangat berkaitan erat dengan pembentukan Matahari sebagai sebuah bintang yang sekaligus menjadi kepala Tata Surya, dan tidak lupa bahwa inipun terkait dengan bagaimana dinamika pergerakan seluruh anggotanya (salah satunya gerak Keplerian, yaitu semakin bersahabat ke Matahari, maka kecepatan edar planet semakin tinggi).

Masalah rotasi dan revolusi ini terkait momentum sudut mungkin secara tidak sadar telah kita lihat ketika menyaksikan penari balet di lantai es (figure skater) yang berputar di tempat; lihatlah posisi tangannya – mengembang atau dikuncupkan secara tegak di atas kepala – bagaimana kecepatan putarannya untuk tiap posisi?

Selama ini bidang kosmogoni berusaha menelaah terbentuknya tata bintang, namun lambat laun mengarah pada penelitian terbentuknya Tata Surya.

Terdapat beberapa tokoh yang menonjol, yang teori ataupun hipotesisnya terkadang menimbulkan kontradiksi dalam landas acu dan analisisnya. Namun, pada karenanya banyak yang saling menunjang satu sama lain.

Teori atau hipotesis kosmogoni modern (setelah melewati era konsep heliosentris Copernicus – 1543, inovasi teleskop Galileo – 1609, dan teori gravitasi Newton – 1687) berkembang dari waktu ke waktu hingga kini.

Beberapa teori memang berpangkal pada anggapan dasar yang sama, sedang yang lainnya harus diakui mempunyai titik tolak yang sangat berbeda. Di sini akan serba sedikit diulas lebih pada sejarah penelitian wacana pembentukan Tata Surya.

Beberapa teori pembentukan tata surya telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain:

1. Vortex Model
Teori ataupun hipotesis kosmogoni modern yang pertama tolong-menolong telah diperkenalkan oleh seorang filsuf dan andal Matematika Perancis Renè Descartes pada tahun 1642-4, di mana justru nantinya argumennya sanggup dijelaskan melalui teori gravitasi Newton.

Dinyatakan bahwa Tata Surya berasal dari awan partikel yang berputar mirip pusaran air dengan orbit mendekati lingkaran (vortices of swirling particles).

Cikal bakal Matahari berada di pusat dan calon planet berada pada pusaran utama (piringan cakram materi pembentuknya), sedangkan satelit ada pada pusaran perhiasan di sekitar pusaran calon planet.

Adapun klarifikasi wacana bagaimana prosedur partikel awal saling berkumpul membentuk cikal bakal Tata Surya tidak diurai jelas.

Pada analisis inilah, pada masa kemudian dijabarkan melalui teori gravitasi.
Adapun pusaran materi yang karenanya mendorong terbentuknya planet atau satelit pada masa kemudian diselisik melalui terbentuknya gerak turbulensi.

Bila kita perhatikan aliran air di sungai yang terhalang bebatuan, sering didapati adanya pusaran-pusaran. Kira-kira mirip inilah gerak turbulensi.

Pada perkembangan berikutnya, awan partikel cikal bakal Tata Surya lambat laun digantikan dengan adanya nebula (materi antar bintang) yang semakin banyak ditemukan di segenap pelosok alam semesta (walau awalnya tidak terbedakan, apakah yang dijumpai memang benar nebula atau benda langit lain semisal galaksi, yang gres mulai terkuak ketika disadari bahwa Nebula Andromeda ternyata yaitu galaksi besar tetangga terdekat galaksi kita Bima Sakti).

2. Hipotesis Nebula
Pada tahun 1734 muncul pertama kali gagasan asal muasal Tata Surya dari hadirnya nebula oleh astronom Swedia, Emanuel Swedenborg (1688 – 1772). Ide ini disambut oleh Immanuel Kant (1724 – 1804) dari Jerman tahun 1755 melalui bukunya Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels (pen.: Sejarah Alam Universal dan Teori wacana Langit) dan dilengkapi secara terpisah oleh Marquis Pierre Simon de Laplace (1749 – 1827) dari Perancis tahun 1796 dalam bukunya Exposition du systeme du monde (pen.: Peragaan Langit).

Teori mereka dikenal sebagai Hipotesis Nebula. Sebutan lainnya Teori Kant–Laplace atau Teori Kabut.

Teori ini menyebutkan bahwa Tata Surya berasal dari proses kondensasi (sederhananya: menggumpal) kabut materi (protosolar nebula) berwujud materi adonan gas dan debu berukuran jauh lebih besar dari ukuran Tata Surya.

Materi mirip ini kini sangat banyak ditemui di alam semesta. Lambat laun materi ini berputar berotasi dan ini tidak lepas dari interaksi ataupun dampak adanya gaya gravitasi antar materi yang ada.

Adonan Tata Surya ini karenanya mengerut yang berdampak rotasinya semakin cepat yang membuatnya menjadi memipih layaknya bentuk cakram (layaknya adonan martabak telur, diputar-putar karenanya memipih).

Massa materi terkumpul atau terkonsentrasi di pusat. Akibat putaran, maka pusat yang makin padat akan semakin panas.

Terbentuklah protostar (protobintang atau janin bintang). Proses ini disebut kondensasi utama (penggumpalan utama).

Sementara itu, di sayap cakram pun terjadi proses kondensasi berikutnya dalam rupa cincin-cincin materi membentuk protoplanet, berlanjut hingga terbentuknya protosatelit.

Kadang bila nebulanya bermassa sangat besar, akan terjadi tahapan kondensasi yang berulang dan ini disebut proses fragmentasi.

Teori ini secara dinamika ternyata masih banyak kendala, khususnya wacana kaitan antara cepatnya gerak edar planet dengan lambatnya rotasi Matahari.

Selain itu, prosedur pada proses pembentukan cincin-cincin materi pada awal penggumpalan pun masih belum sanggup dijelaskan. Keberatan ini tiba utamanya dari James Clerk Maxwell.

Adapun Sir David Brewster (1781 – 1868, Inggris) menyatakan, apabila Bumi terbentuk dari pusaran utama bentukan Matahari sedemikian Bumi punya atmosfer dan banyak terdapat air, maka seharusnya Bulan pun demikian (Kasus ini yang kini menjadi alternatif penelitian asal muasal terbentuknya Bulan, yaitu dalam analisis hipotesis tangkapan – capture model.

Bulan tidak terbentuk bersamaan dengan Bumi dan tidak juga melalui proses pelepasan materi Bumi.)

3. Tabrakan dengan Komet
Menyimak vortex model dan hipotesis nebula, tolong-menolong secara garis besar beranjak dari landasan dan prosedur yang mirip. Penelitian ini terus berlanjut dan bersamaan muncul gagasan pada tahun 1749 yang sama sekali gres dan berbeda dalam landas acunya dari Georges-Louis Leclerc Comte de Buffon, andal Matematika Perancis.

Planet, satelit, atau benda kecil lainnya terbentuk dari puing-puing atau reruntuhan tumbukan sebuah komet besar dengan Matahari.

Yang menjadi pertanyaan pada penelitian selanjutnya yaitu seberapa besar ukuran komet, lantaran ketika itu mulai diketahui bahwa ukuran Matahari luar biasa besar dan komet teramat sangat kecil (beberapa puluh km saja).

Teori ini tahun 1796 telah diruntuhkan oleh Laplace melalui permodelan Matematika dan Fisika. Sejak ketika itu hingga kini telah menjadi sekedar catatan sejarah ilmu pengetahuan saja dan sudah ditinggalkan.

Namun demikian, bahwa terjadinya penggumpalan dari remah-remah tanggapan tumbukan tolong-menolong digunakan juga pada pendapat yang muncul kemudian, yaitu hipotesis planetesimal. Lebih lanjut kalau ditelaah, pada sebagian proses pun sejalan dengan vortex model dan hipotesis nebula.

Bagaimana pun materi tadi harus menggumpal atau berakumulasi membentuk sesuatu (proses akresi) lantaran adanya gaya tarik menarik (gaya gravitasi) yang kala itu telah dikembangkan oleh Newton.

4. Hipotesis Planetesimal
Astronom Amerika Serikat Forest Ray Moulton (1900) memperlihatkan bahwa ada ketidaksesuaian antara hipotesis nebula dengan hasil observasi berbasis penelitian momentum sudut  benda yang berpusar. Pada tahun 1904-5 bersama pakar geologi yang juga dari negaranya, Thomas Chrowder Chamberlain memperlihatkan wangsit baru, yaitu hipotesis planetesimal.

Pengamatannya terhadap bentuk nebula spiral makin menguatkan pandangannya. Namun, nyatanya nebula ini bukanlah nebula.

Diteliti oleh astronom Amerika Serikat Harold Shapley (1885 – 1972, yang menyimpulkan bentuk galaksi kita yaitu spiral) dan Heber Doust Curtis (1872 – 1942, Amerika Serikat) bahwa nebula yang dilihat ternyata sebuah galaksi spiral.

Inipun butuh waktu observasi dan ragam perhitungan hingga 16 tahun kemudian. Secara umum bahwa wangsit dasar hipotesisnya memunculkan gagasan hipotesis pasang surut yang muncul kemudian.

5. Teori Pasang Surut
Teori ini (Tidal Theory) dalam telaah pembentukan Tata Surya dikemukakan oleh astronom Inggris James Hopwood Jeans (1917, tidal/near-collision hypothesis) yang menyatakan bahwa Tata Surya diperkirakan terbentuk sebagai tanggapan melintasnya sebuah bintang bersahabat Matahari.

Sebagian materi Matahari tersedot dan terlempar ke luar kemudian membentuk planet-planet.

Teori ini terkendala dengan banyaknya kekurangan dalam analisis mekanikanya khususnya wacana lagi-lagi problem kekekalan momentum sudut sesudah diteliti tahun 1929 oleh Sir Harold Jeffreys seorang pakar Matematika, Statistik, Geofisika, dan sekaligus seorang astronom dari Inggris. Juga oleh Henry Norris Russell, astronom Amerika Serikat yang juga populer sebagai pakar teori evolusi bintang, khususnya diagram evolusinya yang populer – Hertzsprung-Russell Diagram.

Lyman Spitzer (namanya diabadikan pada teleskop angkasa berbasis inframerah, “saudara” dari teleskop angkasa Hubble yang berbasis visual) pun menolaknya, dengan alasan apabila ada materi Matahari terlepas, maka materi akan terhambur – bukan terkondensasi atau menggumpal. Kaprikornus mustahil terbentuk planet.

Kendati demikian, gagasan adanya proses pembentukan planet melalui prosedur planetesimal accretion dipertahankan hingga kini (dalam arti, dalam kondisi khusus bahwa prosedur ini sanggup terjadi. Namun, tidak pada Tata Surya).

6. Teori Bintang Ganda
Pada tahun 1937 – 1941, Ray Lyttleton menyimpulkan bahwa Matahari awalnya merupakan sistem bintang ganda (berdua atau pasangan bintang). Pasangan Matahari mengalami goresan dengan bintang lain. Sisa ledakannya membentuk planet.

Alternatif berikutnya yaitu sistem bintang bertiga dan dua bintang teman Matahari bertumbukan yang karenanya menjadi planet-planet.

Hal ini mirip dengan Teori Bintang Ganda yang dikemukakan Russel 2 tahun sebelumnya (1935) yang menyatakan bahwa Matahari awalnya merupakan bintang kembar, salah satu komponennya meledak dan hancur.

Sisa-sisa materi ledakan tersebut tidak terlontar jauh tanggapan tarikan Matahari. Sisa materi inilah yang kembali bergumpal membentuk planet dan satelit.

Hal ini menjadi sulit ketika kita harus membahas komposisi jumlah massa Matahari dibandingkan dengan jumlah massa seluruh planet dan satelit.

7. Teori Awan Antar Bintang
Dalam pendapat Interstellar Cloud Theory yang ditawarkan pada tahun 1943 oleh astronom Soviet, Otto Schmidt, dinyatakan bahwa Matahari melewati kawasan awan materi yang padat.

Melalui proses penarikan materi karenanya terbentuk cakram materi di sekitar Matahari, berpusar (seperti teori sebelumnya), kemudian terbentuklah planet.

Banyak astronom Soviet yang bergabung untuk fokus pada teori ini, bahkan Lyttleton pun berkenan turut memodifikasinya berbasis prosedur penggumpalan awan materi (mirip planetesimal).

Kombinasi ini pada karenanya menyangkut ragam teori, baik pasang surut, pasangan bintang (sebut pada kasus di sini yaitu adanya awan materi), proses akresi massa, planetesimal, dll. Demikian pula pengembangannya oleh Bondi dan Fred Hoyle semenjak tahun 1944.

8. Hipotesis Ledakan Nova/Supernova
Fred Hoyle (1915 – 2001), astrofisikawan dan kosmolog Inggris yang populer dengan teori steady state dalam pembentukan Jagad Raya, pada tahun 1944 mengemukakan teori mirip teori bintang ganda, namun lebih fokus dan berlandas acu pada prosedur ledakannya.

Awalnya Matahari merupakan sistem bintang ganda, bintang pasangan Matahari meledak sebagai supernova.

Ledakan tersebut cukup kuat untuk melontarkan sebagian besar massanya ke luar sistem Tata Surya, meninggalkan sisanya yang sedikit dan hanya cukup untuk membentuk planet-planet dan satelit (mempertimbangkan hambatan bintang gandanya Lyttleton).

Permodelan prosedur ledakan inilah yang belum tuntas sedemikian komposisi ataupun distribusi materinya belum sesuai dengan kondisi sekarang.

Teori yang sempat muncul di atas hingga kini sulit dibuktikan baik secara analisis teori maupun secara pengamatan. Namun, detail perhitungan kasus per kasus masih tetap dipertahankan.

Pada karenanya mulai tahun 1944, berdasar kehadiran materi antar bintang dengan segala jenis sifat dan kandungannya, serta gerak acak (turbulensi) yang dimiliki materi tersebut – teori Kant-Laplace disempurnakan oleh Carl Friedrich von Weisszacker, seorang filsuf dan andal Fisika Jerman.

Gagasannya tolong-menolong juga merupakan pengembangan gagasan Descartes (Vortex Model).

Landasannya yaitu problem turbulensi pada materi antar bintangnya. Teorinya disempurnakan kembali tahun 1948 oleh Dirk Ter Haar, andal fisika Belanda.

Namun, bagaimana kala waktu terbentuknya planet masih belum sesuai hasil penelitian bidang ke-planet-an.

Hasilnya, kala waktu terbentuknya planet terlalu singkat, beberapa juta tahun. Sementara itu, hasil telaah usia batuan (Bumi) mencapai orde milyard tahun (juga teori yang ada sekarang, termasuk usia Bulan).

9. Standard Masa Kini
Dari hasil penelitian yang dikombinasikan dengan data pengamatan, pada karenanya teori kabut ataupun lainnya diracik ulang dan dikembangkan Gerard Peter Kuiper (1905 – 1973, astronom Amerika Serikat kelahiran Belanda, yang juga mendeteksi pertama kali adanya atmosfer di Titan, satelitnya Saturnus) semenjak 1944 hingga 1950.

Berawal dari hadirnya materi purba atau materi antar bintang dan merupakan teori yang paling memenuhi syarat (kala itu) lantaran sanggup menjelaskan lahirnya Tata Surya kita maupun Tata Surya lain sesudah dibandingkan dengan data pengamatan yang salah satunya dibantu dengan ditemukannya planet-planet di luar Tata Surya.

Namun, teori ini tolong-menolong merupakan gabungan ragam penelitian yang menyangkut antara lain prosedur planetesimal, adanya protoplanet, analisis pusaran, turbulensi, pertimbangan momentum sudut (dinamika Tata Surya secara keseluruhan), dll.

Secara garis besar bahwa Tata Surya berasal dari bola gas–debu purba (nebula, materi antar bintang bertemperatur rendah dan kerapatan sangat kecil, namun radiusnya luar biasa besar).

Adanya gaya gravitasi antar molekul menimbulkan adanya pergerakan, kemudian timbul pusaran-pusaran dan pemampatan pada tempat-tempat tertentu (secara lokal tergantung parameter yang terlibat). Saat ini berlangsung, secara bersamaan proses pemipihan pun terjadi.

Gumpalan yang berkumpul di tengah menjadi cikal bakal Matahari, sedangkan gumpalan lainnya menjadi planet-planet (ingat turbulensi Weisszacker).

Bentuk keseluruhan menyerupai cakram materi yang berputar yang mana 95% materi terkonsentrasi di pusat.

Lainnya di sayap cakram, kondensasi membentuk calon planet/satelit. Pada saatnya nanti, janin Matahari berhasil membangkitkan reaksi nuklir di pusatnya sebagai tanggapan dari makin padat materinya, makin cepat putarannya, dan semakin panas.

Tahap berikutnya, energy yang semakin besar di pusat perlahan terhambur keluar. Apabila segala kondisi terpenuhi, lahirlah Matahari sebagai bintang sejati (memancarkan energi dalam semua rentang panjang gelombang).

Tekanan radiasi dan angin Matahari (Solar Wind) membubuskan sisa gas dan debu termasuk yang menyelimuti protoplanet sedemikian tinggallah teras planet yang telanjang.

Dalam kasus Tata Surya, terbentuklah planet kebumian (terrestrial planets, inner planets) yang atmosfernya tipis, berukuran kecil dan padat. Untuk protoplanet yang jauh dari Matahari, materi selubung ini tidak semua terbubuskan.

Terbentuklah planet mirip planet gas/es raksasa (Jovian Planets, outer planets). Akhirnya radiasi Matahari ini mengusir sisa materi lainnya ke tepian nan jauh menjadi cikal bakal materi Sabuk Kuiper, materi antar planet (cikal bakal meteor misalnya), dan materi Awan Oort yang kesemuanya terkait hadirnya komet dan meteor.

Usia Tata Surya diduga kisaran 4,5 milyard tahun (Matahari kisaran 5 milyard tahun). Istilahnya, anggota Tata Surya selain Matahari gres terbentuk sesudah ratusan juta tahun lahirnya Matahari sebagai bintang (Ingat hambatan yang dialami Weisszacker dan Dirk Ter Haar).

Teori Kabut yang dikembangkan semenjak Descartes, Kant-Laplace, Weisszacker, hingga Kuiper pada ketika kini sudah sanggup untuk diperiksa ulang tatkala para astronom berhasil menemukan banyak nebula (materi antar bintang), janin bintang (protostar), hingga hadirnya planet di nun jauh di sistem bintang selain Matahari di segenap pelosok Jagad Raya melalui baik teleskop landas Bumi hingga teleskop maupun wahana antariksa.

Salah satu inovasi awal hadirnya cikal bakal Tata Surya di luar sana dalam ujud cakram materi yang berpusar yaitu obyek langit berjulukan Beta Pictoris (lihat gambar 4).

Lokasinya di arah rasi bintang Pictor, berjarak kisaran 63 tahun cahaya. Pertama kali dideteksi berbasis satelit inframerah (IRAS) pada tahun 1983.

Diketahui temperatur di kawasan piringan gas dan debu kisaran 100 K dan berjejari 600 satuan astronomi (1 au = 150 juta km).

Gambaran piringan berhasil dicitrakan lebih detail oleh Richard Terrile dan Bradford Smith dengan teleskop landas Bumi, yaitu teleskop berdiameter 2,5 m yang berlokasi di observatorium Las Campanas.

Saat itu diketahui bahwa bintang ini tergolong bintang deret utama mirip Matahari (kelas spektrum: A3V) dengan prakiraan usia mencapai 20 juta tahun (bandingkan Matahari kisaran 5 milyard tahun).

Secara kasat mata bintangnya termasuk cukup terang dengan magnitudo visual 3,85 (batas umum penglihatan kita umumnya yaitu magnitudo 6 dan bila angkanya makin kecil, maka bendanya makin terang).

Hal ini lebih terdeteksi rinci dengan pinjaman bidikan teleskop angkasa Hubble.

Matahari yaitu bintang yang menjadi pusat tata surya.  Matahari berupa bola pijar yang berukuran sangat besar.  Mata hari sanggup dikatakan sebagi bintang lantaran mempunyai energi cahaya sendiri.

Cahaya matahari terlihat lebih cemerlang dibandingkan dengan cahaya bintang lainnya. Matahari yaitu bintang yang terdekat bumi. Matahari disebut sebagai pusat tata surya lantaran mempunyai gaya gravitasi yang tinggi.

Hal ini menimbulkan matahari dikelilingi oleh planet-planet dan benda langit yang terdapat dalam tata surya.  Pada tata surya 98 % massa tata surya terkumpul pada matahari.

1. Sejarah terbentuknya Matahari
Matahari yaitu bintang yang terdapat dalam tata surya. Hal ini memperlihatkan bahwa proses terbentuknya matahari sama dengan proses terbentuknya bintfang-bintang lainnya. Dimana kita mengetahui bahwa ciri umum dari bintang yaitu tersusun dari hydrogen dan helium.

Pada cuilan matahari tiga perempat dari bagiannya disusun oleh hidrogen, sedangkan cuilan yang menjadi sisanya tersusun atas dominasi helium. Matahari dikatakan bintang lantaran matahari terbentuk dari awan gas dan debu yang mengerut.

Awan gas tersebut mempunyai partikel-partikel. Partikel gas yang berada ditepi luar awan itu (nebula), mulai jatuh ke pusat.

Gravitasi partikel-partikel ini secara bersama-sama menarik atom yang lebih banyak lagi. Semakin usang awan gas itu akan semakin mampat. Selama 10 juta tahun, awan gas itu bertambah kemampatannya dan suhunya pun bertambah panas.

Kemudian akan terjadi suatu perubahan penting yang pada cuilan intinya. Perubahan ini terjadi lantaran adanya tarikan gravitasi.

Tekanan yang semakin usang semakin membesar akan memaksa inti-inti atom berpadu dalam proses lain. Proses tersebut yaitu proses fusi nuklir.

Proses ini mengeluarkan energi yang sangat besar. Ketika api pada pada dasarnya menyala, maka matahari telah menjadi bintang.

2. Struktur Matahari
Jika dilihat dari strukturnya, secara kimiawi matahari berupa bola pijar raksasa yang cuilan permukaannya tidak berbentuk padat. Bagian permukaan matahari terbentuk dari gabungan gas dan medan megnet.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para andal hasilnya memperlihatkan bahwa tiga per empat cuilan matahari merupakan cuilan yang didominasi oleh hidrogen.

Bagian ini sekitar 70 % dari cuilan matahari. Sedangkan seperempat atau 30% cuilan lainnya didominasi oleh helium. Unsur-unsur lain yang menyusun matahari yaitu oksigen, karbon, neon, besi, dan gas lain.

Matahari jikalau dilihat dari bumi terlihat mirip bola api yang memancarkan cahaya. Akan tetapi jikalau dikaji lebih dalam lagi matahari tersusun dari beberapa bagian. Bagian-bagian matahari tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Inti matahari
Inti matahari yaitu lapisan matahari yang paling dalam. Inti matahari ini merupakan sumber energi utama matahari. Didalam inti matahari terdapat proton, elektron, dan neutron. Pada cuilan ini terjadi reaksi fusi atau rekasi termo nuklir. Dibagian inti matahari ini terdapat gaya gravitasi yang sanggup menarik semua materi. Karena materi-materi tersebut tertarik maka terjadilah tekanan. Tekanan ini akan memicu terjadinya reaksi fusi matahari.

Jarak inti kepermukaan matahari yaitu 50.2000 km. Diameter inti matahari 386.160 km. Bagian inti matahari yaitu cuilan bersuhu paling panas dibandingkan suhu cuilan lainnya. Suhunya sekitar 15.000.000 derajat celcius.

2. Zona radiasi
Bagian matahari yang terdapat diatas cuilan inti matahari yaitu zona radiasi. Zona radiasi merupakan cuilan matahari yang menyelimuti inti matahari. Bagian ini berfungsi sebagain tempat terjadinya distribusi energi. Energi yang dibuat oleh inti matahari akan didistribusikan ke suluruh cuilan matahari melalui foto yang terdapat di cuilan ini. Foto merupakan suatu radiasi yang terjadi lantaran adanya hasil reksi antara hydrogen dan helium. Suhu pada cuilan zona radiasi lebih rendah jikalau dibandingkan suhu inti matahari. Suhunya sanggup lebih rendah 2.000.000 derajat Kelvin hingga 7.000.000 derajat Kelvin dari cuilan inti. Zona ini mengisi sekitar 45% radius matahari.

3. Zona konvetif
Diatas zona radiasi terdapat zona konvektif. Zona konvektif merupakan zona yang terdapat arus konveksi. Arus konveksi ini di gunakan untuk membawa energi matahari kebagian lapisan atmosfer planet-planet mirip bumi. Arus konveksi ini membawa foton lebih cepat dari transfer yang terjadi dizona radiasi. Waktu yang dibutuhkan foto untuk sanggup terdistribusi dari inti melewati zona radiasi dan zona konveksi menuju permukaan matahari yaitu sekitar 100.000 tahun hingga 200.000 tahun.

4. Photosphere
Photosphere merupakan bagian  matahari yang memisahkan cuilan dalam matahahari atau interior matahari (inti matahari, zona radiasi dan zona konveksi) dengan atmosfer matahari. Bagian inilah yang sanggup dilihat terlihat jikalau diamati. Photosphere ini merupakan termpat untuk meradiasikan cahaya matahari yang sampaike bumi. Kepadatan pada lapisan ini berkisar anatara 0,37% dari kepadatan atmosfer di permukaan laut. Diatas lapisan photosphere ini terdapat lapisan terdingin dimatahari, suhu lapisan tersebut sekitar 4100 K. cuilan tersebut terletak 500 km diatas photosphere.

5. Cromosphere
Cromosphere merupakan lapisan terdapat diatas lapisan terdingin dimatahari. Lapisan ini merupakan lapisan atmosfer matahari. Cromosphere lapisan matahari yang mempunyai radius 2000 km. sebagian besara cuilan ini terdiri atas spectrum emisi cahaya dan jalus penyerapan. Bagian ini sanggup terlihat ketika terjadi gerhana matahari. Saat terjadi gerhana matahari total, cromosphere ini lenih terlihat mirip cahaya yang mempunyai warna kemerahan.

6. Zona transisi matahari
Zona transisi matahari terdapat diatas cromosphere. Zona transisi ini merupakan cuilan yang memisahkan antara cromosphere dengan korona. Bagian ini juga masih termasuk cuilan atmosfer matahari.

7. Korona
Korona juga masih cuilan atmosfer matahari. Bagian ini yaitu cuilan yang paling luas dari atmosfer matahari. Temperaturnya sekitar 1.000.000 hingga 2.000.000 K. akan tetapi temperature ini sanggup berubah pada waktu tertentu, hal ini lantaran dibagian korona terdapat cuilan yang paling aktif yang suhunya sanggup menjadi sangat panas. Suhu cuilan tersebut yaitu 8.000.000 K hingga 20.000.000 K.

8. Heliosphere
Heliosphere merupakan cuilan yang berada diluar atmosfer matahari, cuilan ini sangat tipis dan tersusun atas plasma dan angina matahari. Angina matahari merupakan arus konstan partikel-partikel yang bermuatan dilepaskan dari atmosfer matahari. Bagian ini sangat luas, keluasannya hingga melewati orbit pluto hingga heliopouse. Heliopouse merupakan cuilan permukaan terluar heliosphere yang berhadapan dengan medium antar bintang.

3. Karakteristik Matahari
Ciri khas matahari sanggup dilihat dari beberapa hal dibawah ini:

1. Lidah api matahari (prominensa)
Lidah api matahari menyerupai pengecap api yang sangat besar dan terang. Lidah api ini mencuat dari permukaan berbentuk mirip pengecap dengan gerakan mengelilingi (loop). Bagian ini disebut sebagai filamen matahari, hal ini lantaran meski mempunyai cahaya terang jikalau dilihat dari luar angkasa namun cahayanya masih klah terang dengan cahaya matahari secara keseluruhan.

2. Bintik matahari
Pada matahari terdapat satu ciri khas yaitu granula-granula yang berbentuk cembung dengan ukuran kecil. Granula-granula tersebut terdapat diphotisphere dengan jumlah yang tak terhitung. Granula-granula-granula tersebut di sebut dengan bintik matahari. Bintik matahari ini terbentuk lantaran adanya medan medan yang menembus photosphere. Meskipun ukurannya terbilang kecil namun binti matahari ini sanggup lebih besar jikalau dibandingkan dengan ukuran bumi kita. Bintik matahari tersusun oleh dua kawasan yaitu umbra dan penumbra. Daerah umbraadalah kawasan gelap pada bintik matahari  dikelilingi oleh kawasan penumbra yang merupakan kawasan terang pada bintik matahari. Namun secara tidak eksklusif warna bintik matahari terlihat lebih gelap. Hal ini lantaran suhu pada bintik matahari lebih rendah dibandingkan suhu photosphere.

3. Angin matahari
Angin matahari merupakan aliran partikel-partikel yang dikeluarkan dari atas atmosfer matahari yang pergerakannya mengjangkau seluruh tata surya. Partikel tersebut mempunyai kandungan eneregi yang sangat tinggi, tetapi pergerakannya keluar dari medan gravitasi matahari dengan kecepatan yang tinggi. Bukti adanya angin matahari yang sanggup terlihat dari bumi yaitu adanya angin ribut geomagnetic yang berenergi tinggi. Badai geomagnetic ini sanggup merusak satelit dan sistem listrik. Selain angin ribut geomagnetic bukti lainnya yaitu aurora didaerah kutubdan partikel yang menyerupai ekor panjang komet. Ekor panjang pada komet ini disebabkan lantaran adanya hembusan angin matahari.

4. Badai matahari
Di matahari juga terjadi badai. Badai matahari akan terjadi jikalau ada pelepasan tiba-tiba energi magnetik  yang terbentuk diatmosfer matahari.

Planet yaitu benda astronomi yang mengorbit sebuah bintang cukup besar untuk mempunyai gravitasi sendiri. Suatu benda langit disebut planet jikalau memenuhi syarat – syarat berikut :
  • Mengorbit pada bintang atau sisa bintang (bintang mati)
  • Orbitnya tidak bertumpah tindih dengan orbit benda angkasa lain. Disebabkan oleh gaya tarik menarik antar planet
  • Memiliki massa yang cukup untuk mempertahankan bentuknya pada keadaan setimbang

Karakteristik planet dalam tata surya :

1. Merkurius
Merupakan planet yang terdekat dengan matahari.Permukaannya dipenuhi kawah (tampak berlubang – lubang). Suhu permukaan planet Merkurius pada siang hari sangat panas mencapai 400°C dan keadaannya kering hampir tidak ada udara. Pada malam hari sangat cuek dengan suhu mencapai -200°C. Merkurius kadang – kadang tampak di pagi hari dan menjelang matahari terbit.

Cirinya :

  • Diameter : 4.879 km
  • Jarak rata-rata dari Matahari : 57,9 juta km
  • Kala rotasi : 58,65 hari
  • Kala revolusi : 88 hari
  • jumlah satelit : 0
  • Cincin: tidak ada

2. Venus
Planet ini tampak mengilap lantaran mempunyai atmosfer yang tebal mirip awan putihyang menyelubungi permukaan Venus. Atmosfernya mengandung gas karbon dioksida. Venus merupakan planet yang paling panas, bahkan lebih panas dari Merkurius. Suhu di Venus mencapai 470°C, cukup panas untuk melelehkan logam.

Venus sering disebut bintang timur atau bintang fajar dan tampak di sebelah barat kettika matahari terbenam.
Cirinya :

  • Berdiamaterr 12.104 km
  • Jarak rata-rata dan matahari 108,2 juta km
  • Kala rotasi 243 hari
  • Kala revolusi 224,7 hari
  • Suhu rata-rata 464 derajat celcius
  • Jumlah satelit 0
  • Cincin tidak ada
  • Matahari terbit dari barat, lantaran arah rotasi dari timur ke barat. Peristiwa ini kebalikan dari Bumi
  • Planet paling panas yang ditutupi oleh awan tebal karbon dioksida. Jika terdapat radiasi dari matahari maka radiasi tersebut sulit untuk keluar. Seperti imbas rumah kaca

3. Bumi
Bumi yaitu planet yang sanggup ditempati lantaran mempunyai suhu yang relatif tetap. Suhu di Bumi menjaga tersedianya air yang dalam bentuk cair dan sanggup menjaga organisme penghasil oksigen tetap hidup. Lebih dari 70% permukaan Bumi yaitu air, sisanya yaitu daratan. Tebal dari atmosfer Bumi yaitu sanggup mencapai 700 km yang pada sebagian besar yaitu nitrogen dan oksigen.

Cirinya :

  • Diamater 12.756,3 km
  • Jarak rata-rata dari Matahari 149, 6 juta km
  • Kala rotasi 23 jam 57 menit
  • Kala revolusi 365, 242 hari
  • Suhu rata-rata 15 derajat celcius
  • Jumlah satelit 1
  • Cincin tidak ada 
  • Planet dengan sumber kehidupan dengan suhu yang cocok untuk kehidupan air, dan oksigen
  • Berwarna biru lantaran partikel udara di atmosfer memantulkan cahaya berwarna biru

4. Mars
Planet Mars yaitu planet terdekat keempat dari matahari yang namanya diambil dari ilahi perang Romawi  yaitu ilahi ,Mars. Disebut juga planet “Merah” lantaran tampak dari jauh berwarna kemerah-merahan disebabkan oleh keberadaan besi (III) oksida di permukaan planet mars dan juga mempunyai atmosfir yang sangat tipis Masa rotasi dan sumbu planet mars mirip dengan planet bumi . Permukaannya berbatu –  batu. Planet Mars berwarna kemerah – merahan lantaran batuannya sangat banyak mengandund debu dan besi.

Planetini sering disebut juga planet merah.  Planet Mars mempunyai dua satelit, yaitu Phobos dan Deimos.

Cirinya :

  • Diameter 6.794 km
  • Jarak rata-rata dari Matahari 227,9 juta km
  • Kala rotasi 9 jam 56 menit
  • Kala revolusi 11 tahun 10 bulan 3 hari
  • Rata-rata suhu -65 derajat celcius
  • Jumlah satelit 2
  • Cincin tidak ada
  • Tersusun atas karbondioksida yang sangat tipis

5. Yupiter
Planet Yupiter yaitu planet terbesar di tata surya dan juga planet terberat di tatasurya. Planet yupiter mempunyai cincin yang terbuat dari debu bekas gagalnya Pembentukan satelit alam Yupiter  .Planet Yupiter mempunyai banyak satelit yang seluruhnya berjumlah 63 satelit, di antaranya Io, Europa, Ganymede, Callisto.

Planet Yupiter sanggup dilihat dengan mata telanjang. Permukaan Yupiter bergunung – gunung tinggi.

Cirinya :

  • Diameter 139.822 km
  • Jarak rata-rata dari Matahari 778,3 juta km
  • Kala rotasi 10 jam 40 menit
  • Kala revolusi 29, 42 tahun
  • Suhu rata-rata sekitar 50 derajat celcius
  • Jumlah satelit 16
  • Cincin: ada
  •  Memantulkan 70% cahaya dari matahari yang hingga mengenai permukaannya
  • Gas terdiri atas 10% Helium dan 90% Hidrogen

6. Saturnus
Saturnus merupakan planet terbesar kedua sesudah Jupiter dengan diameter 10 kali diameter bumi. Keistimewaan planet ini, yaitu cincin yang mengelilinginya. Cincin ini diperkirakan terdiri atas debu halus, kerikil dan butir-butir es. Cincin saturnus sangat tipis tebalnya sekitar 10 – 1000 m dan lebarnya sekitar 275.000 km. Saturnus mempunyai 22 satelit. Satelit yang terbesar yaitu Titan. Angkasanya diselimuti oleh sabuk – sabuk awan hidrogen dan sanggup memantulkan sinar matahari dengan buruk.

Cirinya :

  • Diameter 120.536 km
  • Jarak rata-rata dari Matahari 1433,5 juta km
  • Kala rotasi 10 jam 40 menit
  • Kala revolusi 29,42 tahun
  • Suhu rata-rata -140 derajat celcius
  • Jumlah satelit 18
  • Cincin ada
  • Mempunyai cincin yang terdiri atas kerikil dan bongkahan es
  • Permukaan yang terdiri atas kristal es
  • Mampu mengapung jikalau ditempatkan dalam air

7. Uranus
Uranus terdiri atas senyawa gas metana dan hidrogen, serta permukaannya diselubungi kabut tebal sehingga sulit unntuk diamati.Planet ini beredar dari kutub selatan ke kutub utara matahari. Permukaan Uranus berwarna kehijau – biruan.

Cirinya :

  • Diameter 50.724 km
  • Jarak rata-rata dari Matahari 2.872 km
  • Kala rotasi 17 jam 14 menit
  • Kala revolusi 84 tahun
  • Suhu rata-rata -140 derajat celcius
  • Jumlah satelit 27
  • Cincin ada
  • Berwarna hijau kebiruan lantaran atmosfernya mengandung metana yang sangat tebal
  • Sumbu rotasi berimpit dengan bidang orbit; kutup udara dan kutub selatan bergantian tempat menghadap Matahari

8. Neptunus
Neptunus terdiri atas senyawa metana dan hidrogen mirip Uranus. Uranus dan Neptunus sering disebut sebagai planet kembar. Suhu permukaannya kira – kira -200°C di bawah nol lantaran jauh dari matahari.

Cirinya :

  • Diameter 50.500 km
  • Jarak rata-rata dari Matari yaitu 4.500 juta km
  • Kala rotasi 16 jam 7 menit
  • Kala revolusi 164,8 tahun
  • Jumlah satelit 14
  • Cincin ada
  • Atmosfer yang terdiri atas es, air, metana, amoniak, gas hidrogen, dan helium
  • Memiliki orbitnya yang berbarisan dengan Pluto


Sumber:
https://salsabillahardeas.wordpress.com/2016/02/13/karakteristik-planet-dalam-tata-surya/
1. Teori Kontraksi
Teori ini dikemukakan oleh Descrates tahun 1596-1650. Teori ini menyatakan bahwa lantaran mengalami pendinginan terus menerus, maka bumi mengalami penyusutan, sehingga di cuilan permukaanya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan daratan.
2. Teori Dua Benua
Teori ini dikemukakan oleh Edward Zuess tahun 1884. Dalam teori ini dinyatakan bahwa bumi pada awalnya terdiri atas dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak ke ekuator sehingga terpecah-pecah menjadi benua yang lebih kecil. Di mana Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia, dan Amerika Selatan.
3. Teori Pengapungan Benua
Teori ini dikemukakan oleh Alfred Wegener tahun 1912. Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi hanya ada satu benua yang sangat besar disebut Pangea. Benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentrifugal, menjadikan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator.

Teori tersebut dikemukakan oleh Wegener dengan pertimbangan sebagai berikut:
Terdapat kesamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur Benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan Afrika.
Benua-benua yang kini ini, dahulunya yaitu satu benua yang disebut Pangea. Benua tersebut pecah lantaran gerakan benua besar di selatan, baik ke arah barat maupun ke arah timur menuju katulistiwa.
Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua yang mengapung sendiri-sendiri.
Samudera Atlantik menjadi semakin luas lantaran Benua Amerika masih terus bergerak ke arah barat, semakin menjauh dari benua Afrika sehingga terjadi lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara-selatan, yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Utara cuilan selatan.
Adanya aktivitas seismik (gempa bumi) yang luar biasa di sepanjang pantai batar Amerika Serikat.
Batas Samudera Hindia makin mendesak ke utara, Anak benua yang semula di duga agak panjang, tetapi gerakannya ke utara. Makan india makin menyempit dan makin mendekati Benua Eurasia, Proses ini juga menimbulkan terjadinya Pegunungan Himalaya.
4. Teori Konveksi
Teori ini dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess serta dikembangkan oleh Robert Diesz. Menurut teori ini, bumi masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya. Bukti dari adanya kebenaran teori ini, yaitu terdapatnya mid oceanic ridge, mirip mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge di permukaan bumi.

Selain itu terdapat bukti lain yang didasarkan pada penelitian umur dasar bahari yang menandakan semakin jauh dari pungung tengah samudera, umur batuan semakin tua. Hal ini berarti terdapat gerakan yang berasal dari mid oceanic ridge ke arah berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.
5. Teori Lempeng Tektonik
Teori ini dikemukakan oleh J. Tuzio Wilson dan Jason Morgan tahun 1960an. Menurut teori ini, kulim bumi terdiri atas lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenofer yang berwujud cair dan kental. Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalau bergerak lantaran imbas adanya arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi berada di bawah lempeng tektonik bumi.


e. lokasi

Pada cuilan terdahulu telah diterangkan bahwa bumi yaitu salah satu keluarga matahari dan mengitari matahari dalam satu kali putaran selama satu tahun atau tepatnya 365 1/4 hari atau lebih tepatnya 365 hari 6 jam 9 menit dan 10 detik.

Selain gerak revolusi, bumi juga berputar pada porosnya mirip gasing yang disebut gerak rotasi bumi.

Satu kali putaran rotasi bumi membutuhkan waktu 24 jam atau tepatnya 23 jam 56 menit atau sehari semalam.

Arah gerak rotasi bumi dari barat ke timur.

Cepatnya gerakan rotasi bumi memberi imbas pandangan terhadap benda angkasa lainnya berjalan dari timur ke barat.

Jika diibaratkan, kita naik kereta api yang berjalan, maka tampaklah pohon-pohon, tiang listrik dan rumah-rumah yang dilewati kereta seolah-olah berlarian.

Gerakan pohon-pohon dan tiang-tiang listrik tersebut dinamakan gerak semu.
Bayangkanlah bahwa kini kita sedang "menumpang" bumi yang sedang melaju dalam rotasinya.

Maka semua benda yang terlihat dari bumi mirip matahari, bulan, dan bintang-bintang seolah-olah bergerak dari timur ke barat itulah yang disebut gerak semu benda-benda langit.

Akibat yang sangat besar lengan berkuasa dari gerak rotasi bumi terhadap kehidupan di bumi yaitu pergantian siang dan malam.

Atas kuasa Allah SWT bumi berotasi berputar dengan teratur dan disiplin selama 23 jam 56 menit setiap hari.

Peristiwa siang di suatu tempat di bumi pada dasarnya tempat tersebut sedang menghadap sinar matahari sedangkan insiden malam yaitu permukaan bumi yang sedang membelakangi sinar matahari. "dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang (QS An Naazi'aat : 29).

Ketika bumi sedang berotasi, jarang di antara kita yang menyadarinya, hal ini lantaran selubung udara (atmosfer) bumi turut serta berputar.

Seandainya atmosfer bumi tidak ikut berputar maka angin kencang akan menerpa seluruh permukaan bumi dan tentunya tidak ada kehidupan yang damai lantaran kencangnya rotasi bumi. Coba saja kita banyangkan.

Keliling bumi di khatulistiwa panjangnya 40.000 km dan untuk satu kali putaran dibutuhkan 24 jam maka kecepatan rotasi di khatulistiwa akan mencapai 1667 km dalam sejam.

Bentuk bumi yang lingkaran menjadikan kecepatan rotasi bumi berbeda antara kecepatan di garis khatulistiwa dengan garis lintang yang lain.

Apalagi di titik kutub bumi, gerak rotasi akan berpusing di tempat kita berdiri saja selama 24 jam."Dia-lah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian dan tidur untuk istirahat dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha (QS Al Furqaan 47).

Oleh lantaran ukuran waktu rotasi setiap planet berbeda-beda maka ukuran waktu siang dan malam antar planet pun berbeda-beda.

Misalnya kala rotasi Merkurius sehari-semalam yaitu 59 hari sedangkan Venus sehari-semalam 8 bulan waktu bumi dengan arah rotasi berlawanan dengan semua planet lainnya.

Dengan kenyataan yang demikian kita menjadi sadar ternyata bumi kita lebih nyaman untuk dihuni dibandingkan kedua planet tersebut.

Kita pun menjadi sadar akan perbedaan ukuran perhitungan waktu antar planet.

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah

seribu tahun berdasarkan perhitunganmu (QS As Sajdah 5)." Dalam ayat yang lain, perbedaan waktu di tempat-tempat langit lainnya juga diterangkan berbeda.

Malaikat-malaikat dan Jibril pada ketika naik (menghadap) kepada Tuhan membutuhkan waktu sehari yang kadarnya sama dengan lima puluh ribu tahun.

Ahli tafsir menjelaskan bahwa malaikat- malaikat dan jibril jikalau menghadap Tuhan memakan waktu satu hari dan apabila dilakukan insan akan memakan waktu lima puluhribu tahun (Lihat Alquran Surat Al Ma'aarij 70: 4).

Selain membuat pergiliran siang dan malam, rotasi bumi juga mengakibatkan:

a. Adanya peredaran semu harian benda langit
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa matahari, bintang, dan bulan bergerak dari timur menuju barat. Pergerakan benda langit itu dinamakan peredaran semu harian.

Bintang menempuh lintasan peredaran semunya memakan waktu selama 23 jam 56 menit (disebut satu hari bintang), tetapi matahari menempuh lintasan peredaran semunya memakan waktu 24 jam, sedangkan bulan memakan waktu peredarannya 24 jam 50 menit perhari.

Periode peredaran semu matahari yang lebih usang dari bintang merupakan tanggapan gerak revolusi sedangkan periode peredaran semu bulan sebagai tanggapan dari bulan yang berevolusi mengedari bumi.

b. Perbedaan Waktu
Perhitungan waktu yang kita gunakan sehari-hari yaitu waktu matahari. Untuk memahami perbedaan waktu di bumi fahami dulu putaran globe dengan baik.

Pada globe terlihat garis-garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Garis-garis tersebut dinamakan garis meridian.

Berbicara wacana perhitungan waktu di bumi, terkait dengan garis meridian.

Garis meridian yang melalui kawasan Greenwich, bersahabat kota London di Inggris ditetapkan sebagai garis meridian 0 derajat. Semua garis meridian yang terletak di sebelah kanan 0 derajat atau sebelah timur Greenwich disebut garis Bujur Timur (BT).

Garis bujur timur ditentukan dari 0o hingga dengan 180o BT. Garis meridian yang terletak di sebelah kiri 0o disebut garis Bujur Barat (BB). Rentangannya dari 0o hingga dengan 180o BB.

Impitan yang terjadi antara garis bujur timur 180o BT dan garis bujur barat 180o BB diserbut Batas Tanggal Internasional (BTI). Pada globe biasanya dicetak tebal yang membelah dua Samudra Pasifik.
Lingkaran tengah suatu globe yaitu 360 derajat.

Satu kali putaran rotasi bumi membutuhkan waktu sekitar 24 jam atau 24 x 60 = 1.440 menit. Dengan demikian setiap 1 derajat ditempuh dalam waktu 4 menit dan setiap 10 derajat ditempuh dalam waktu 40 menit atau 15 derajat ditempuh dalam 1 jam.

Dengan mengikuti perhitungan ini sanggup ditentukan bahwa jikalau matahari di tempat A mulai tampak maka di tempat yang terletak 15 derajat di sebelah baratnya matahari akan tampak satu jam berikutnya dan sebaliknya 15 derajat di sebelah timur matahari telah tampak satu jam yang lalu.

Jika di Greenwich yang mempunyai standar meridian 0 derajat sedang pukul 07.00 waktu setempat (Greenwich Mean Time atau GMT) maka di Indonesia cuilan Barat (WIB) yang mempunyai standar meredian 105o BT sudah pukul 14.00 WIB.

Hal ini lantaran 105:15 = 7 jam. Selisih waktu Greenwich dan WIB yaitu 7 jam lebih awal. Indonesia yang mempunyai batas astronomi antara 95o BT - 141o BT mempunyai panjang wilayah 46 derajat (141 - 95 = 46).

Berdasarkan hal itu negara kita sanggup dibedakan dalam 3 wilayah waktu yaitu Standar meridian 105o BT ditetapkan sebagai batas Waktu Indonesia Barat (WIB), standar meridian 120o BT

ditetapkan sebagai waktu Indonesia Tengah (WITA) dan standar Meridian 135o BT ditetapkan sebagai Waktu Indonesia Timur (WIT).

Berdasarkan perbedaan waktu ini, sanggup dibayangkan jikalau ummat Islam tersebar merata di pelosok dunia dari timur hingga barat.

Mereka akan bergantian sujud dan takbir yang tidak pernah terputus.

Ketika di suatu tempat selesai sholat maka di tempat lain gres dimulai sholat dan begitu seterusnya.

Perhatikan pembagian waktu pada peta berikut dan isilah tabel kawasan liputan waktu masing-masing propinsi.

Gambar 4.1. Peta Daerah Waktu di Indonesia (Makmur, 1995)

c. Pembelokan Angin
Hukum Buys Ballot menyampaikan bahwa udara bergerak (angin) dari kawasan yang bertekanan maksimum ke kawasan yang bertekanan minimum.

Angin yang berhembus dari Belahan Bumi Utara dan menuju ke Belahan Bumi Selatan akan berbelok ke kanan dan di sebaliknya angin yang berhembus dari Belahan Bumi Selatan menuju Belahan Bumi Utara akan berbelok ke sebelah kiri.


e. lokasi

Perhatikan gambar berikut!

Gambar Revolusi bumi dan kemiringan tetap sumbu bumi (66,5o)

Sumbu bumi yang tetap miring di banyak sekali tempat ketika bumi ber-revolusi mengedari matahari.
Kemiringan yang tetap sama tersebut membentuk sudut 66,5o terhadap ekliptika. Ekliptika yaitu bidang garis edar.

Jika ellips itu kita arsir maka seolah-olah menjadi lempengan yang berbentuk ellips. Lempengan itulah yang kemudian disebut bidang ekliptika.

Periode satu kali edar yaitu 365 hari 6 jam 9 menit dan 10 detik. Arah revolusi bumi yaitu negatif atau berlawanan dengan gerak arah jarum jam.

Akibat dari revolusi bumi dan kemiringan sumbu yang tetap 66,5o menjadikan imbas sebagai berikut:

a. Pergeseran semu satahari antara GBU dan GBS
Garis Balik Utara (GBU) ialah garis lintang 23,5o LU dan Garis Balik Selatan (GBS) yaitu garis lintang 23,5o LS. Jika kalian bertanya di mana garis lintang 23,5o LU dan 23,5o LS itu, perhatikan globe kembali. Carilah garis itu hingga ketemu!

Dalam gerak revolusinya, bumi menjelajah tapi tetap mengedari matahari.

Akibat kemiringan sumbu bumi yang tetap maka di bumi terlihat kesan bahwa matahari bergeser tempat terbitnya pada setiap hari.

Jika kini Tanggal 21 Juni, perhatikan tempat terbit matahari dan niscaya akan mendapatkan matahari muncul agak sebelah utara. Pada tanggal tersebut matahari terbit tepat pada garis lintang 23,5o LU.

Lalu tunggulah hingga tanggal 23 September, pada tanggal itu matahari terbit dan beredar tepat di khatulistiwa (atau garis lintang 0o).

Di Kota pontianak dan kota lainnya yang berada di garis khatulistiwa, jikalau ada orang berdiri di bawah sinar matahari dan tepat pada tengah hari maka ia tidak akan melihat bayangannya kecuali tepat di bawah tubuhnya artinya tidak condong ke kiri atau ke kanan.

Pada tanggal 22 Desember, matahari terbit dan beredar di garis lintang 23,5o LS (GBS) oleh lantaran itu akan kita saksikan ia terbit agak bergeser di selatan.

Bandingkan dengan bulan Juni yang terbit di belahan bumi utara.

Setelah tanggal 23,5o LS matahari akan bergeser tempat terbitnya ke utara kembali dan begitu seterusnya.

Mahabesar...Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya (QS Ar-Rahman 17).
Jika diilustrasikan akan seperi gambar di bawah ini!


Gambar Pergeseran semu matahari dari GBU dan GBS

b. Perubahan panjang waktu siang dan malam
Pada waktu tanggal 21 Juni, yaitu matahari beredar pada garis lintang 23,5o LU atau di GBU kawasan yang dilaluinya mengalami siang hari lebih panjang daripada pada malam hari sebaliknya pada tanggal 22 Desember di tempat ini periode siang hari lebih pendek dan periode malam hari lebih panjang.

Keadaan ini berlaku di semua kawasan yang berada di belahan bumi utara.

Keadaan di belahan bumi selatan, pada tanggal 21 Juni mempunyai malam yang lebih panjang daripada siang harinya.

Pada tanggal 22 Desember, siang hari lebih panjang daripada malam hari. Adapun pada tanggal 21 Maret dan 23 September, siang hari akan sama panjang dengan malam hari di semua tempat di permukaan bumi kecuali di kutub.

Perhatikan busur siang pada kedua gambar di bawah ini!, yaitu garis lengkung dari ti-z/ka-tb pada ellips kecil, sedangkan tb-kb-ti yaitu busur malam.



Gambar Bola langit pada lintang tinjauan 23,50 LS (A) dan 23,5o LU (B)

c. Pergantian musim
Selain perbedaan panjang waktu malam dan siang, revolusi bumi juga berakibat pada pergantian musim.

Pada tanggal 21 Juni di kawasan lintang sedang (30oLU – 60oLU) sedang mengalami trend panas (summer) sebaliknya di lintang sedang selatan (30oLU – 60oLU) sedang mengalami trend dingin.

Pada tanggal 23 September, di belahan bumi utara beralih menuju trend gugur (Autumn), sedangkan di belahan bumi selatan sedang mengalami trend semi (spring).

Pada tanggal 22 Desember di tempat ini sedang mengalami trend panas sebaliknya di lintang utara sedang mengalami trend dingin.

Pada tanggal 21 Maret, di belahan bumi selatan sedang mengalami trend gugur sedangkan di belahan bumi utara mengalami trend semi.

Pergantian trend yang berpola teratur setiap tahun tersebut merupakan rizki bagi insan dan sebagai bukti Kemahamurahan Allah SWT untuk mengembangkan banyak sekali macam kenikmatan kepada makhluknya.

Dengan pergantian trend akan menumbuhkan flora secara bergantian dan majemuk jenisnya sehingga antar kawasan sanggup saling mengirim.

Sebagai teladan buah-buahn yang dihasilkan dari kawasan tropis mirip pisang, kelapa, mangga, dan lain-lain sanggup dikirim ke kawasan sub tropis, sebaliknya buah-buahan khas dari kawasan lintang sedang (sub tropis) mirip anggur, pier, apel, dan lain-lain sanggup dikirimkan ke kawasan tropis.

Mahateliti Allah "...Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari (QS Ash Shaffat: 5)."

Adanya pergantian trend panas dan trend dingin, di beberapa tempat berhembus angin trend yang bertiup bergantian pada setiap tahunnya.

Pada bulan-bulan trend panas (summer) penyinaran matahari lebih hebat dan pada musim-musim cuek (winter) pendinginan juga sangat hebat.

Pada trend panas, udara akan mengalami tekanan yang rendah sedangkan pada trend cuek tekanan udara relatif sangat tinggi.

Pada sekitar tanggal 22 Desember yaitu ketika matahari berada di GBS, tekanan udara di Belahan Bumi Selatan sangat rendah sedangkan di Belahan Bumi Utara tekanan udara sangat tinggi (karena sedang mengalami trend dingin).

Karena udara selalu mengalir dari tekanan yang lebih tinggi menuju kawasan yang bertekanan yang lebih rendah maka mengalirlah angin trend dari belahan bumi utara menuju belahan bumi selatan.

Begitu pula sebaliknya pada sekitar tanggal 21 Juni yaitu ketika matahari berada di GBU, tekanan udara di Belahan Bumi Utara relatif lebih redah sedangkan di Belahan Bumi Selatan mengalami tekanan udara yang relatif tinggi.

Akibatnya mengalirlah angin trend dari Belahan Bumi Selatan menuju Belahan Bumi Utara.

Berkaitan dengan aliran angin-angin musim, di tempat tertentu mempunyai pola iklim dan trend yang berbeda-beda.

Sebagi contoh, tanggapan gerakan angin trend tersebut iklim Indonesia mempunyai dua trend secara berganti yaitu trend penghujan dan trend kemarau.

Bagimana skenario Allah memberi rizki kepada bangsa Indonesia sebagai tanggapan perubahan angin musim?:

Indonesia yaitu negara yang terletak di sekitar garis khatulistiwa yang beriklim tropik. Musim tahunannya tidak mengalami empat trend (musim panas, dingin, gugur, dan semi) tetapi hanya dua trend yaitu penghujan dan kemarau.

Adanya kedua trend di Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan letak Indonesia secara geografis yaitu di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.

Benua Asia berada di belahan bumi utara sedangkan Benua Australia berada di belahan bumi selatan. Secara kebetulan (atau lebih tepat sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah sebagai Tuhan yang Mahapengatur) kedua benua tersebut dilalui oleh garis lintang 23,5o LU dan 23,5o LS yang merupakan garis istimewa.

Ketika Benua Asia sedang trend panas, di belahan bumi selatan yaitu Benua Australia sedang mengalami trend dingin.

Angin trend berhembus dari Australia menuju Benua Asia. Indonesia yang berada di antara keduanya menerima imbas angin trend timur yang mengandung uap air yang relatif sedikit, lantaran bahari yang dilaluinya tidak begitu luas.

Oleh lantaran itu hampir di seluruh wilayah Indonesia mengalami trend kemarau.

Musim kemarau berlangsung antara bulan April hingga dengan Oktober. Puncak trend kemarau sekitar bulan Juni dan Juli Sebaliknya ketika di belahan bumi selatan (Australia) sedang mengalami trend panas, Benua Asia sedang mengalami trend dingin.

Angin trend berhembus berbalikan arah dengan enam bulan sebelumnya yaitu dari Utara menuju selatan. Angin yang berhembus pada ketika itu membawa banyak uap air lantaran sudah melewati lautan yang relatif lebih luas.

Dengan demikian menjadikan terjadinya trend penghujan di Kepulauan Indonesia yaitu berlangsung antar bulan Oktober hingga dengan April.

Puncak trend pengujan antara bulan Desember dan Januari.
"....Dialah yang mengirimkan angin, kemudian angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati kemudian kami hidupkan bumi sesudah matinya dengan hujan itu..... (QS Faathir: 9).
Dearah-daerah di sekitar garis khatulistiwa yaitu tempat-temnpat yang sangat dipanasi matahari, sedangkan daerah-daerah di sekitar kutub yaitu tempat-tempat yang kurang dipanasi.

Akibatnya antara kedua tempat tersebut selalu terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara yang sangat mencolok.

Di khatulistiwa, suhu udara selalu tinggi dengan tekanan udara yang rendah sedangkan di kawasan kutub suhu udara selalu rendah dengan tekanan yang tinggi.

Dalam lingkup yang luas mengalirlah udara dari kawasan kutub menuju kawasan khatulistiwa.

Ketika udara kutub baik dari utara maupun selatan mengalir ke kawasan khatulistiwa, di kawasan khatulistiwa udara justru mengalir naik ke atas.

Sesampainya di atmosfer cuilan tertentu udara mengalir ke arah samping yaitu ke kutub-kutub bumi.

Di kawasan di mana udara itu naik (di khatulistiwa) keadaan di sekitarnya terasa damai (tidak ada badai).

Udara yang bergerak ke arah kutub bumi tidak lurus tetapi dibelokkan oleh gaya pembelok rotasi bumi. Makin jauh ke utara makin kuat

pembelokkannya, sehingga arah yang semula ke utara bermetamorfosis arah barat- timur. Pembelokan arah angin tersebut sudah nampak pada garis lintang kira-kira 35o LU/LS.

Udara yang naik dari ekuator (khatulistiwa) tidak akan pernah hingga ke kutub tetapi akan tertahan pada garis lintang 35o LU/LS.

Karena dari khatulistiwa udara terus menerus mengalir maka berdesakanlah di lintang 35o tersebut sehingga terdapat tekanan udara yang luar biasa tinggi. Tingginya tekanan udara di lintang ini kemudian dikenal sebagai lintang kuda.

Dari lintang kuda, udara mengalir kembali di atas permukaan bumi ke arah dua tempat yang berbeda yaitu menuju khatulistiwa yang disebut angin passat dan ke arah kutub.

Aliran udara yang menuju kawasan kutub bertemu dengan aliran udara dari kawasan kutub yang menuju ke arah lintang rendah.

Dengan demikian udara dari kawasan kutub tolong-menolong tidak pernah hingga ke khatulistiwa tetapi justru berputar kembali ke tempatnya semula.

Dalam sirkulasi angin passat juga tidak semulus mirip yang dibayangkan.

Di bersahabat pantai dan benua, aliran angin passat kerap kali diganggu dan dialihkan oleh angin trend setempat.

Termasuk adanya perpindahan tempat terbit matahari dari GBU dan GBS angin passat akan banyak diganggunya.

Daerah angit passat yang banyak dipengaruhi perpindahan matahari dari GBU dan GBS disebut kawasan Etesia.

Di kawasan ini ketika trend panas akan berhembus angin passat sedangkan pada trend cuek akan berhembus angin barat.

Daerah Etesia di belahan bumi utara terletak antara 30o dan 40o LU dan disebelah selatan antara 27o dan 37o LS.

Perbedaan ini disebabkan lantaran di utara lebih luas daratannya sedangkan di sebelah selatan justru lautan yang lebih luas.

Berdasarkan sirkulasi udara di atas permukaan bumi ini terkenallah dearah-daerah iklim yang umumnya telah kita kenal yaitu:
1. Derah ekuator (khatulistiwa) yang terletak antara 10o LU dan 10o LS
2. Derah Tropik terletak 10o - 25o LU dan LS
3. Daerah Subtropik terletak 25o - 35o LU dan LS (disebut kawasan Etesia)
4. Daerah Lintang Sedang; di utara disebut Lintang Boreal dan di selatan disebut Lintang Austral. Keduanya terletak antara 35o - 55o LU dan LS.
5. Daerah Subarctik dan Subantartic. Subarctik di utara dan subantartic di selatan, masing-masing 55o - 60o LU dan LS.
6. Daerah Arctik di utara dan Antartic di selatan terletak antara 60 - 75 LU dan LS
7. Daerah kutub utara dan kutub selatan masing-masing antara 75 - 90 LU dan LS.

Tekanan udara di setiap tempat berbeda-beda.

Tekanan udara sanggup digambarkan pada peta yaitu dengan membuat garis-garis yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain yang bertekanan sama.

Garis yang menghubungkan tempat- tempat yang bertekanan sama pada peta disebut garis isobar. Pada peta garis isobar digambarkan serupa dengan lingkaran-lingkaran konsentris.

Jika suatu kawasan mempunyai lingkaran kertekanan tinggi atau rendah maka akan tergambar garis-garis itu melingkar bersambung sebagai kurva tertutup.

Dalam gambaran kawasan anti siklon (bertekanan tinggi) menyerupai bentuk piramid bertangga, sedangkan siklon (bertekanan rendah) mirip stadion yang bertangga-tangga dalam komedi yang memperlihatkan macam-macam tinggi tekanan udara pada tempat yang bersangkutan.

Siklon yaitu tempat yang bertekanan rendah dilingkari oleh lapisan udara yang makin naik tekanannya.

Dalam siklon dan anti siklon pada prinsipnya ada udara yang mengalir dari kawasan yang tinggi tekanannya ke daerah-daerah yang rendah tekanannya.

Aliran udara tidak mengalir tegak lurus ke tempat yang lebih rendah tekannnya, tetapi mengalami perubahan arah yaitu dibelokkan oleh gaya pembelok perputaran bumi.

Pembelokan itu pada belahan bumi utara selalu ke kanan dan sebaliknya di belahan bumi selatan senantiasa ke kiri.

Akibatnya jalan aliran udara ke kawasan yang rendah tekanannya merupakan sebuah spiral.

Pada kawasan bertekanan rendah, udara naik melingkar menuju pusat titik terendah lantaran udara banyak masuk maka harus ada pengelepasan semoga terus mengalir ke luar.

Jalan satu-satunya yang masih terbuka ialah jalan yang menuju ke atas.

Oleh lantaran itu di pusat bertekanan rendah, udara mengalir ke atas sebagai pusaran angin yang memilin kencang mirip belalai gajah menyedot bumi dan melebar pada cuilan atasnya mirip payung. Itulah yang disebut angin siklon.

Di kawasan bertekanan tinggi (anti siklon) terdapat keadaan sebaliknya.

Di udara sebelah atas masuk arus angin, hingga di bersahabat bumi udara pecah berputar meninggalkan tempat tersebut.

Di pusat sauatu kawasan bertekanan tinggi seolah- olah ada udara jatuh ke bumi dengan pusaran teratur, melebar, kemudian menghilang.

Terjadinya siklon berafiliasi dengan adanya dua macam aliran udara yang berlainan massa yaitu massa yang cuek dan massa yang panas.

Suatu siklon akan timbul di daerah-daerah di mana udara panas dan cuek saling berdekatan.

Dari kawasan lintang kuda, udara yang mengalir ke kawasan lintang tinggi (arah kutub) bertemu dengan udara yang berasal dari kutub.

Udara dari lintang kuda bersifat lebih panas daripada udara yang mengalir dari kawasan kutub.

Perbedaan suhu dan tekanan inilah yang menimbulkan front udara cuek berhadapan dengan udara panas.

Front udara cuek dan panas mula-mula mengalir sendiri-sendiri tidak saling ganggu.

Keduanya merupakan anggin barat yang saling mempertahankan sifatnya masing-masing, tetapi jikalau satu dengan yang lainnya saling ":menyikut", udara cuek masuk ke dalam udara panas dan begitu pula sebaliknya maka perhataikan gambar di bawah ini sebagai model tumbuhnya pusaran angin siklon.

Kedua gambar di atas memperlihatkan udara panas dan cuek saling bersikutan.

Udara cuek yang lebih berat massanya bertemu dengan udara panas yang lebih ringan, maka di bidang batas terjadilah gelombang yang sangat mengganggu.

Keseimbangan batas udara menjadi kacau, keduanya saling menekuk dan bergumul membentuk pusaran-pusaran angin.

Gerakan keduanya makin usang semakian kencang hingga terbentuk pusaran angin yang dahsyat. Di Amerika Serikat pusaran angin ini akan dikenal dengan sebutan Angin Tornado.

Angin siklon terdapat juga di kawasan tropik yang disebut angin puyuh.
Peristiwa angin puyuh tidak begitu luas wilayahnya dan lebih kecil volumenya.

Di kawasan tropik jalur angin puyuh yaitu dari timur ke barat dan menjauhi katulistiwa.
Kemudian berbelok ke arah timur lagi dan mengikuti aliran siklon di luar kawasan tropik.

Angin ini cepat hilang jikalau melintasi daratan dan pegunungan.

Sebagai angin siklon, angin puyuh sanggup merusak bangunan yang sangat luas dan jikalau melewati air juga sanggup membangkitkan gelora badai.

Adapun tempat-tempat yang kerap kali timbul angin puyuh yaitu Hindia Barat, teluk benggala, Laut Arab, Filipina, Laut Tiongkok, Samudra India cuilan Selatan, Laut sebelah utara Australia, Laut pasifik antara Hawaii dan Mexico.

Akhirnya jikalau diperhatikan, timbulnya pusaran angin tersebut tolong-menolong diawali dari perbedaan keadaan panas di permukaan bumi tanggapan rotasi dan revolusi bumi.

Dengan demikian kiranya sangat tepat jikalau dinyatakan bahwa pusaran angin itu pada dasarnya dikendalikan dari langit (matahari) dan bumi, "... dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi (QS Al Baqarah: 164)".

Selain revolusi bumi, tolong-menolong ada satu gerakan lagi dari bumi yaitu presesi.

Presisi yaitu goyangan sumbu bumi keliling sumbu ekliptika dengan arah positif dalam waktu 26.000 tahun satu kali goyangan.

Pada tahun 1950 sumbu bumi menunjuk bintang polaris
Pada rasi Ursa Minor, pada 3000 tahun yang kemudian sumbu bumi menunjuk bintang Alfa Drakonis, dan kelak pada tahun 14950 sumbu bumi akan menunjuk ke arah bintang Vega pada Rasi Libra. Arah tunjukan sumbu bumi atau arah kelanjutan dari kutub bumi disebut Kutub Langit.

Akibat presesi bumi antara lain (1) terjadinya pergeseran Kutub Langit Utara di antara bintang-bintang Kutub Ekuator Utara, (2) Pergeseran titik aries pada ekliptika dengan arah positif, dan (3) perbedaan 1 tahun siderik dengan 1 tahun tropik.

Satu tahun siderik yaitu periode peredaran matahari dalam peredaran tahunan semunya dari sebuah bintang sejati hingga dengan bintang itu lagi dengan jangka waktu 365 hari 6 jam 9 menit 10 detik.

Sedangkan satu tahun tropik yaitu periode peredaran matahari dalam peredaran tahunan semunya dari titik trend semi (aries) hingga dengan trend semi lagi dengan jangka waktu satu tahun yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik.



e. lokasi




e. lokasi

Secara garis besar pembagian lapisan Bumi mulai dari cuilan luar ke arah dalam, terdiri atas :litosfer bersifat keras-padat yang mencakup kerak dasar samudera dan kerak benua, astenosfer yang juga disebut mantel bersifat lunak, inti bumi/barisfer yang bersifat cair pijar mengandung gas.

Berdasarkan penelitian dengan memakai banyak sekali ilmu pengetahuan, para andal menyusun lapisan bumi dalam 3 cuilan besar, yaitu:

1. Kerak Bumi (Crust)
Lapisan ini menempati cuilan paling atas /permukaan bumi dengan tebal rata-rata antara 10-50 km. Tebal lapisan ini tidak sama di semua tempat.

Secara garis besar, di atas benua (contonental crust) tebalnya berkisar antara 20-50 km, sedangkan di dasar bahari (oceanic crust) hanya sekitar 10-12 km.

Lapisan ini ada yang membedakannya lagi, yaitu:

Lapisan granitis:
suatu nama yang diberikan mengingat materi yang menyusunnya kebanyakan berupa batuan granit.

Lapisan ini menempati lapisan paling atas setebal 10-15 km, dengan penghantara kecepatan gelombang Primer (pada seismogram) sekitar 0,5 km/detik.

Lapisan ini tidak ditemukan di semua tempat, umumnya di di dasar bahari tidak dijumpai lapisan ini

Lapisan Basaltis: 
kebanyakan tersusun dari materi basalt yang bersifat basa (kandungan silika rendah) dengan densitas atau kepadatan yang lebih besar.

Letaknya di bawah lapisan granitis pada kedalaman 30-50 km. Kecepatan gelombang primer berkisar antara 6,5 km/dt.

2. Selimut (Mantle)
Lapisan ini menempati cuilan sebelah bawah dari kerak bumi, Pada umumnya dibagi atas 3 cuilan lagi, yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.

Litosfer, letaknya paling atas dari selimut bumi. Terdiri dari materi yang berwujud padat dengan tebal sekitar 50-100 km.

Bersama-sama dengan kerak bumi sering disebut pula lempeng litosfer yang mengapung di atas materi yang agak kental yakni astenosfer.

Astenosfer, berupa lapisan yang letaknya berada di bawah litosfer, berwujud kental dengan tebal sekitar 100-400 km. Karena itu kecepatan gelombang pada ketika melewati lapisan ini agak menurun.

Mesosfer, wujudnya padat dengan tebal sekitar 2.400 - 2.750 km terletak di bawah astenosfer. Kecepatan gelombang primer bertambah sekitar 8 km/dt di litosfer hingga dengan sekitar 13 km/dt di lapisan ini.

3. Inti (Core)
Lapisan paling dalam ini sanggup dibedakan atas 2 bagian, yaitu inti luar dan inti dalam.

Inti cuilan luar (Outer Core), diduga berwujud cair, lantaran lapisan ini tidak sanggup dilalui oleh gelombang sekunder. Tebal lapisan ini sekitar2.270 km.

Inti cuilan dalam (Inner Core), diduga berwujud padat, tersusun dari materi berupa besi dan nikel dengan densitas sekitar 10gr/cm3 ke atas, tebal sekitar 1.216 km.


Related : Materi Lengkap! Bumi Sebagai Ruang Kehidupan

0 Komentar untuk "Materi Lengkap! Bumi Sebagai Ruang Kehidupan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)