Materi Lengkap! Interaksi Keruangan Desa Dan Kota


Istilah desa berasal dari bahasa Sanskerta yaitu deshi yang artinya tanah kelahiran atau tumpah darah.

Istilah desa di setiap daerah juga berbeda-beda, tergantung sebutan daerah setempat, ibarat Aceh disebut dengan istilah gampong atau meunasah, di Tapanuli disebut dengan istilah huta, di Minangkabau disebut dengan istilah nagari atau kampuang, di Lampung disebut dengan istilah dusun atau tiuh, dan di Bali disebut dengan istilah banjar, dan di Sulawesi Utara disebut dengan sitilah wanus.

Ada banyak sekali macam pengertian Desa yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:

UU No. 6 Tahun 2014,
Desa yakni desa dan desa adat yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa yakni kesatuan masyarakat aturan yang mempunyai batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hal asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

UU No 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah Bab 1 Pasal 1,
Desa yakni kesatuan masyarakat aturan yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat-istiadat setempat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten

R. Bintarto,
Desa merupakan hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah serta mempunyai kekerabatan timbal balik dengan daerah lainnya.

S.D. Misra
Desa merupakan kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 hingga 1.000 area.

Paul H. Landis
Desa yakni suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  • Cara berusaha bersifat agraris yang sangat dipengaruhi oleh alam ibarat iklim, topografi, dan sumber daya alam
  • Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal
  • Adanya ikatan perasaan yang sama wacana kebiasaan

Dirjen Bangdes Tahun 2010
Suatu daerah dikatakan desa kalau masih mempunyai ciri-ciri khas yang sanggup dibedakan dengan daerah lain di sekitarnya. Desa mempunyai empat ciri sebagai berikut:
  1. Perbandingan lahan dan insan cukup besar
  2. Lapangan kerja yang secara umum dikuasai yakni sektor pertanian (agraris)
  3. Hubungan antarwarga desa masih sangat akrab
  4. Masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku
  5. Sektor agraris ibarat halnya pertanian menjadi ciri khas dari pedesaan

Vernor C. Finc dan Glenn T. Trewartha
Desa pada prinsipnya hanya berupa tempat tinggal, bukan sebagai sentra bisnis. Pada umumnya, desa terdiri atas daerah perwasawahan dan bangunan-bangunan sederhana yang mengelilinginya

Sutardjo Kartohadikusumo
Desa yakni suatu kesatuan aturan di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri

Di Indonesia terdapat lebih dari 41.000 desa, lebih dari 21.000 desa diantaranya terdapat di Pulau Jawa.

Desa-desa yang terdapat di Indonesia tersebut dihuni oleh sekitar 80% dari seluruh penduduk Indonesia. Pada umumnya penduduk di pedesaan bermatapencaharian sebagai petani,

Hal ini berarti bahwa sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian, termasuk peternakan dan perikanan.

Meskipun demikian, makin usang terdapat kecenderungan bahwa penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan.



Penduduk yang dimaksud yakni kualitas dan kuantitasnya. Kualitas penduduk meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, mata pencaharian, dan tingkat kesejahteraan atau kemakmuran.

Sedangkan kuantitas penduduk meliputi jumlah penduduk, pertumbuhan, kepadatan, persebaram, mobiltias, dan sebagainya

Meliputi pola tata kehidupan atau kelakuan, tata pergaulan masyarakat desa, adat istiadat, dan norma-nomra yang berlaku di daerah tersebut. Perilaku masyarakat desa ditunjukkan oleh adanya ikatan antarwarga yang sangat erat.

Hal ini bisa dilihat dengan adanya sikap gotong-royong yang mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi

Wilayah merupakan tempat bagi insan untuk bisa melaksanakan banyak sekali aktivitas, baik sosial, ekonomi, maupun budaya. Adanya perbedaan kondisi fisik antarwilayah mengakibatkan terjadinya perbedaan perkembangan wilayah.
Misalnya daerah yang relatif datar dan terletak di dekat perkotaan akan berkembang lebih cepat daripada daerah pegunungan.


Menurut Soerjono Soekanto berikut ini ciri-ciri wilayah pedesaan:
  1. Proses sosialnya berjalan lambat
  2. Sifat gotong royong masih kuat
  3. Tingkat pendidikannya relatif rendah
  4. Golongan orang-orang renta kampung umumnya memegang peranan penting
  5. Masyarakanya masih memegang norma-nomra agama secara kuat
  6. Warga masyarakatnya mempunyai kekerabatan kekerabatan erat lantaran berasal dari satu keturunan
  7. Corak kehidupannya bersifat paguyuban
  8. Struktur ekonominya agraris
  9. Cara bertaninya sebagian besar masih tradisional

Menurut Rouceck dan Warren berikut ini ciri-ciri masyarakat pedesaan:
  1. Hubungan masyarakat bersifat kekeluargaan
  2. Mobilitas penduduk rendah, baik mobilitas horizontal (perpindahan tempat) dan mobilitas sosial (status sosial)
  3. Keluarga di pedesaan yang masih tradisional mempunyai banyak fungsi, khususnya sebagai unit ekonomi 
  4. Kelompok penduduk yang bermata pencaharian utama di daerah tertentu dan mempunyai kiprah yang cukup besar
  5. Komunikasi keluarga terjadi secara langsung, mendalam, dan informal
  6. Suatu kelompok dibuat berdasarkan faktor geografis


  1. Lapangan pekerjaan di luar pertanian (nonagraris) hampir tidak ada
  2. Sistem upah pada sektor pertanian rendah bahkan lebih rendah bahkan lebih rendah dari sistem upah nonpertanian
  3. Sistem kehidupan sosial budaya bersifat tradisional
  4. Keterkatian terhadap kepemilikan lahan
  5. Menurunnya kesuburan lahan pertanian


  1. Desa terpencil, yaitu desa yang luasnya kurang dari 2 km2
  2. Desa kecil, yaitu desa yang luasnya 2-4 km2
  3. Desa sedang, yaitu desa yang luasnya 4-6 km2
  4. Desa besar, yaitu desa yang luasnya 6-8 km2
  5. Desa terbesar, yaitu desa yang luasnya 8-10 km2

  1. Desa terkecil, yaitu desa yang jumlah penduduknya kurang dari 800 jiwa
  2. Desa kecil, yaitu desa yang jumlah penduduknya 800-1.600 jiwa
  3. Desa sedang, yaitu desa yang jumlah penduduknya 1.600-2.400 jiwa
  4. Desa besar, yaitu desa yang jumlah penduduknya 2.400-3.200 jiwa
  5. Desa terbesar, yaitu desa yang jumlah penduduknya lebih dari 3.200 jiwa

  1. Desa terkecil, yaitu desa yang kepadatan penduduknya kurang dari 100 jiwa/km2
  2. Desa kecil, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 100-500 jiwa/km2
  3. Desa sedang, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 500-1.500 jiwa/km2
  4. Desa besar, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 1.500-3.000 jiwa/km2
  5. Desa terbesar, yaitu desa yang kepadatan penduduknya 3.000-4.500 jiwa/km2

1. Desa Swadaya
Ciri-ciri desa swadaya, antara lain:
  • Tergantung pada adat istiadat dan budaya setempat
  • Ekonomi masyarakatnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
  • Sebagian besar mata pencaharian sebagai petani
  • Produktivitas rendah
  • Lembaga-lembaga sosial belum berfungsi sebagaimana mestinya
  • Administrasi desa belum terealisasi dengan baik
  • Belum bisa mandiri
  • Tingkat pendidikan rendah
  • Penduduknya jarang

2. Desa Swakarya
Ciri-ciri desa swakarya, antara lain:
  • Mata pencaharian beranekaragam dan tidak tergantung hanya pada sektor pertanian
  • Lembaga-lembaga sosial mulai berfungsi sebagaimana mestinya
  • Tingkat pendidikan dan kesehatan cukup tinggi
  • Pola pikir mulai berubah (terbuka)
  • Administrasi pemerintahan desa terealisasi dengan baik
  • Mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri
  • Mulai mendapat efek dari luar

3. Desa Swasembada
Ciri-ciri desa swasembada, antara lain:
  • Masyarakatnya mulai lepas dari adat istiadat dan tradisi
  • Tingkat pendidikan dan keterampilan sudah tinggi
  • Mata pencaharian penduduk sebagaian besar di bidang jasa dan perdagangan 
  • Sarana dan prasarana lengkap
  • Administrasi desa terealisasi dengan baik
  • Mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada
  • Lembaga-lembaga sosial berfungsi sebagaimana mestinya dan bisa mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan
  • Teknologi mulai digunakan
  • Masyarakatnya mulai maju

  1. Desa nelayan, yaitu desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan
  2. Desa industri, yaitu desa yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pekerja di bidang industri
  3. Desa pertanian, yaitu desa yang sebagaian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani


Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya berjauhan, tidak berjejal ibarat di kota.

Salah satu teladan bentuk tata ruang desa yakni ibarat yang digambarkan Soetardjo Kartohadikusumo.

Ia menggambarkan bahwa tata ruang desa di Jawa. Secara fisik, desa-desa di Jawa tepinya dipagari dengan tanaman, contohnya bambu.

Di luar pagar desa itu terhampar persawahan dan atau perladangan. Di penggalan dalamnya yakni rumah-rumah penduduk yang berjejer di kiri kanan jalan desa.

Berdasarkan Pasal 215 UU No. 32 Tahun 2004, pembangunan tempat pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan tubuh permusyawaratan desa.

Pelaksanaanya dengan memerhatikan faktor-faktor sebagai berikut.
a. Kepentingan masyarakat desa
b. Kewenangan desa
c. Kelancaran pelaksanaan investasi
d. Kelestarian lingkungan hidup
e. Keserasian kepentingan antarkawasan dan kepentingan umum

Di desa, sistem perhubungan sangat dipengaruhi oleh kondisi geografisnya. Desa yang kondisi geografisnya berupa dataran mempunyai tingkat kelancaran yang tinggi dibandingkan desa-desa di daerah perbukitan atau pun pegunungan.

Adapun sistem transportasi di pedesaan dipengaruhi oleh tiga faktor, sebagai berikut.

a. Letak atau lokasi desa
Komunikasi dan mobilitas penduduk di desa yang terpencil lebih terbatas, sedangkan yang letaknya strategis dan topografinya baik akan lebih cepat berkembang

b. Fungsi desa terhadap daerah sekitarnya
Bila dihubungkan dengan kota, maka desa sanggup berfungsi sebagai hinterland kota. Hal ini tentunya perlu didukung sarana dan prasarana perhubungan

c. Keadaan topografi
Keadaan topografi desa yang berelief bernafsu tentunya menyulitkan pembuatan sarana perhubungan dan pengangkutan ke daerah lain. Sebaliknya, daerah yang topografinya landai atau datar memudahkan pembuatan sarana perhubungan dan pengangkutan.



a. Iklim
Pada ketinggian tertentu suatu desa menjadi maju lantaran kecocokan iklimnya bagi pengembangan tumbuhan dan pemanfaatan tertentu. Seperti perkebunan, pertanian sayur, tempat rekreasi, tempat peristirahatan, dan sebagainya.

b. Flora dan Fauna
Di desa masih banyak lahan yang dikembangkan untuk perjuangan pertanian. Berbagai tumbuhan pangan dan binatang ternak banyak dibudidayakan di pedesaan. Hal ini merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan di desa dan di kota.

c. Lahan
Lahan tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman, tetapi juga sebagai sumber materi tambang dan mineral. Lahan mempunyai jenis tanah yang menjadi media bagi tumbuhnya tumbuhan tertentu. Misalnya, jenis tanah aluvial cocok bagi tumbuhan padi, jagung, dan kacang. Pada lahan juga dimungkinkan terjadi eksploitasi materi tambang ibarat kerikil bara, kerikil kapur, pasir kuarsa, kerikil marmer, dan sebagainya.

d. Air
Pada umumnya desa mempunyai potensi air yang higienis dan melimpah. Dari dalam tanah, air diperoleh melalui penimbaan, pemompaan, atau mata air. Air dipakai untuk keperluan minum, irigasi, mencuci, memasak, dan keperluan lainnya.


a. Lembaga dan Organisasi Sosial
Yaitu forum pendidikan dan organisasi sosial yang sanggup memperlihatkan dukungan sosial dan bimbingan terhadap masyarakat. Contoh: Koperasi Unit Desa, Balai Kesehatan Ibu dan Anak, dan sebagainya.

b. Aparatur atau Pamong Desa
Aparatur bertugas menjaga kelancara manajemen desa dan menggerakkan sumber daya insan di desa. Contoh: kepala desa, kepala adat, dan sebagainya

c. Masyarakat Desa
 Masyarakat desa yang hidup gotong royong merupakan suatu kekuatan berproduksi atau kekuatan membangun atas dasar kolaborasi dan saling pengertian.


  1. Desa sebagai kawan pembangunan wilayah kota
  2. Desa merupakan hinterland, daerah penyokong dan penyuplai kebutuhan masyarakat kota
  3. Desa sebagai sumber materi mentah bagi kota
  4. Desa sebagai sumber tenaga kerja bagi kota

Bentuk dan pola desa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan geografisnya. Kondisi  lingkungan geografis tersebut antara lain letak desa, iklim, tanah, dan air.

1. Tanah
Unsur tanah berkaitan dengan tingkat kesuburannya. Kesuburan tanah mempengaruhi peroduktivitas lahan, khususnya untuk pertanian.

Desa yang tanahnya subur, pola permukiman penduduknya cenderung mengelompok di sekitar areal pertanian.

Desa yang tanahnya tidak subur, pola permukiman penduduknya tidak bergantung pada kesuburan tanah, tetapi menyebar.

2. Air
Kondisi air yang dimaksud yakni air tanah. Desa dengan air tanah yang dangkal, mempunyai pola permukiman mengelompok.

Desa dengan air tanah yang dalam, cenderung membentuk pola permukiman menyebar atau tidak beraturan lantaran mencari sumber-sumber air.

3. Letak Desa
Desa-desa yang terletak di dataran rendah mempunyai pola persebaran yang lebih kompak dan teratur.

Hal ini disebabkan oleh kemudahan pembangunan yang didukung oleh topografi yang cenderung datar. Berbeda dengan desa-desa di daerah pegunungan.

Desa ini membentuk pola tidak beraturan. Hal itu disebabkan oleh pembangunan-pembangunan permukiman yang menghindari tebing-tebing terjal dan lahan yang tidak rata.

4. Iklim
Iklim dipengaruhi oleh suhu dan ketinggian tempat. Selain itu, curah hujan juga turut serta mempengaruhi perkembangan suatu desa.

Desa-desa yang dipengaruhi oleh iklim yang cenderung ekstrem akan sulit berkembang.



Pola perkampungan memusat sanggup dengan gampang Anda temui pada wilayah-wilayah dataran tinggi atau perkampungan yang dibuat lantaran aturan adat.

Penduduk yang mendiami perkampungan ini pun relatif tidak begitu banyak dan biasanya dihuni secara turun temurun oleh beberapa generasi.


Pola desa tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau gunung api.

Penduduk akan mendirikan permukiman secara tersebar lantaran mencari daerah-daerah yang relatif aman, tidak terjal, dan morfologi yang relatif rata.

Pola tersebar juga terdapat di wilayah karst (kapur). Penduduk akan tersebar mencari daerah yang mempunyai kondisi air yang baik lantaran biasanya di daerah karst kondisi air sangat buruk.


Pola permukiman pedesaan yang masih sangat tradisional banyak mengikuti pola bentuk sungai, lantaran ketika itu sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari.

Selain itu, juga berfungsi sebagai jalur transportasi antarwilayah. Melalui jalur transportasi sungai, perekonomian sederhana ketika itu telah berlangsung.

Kondisi ibarat ini banyak ditemui di wilayah-wilayah kerajaan Jawa (contoh masa Majapahit) dan Sumatera (masa Sriwijaya).

Pola ini juga masih berkembang hingga sekarang di wilayah pedesaan pedalaman, ibarat di pedalaman Siberut, Kalimantan, dan Papua.

Saat ini pola permukiman wilayah pedesaan, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera sedikit banyak telah dipengaruhi oleh keberadaan jalan.

Sehingga penempatan rumahnya pun akan mengikuti arah jalan. Biasanya, pola permukiman ini banyak tersebar pada wilayah yang mempunyai topografi datar.

Sejalan dengan itu, posisi bangunan rumah pedesaan menghadap ke arah yang tidak teratur.

Menurut kondisi fisik bangunan, rumah di pedesaan banyak dibangun secara tidak permanen, terbuat dari materi yang tidak sepenuhnya dari tembok.


Kota didefinisikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan insan yang mempunyai ciri sosial, ibarat jumlah penduduk tinggi dan strata sosial-ekonomi yang heterogen dengan corak yang materialistis.

Berbeda dengan desa, kota mempunyai kondisi fisik relatif lebih modern, ibarat kondisi sarana dan prasarana jaringan transportasi yang kompleks, sektor pelayanan dan industri yang lebih dominan.

Adapun beberapa pengertian kota berdasarkan para andal sebagai berikut.

Grunfeld
Kota yakni suatu permukiman dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beraneka serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yang lokasinya berdekatan.

Louis Wirth
Kota yakni permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

R. Bintarto
Kota yakni suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan tanda-tanda pemusatan penduduk yang cukup besar, corak kehidupan yang lebih heterogen, dan materialistik dibandingkan dengan daerah sekitarnya

Max Weber
Kota yakni suatu tempat yang penghuninya sanggup memenuhi sebagaian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota yakni adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem aturan sendiri dan bersifat kosmopolitan.

Arnold Toynbe
Kota selain merupakan permukiman juga merupakan suatu kondisi kompleks yang khusus dan tiap kota memperlihatkan pribadinya masing-masing.


1. Ciri-Ciri Sosial
  • Masyarakat heterogen
  • Bersifat individualistis dan materialistis
  • Mata pencaharian nonagraris
  • Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (hubungan kekerabatan mulai pudar)
  • Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat miskin
  • Norma-norma agama tidak begitu ketat
  • Pandangan hidup lebih rasional
  • Menerapkan taktik keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas

2. Ciri-Ciri Fisik
  • Sarana perekonomian ibarat pasar atau supermarket
  • Tempat parkir yang memadai
  • Tempat rekreasi yang memadai
  • Alun-alun
  • Gedung-dedung pemerintahan



  • Kota kecil, yaitu kota dengan jumlah penduduk antara 20.000 hingga dengan 50.000 jiwa.
  • Kota sedang, yaitu kota dengan jumlah penduduk antara 50.000 hingga dengan 1.00.000 jiwa.
  • Kota besar, yaitu kota dengan jumlah penduduk antara 100.000 hingga dengan 1.000.000 jiwa
  • Kota metropolitan, yaitu kota dengan jumlah penduduk antara 1.000.000 hingga dengan 5.000.000 jiwa
  • Kota megapolitan, yaitu kota dengan jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 jiwa.

  • Kota sentra pemerintahan, yaitu kota yang memiiki fungsi sebagai sentra pemerintahan atau ibu kota negara. Misalnya Jakarta, Moskow, dan Berlin
  • Kota sentra kebudayaan, yaitu kota yang mempunyai fungsi sebagai sentra kebudayaan. Contoh Yogyakarta, Surakarta, Athena, dan Baghdad
  • Kota sebagai sentra kesehatan, yaitu kota yang mempunyai fungsi sebagai sentra kesehatan dan rekreasi, umumnya terletak di dataran tinggi yang sejuk dan di tepi pantai. Contoh Lembang, Kaliurang, Cipanas, Florida, Bangkok, dan Buenor Aires.
  • Kota sentra produksi, yaitu kota yang berfungsi sebagai sentra produksi atau pemasok baik berupa materi mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh Bukit Asam dan Ombilin (batu bara); Bontang dan Lhoksumawe (LNG); Gresik Cilacap, Padang (semen); Cilegon (industri besi dan baja); Bandung, Pekalongan (industri tekstil)
  • Kota sentra perdagangan, yaitu kota yang berfungsi sebagai sentra perdagangan baik domestik maupun internasional. Contoh Hongkong, Singapura, Bremen, Rotterdam, New York, Boston, dan Philadelphia.

  • Tingkat eupolis, yaitu suatu desa yang telah berkembang dan telah memperlihatkan ciri-ciri kehidupan perkotaan atau berubah menjadi suatu kota baru
  • Tingkat polis, yaitu kota yang masih mempunyai ciri-ciri atau sifat agraris. Sebagian besar kota-kota di Indonesia masih berada pada tahap ini.
  • Tingkat metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke sektor industri, ibarat Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya
  • Tingkat megapolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa kota metropolis. Dalam beberapa hal, kota ini telah memperlihatkan penurunan kualitas mendekati kemunduran. Contohnya Bos-Wash (jalur Boston-Washington) dan San-San (jalur San Diego-San Francisco)
  • Tingkat triyanopolis, yaiti kota yang kehidupannya sudah penuh dengan kemacetan kemudian lintas, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan penurunan pelayanan umum
  • Tingkat nekropolis, yaitu suatu kota yang berkembang menuju kehancuran/keruntuhan. Contoh peradaban Romawi, Babylonia, Harapa, Astek, Maya-Inca dan Mahenjo Daro.


1. Potensi Politik
Yaitu keberadaan aparatur kota yang menjalankan tugasnya dengan baik dalam melayani masyarakat, termasuk partai politik, dan lembaga-lembaga politik lainnya.

2. Potensi Budaya
Ditandai dengan keberadaan sarana pendidikan dan kesenian yang memberi semangat dan gairah hidup bagi warga kota

3. Potensi Ekonomi
Yang ditandai dengan terdapatnya fasilitas-fasilitas perekonomian, ibarat pasar, sentra perbelanjaan, bank, dan tempat industri

4. Potensi Sosial
Yaitu kemudahan yang sanggup mengakibatkan keserasian, dan ketenangan hidup warga kota. Contohnya tempat ibadah, rumah sakit, tempat hiburan, tubuh atau yayasan sosial, dan organisasi sosial.



Penduduk merupakan faktor yang dinamis, terutama kalau ditinjau dari kuantitasnya.

Sehubungan dengan jumlah penduduk, ada dua hal yang sangat besar lengan berkuasa terhadap perkembangan kota, yaitu pertambahan alami dan tingkat urbanisasi.

Adapun faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi, sebagai berikut.
  1. Adanya banyak sekali kemudahan yang lebih lengkap daripada di desa
  2. Makin sempitnya kepemilikan lahan di desa
  3. Kemajuan transportasi memacu perpindahan penduduk dari desa ke kota
  4. Di kota gampang mendapat pekerjaan meskipun dengan ketrampilan terbatas
  5. Adanya kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
  6. Tingkat upah di kota lebih tinggi


Faktor budaya berperan dalam perkembangan kota, yaitu tingkat kepandaian insan dalam mengelola lingkungan kehidupannya.

Faktor budaya yang menjadi tolok ukur perkembangan kota kota yakni tingkat penguasaan teknologi.

Perkembangan teknologi ikut memilih perkembangan tingkat sosial ekonomi masyarakat.


Alam merupakan faktor yang relatif statis terhadap perkembangan kota. Karena apabila ada perubahan, perubahan itu berlangsung relatif lama.


1. Pusat Kota
 Pusat kota (inti kota) yaitu sentra kegiatan kota, baik kegiatan ekonomi, politik, kebudayaan, dan sosial.

2. Selaput Inti Kota
Selaput inti kota yakni lokasi sentra kegiatan yang berada di luar inti kota yang merupakan ekspansi atau pemekaran kota

3. Kota Satelit
Kota satelit yaitu suatu tempat yang mempunyai sifat perkotaan yang memberi daya dukung bagi kehidupan di kota

4. Suburban
Suburban yaitu suatu daerah di sekitar sentra kota yang berfungsi sebagai daerah permukiman dan pabrik (industri)

Pola keruangan kota atau pemanfaatan kota secara umum digambarkan sebagai berikut.
Penjelasan pembagian wilayah perkotaan, sebagai berikut.
  • City yakni suatu daerah yang mempunyai sarana kehidupan dan penghidupan modern
  • Suburban/forough yakni suatu area yang lokasinya dekat sentra kota atau inti kota dengan luas meliputi daerah penglaju (comuter)
  • Suburban fringe yakni suatu daerah peralihan antara kota dengan desa mengelilingi suburban
  • Urban fringe yakni daerah batas luar kota yang mempunyai sifat ibarat dengan kota
  • Rural urban fringe yakni daerah yang terletak antara kota dengan desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran
  • Rural (desa) yakni daerah yang mempunyai suasana kehidupan desa dan kehidupan yang agraris



Teori sektor oleh Homer Hoyt menyatakan bahwa struktur kota bukan merupakan lingkaran-lingkaran konsentris, melainkan berupa sektor-sektor terpisah dari dalam ke luar.

Hoyt bertitik tolak dari anggapan bahwa industri mengambil peranan yang lebih penting dan cenderung meluas di sepanjang jalan keluar dari pusat.

Contoh kota yang mempunyai pola sektoral yakni California, Boston, dan San Fransisco. Susunan kota berdasarkan teori sektor sebagai berikut.
  1. Sektor sentra kegiatan bisnis terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bisokop, pasar, dan sentra perbelanjaan
  2. Sektor tempat industri ringan dan perdagangan
  3. Sektor kaum buruh atau kaum muda yaitu tempat permukiman kaum buruh
  4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma
  5. Sektor permukiman adi wisma yaitu tempat tempat tinggal golongan atas yang terdiri atas para direktur dan pejabat


Harris dan Ullman menilai bahwa kota tidak seteratur penggambaran Burgess lantaran antarkawasan kota seolah berdiri sendiri.

Struktur ruang kota tidaklah sesederhana dalam teori konsentris. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya urutan-urutan yang teratur yang sanggup terjadi.

Dalam suatu kota terdapat tempat-tempat tertentu yang berfungsi sebagai inti kota dan sentra pertumbuhan baru.

Keadaan tersebut telah mengakibatkan adanya beberapa inti dalam suatu wilayah perkotaan contohnya kompleks atau wilayah perindustrian, kompleks sekolah tinggi tinggi, dan kota-kota kecil di sekitar kota besar.

Menurut teori ini struktur ruang kota sebagai berikut.
  1. Pusat kota atau Central Bussiness District (CBD)
  2. Kawasan niaga atau industri ringan
  3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh
  4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah
  5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya
  6. Pusat industri berat
  7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran
  8. Upakota, untuk tempat madyawisma dan adiwisma
  9. Upakota (suburban) tempat industri

Di Indonesia, struktur ruang kota ditandai dengan pemanfaatan lahan yang tidak tertata dengan baik sehingga mengakibatkan banyak sekali macam permasalahan, ibarat permasalahan permukiman, pembuatan trotoar, drainase, jalan raya, dan perindustrian


Burgess beropini bahwa pola penggunaan lahan di perkotaan memperlihatkan zona-zona konsentris atau melingkar.

Pada sentra zona bulat terdapat inti kota, merupakan sentra kegiatan ekonomi kota. Semakin ke tepi sentra zona, akan terlihat pengurangan kegiatan ekonominya.

Contoh kota dengan pola konsentris yakni Chicago, Adelaide, Calcuta, dan Amsterdam. Pembagian zona-zona berdasarkan Burgess sebagai berikut.
  1. Zona sentra daerah kegiatan (CBD) yang merupakan sentra pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel restoran, dan sebagainya
  2. Zona peralihan atau zona transisi merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekononomi. Daerah ini sering ditemui tempat permukiman kumuh yang disebut slum lantaran zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian tolong-menolong zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara sentra kota dengan daerah di luarnya
  3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik lantaran dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rummah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini workingmen's home
  4. Zona permukiman kelas menengah, merupakan kompleks perumaha  para karyawan kelas menengah yang mempunyai keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar
  5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya tempat elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi
  6. Zona penglaju (commuters) merupakan batas daerah yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran


Sistem transportasi dan perhubungan kota-kota besar di Indonesia yang telah dilaksanakan, sebagai berikut:
  1. Pembuatan jalan tembus (by pass)
  2. Pemasangan traffic light di persimpangan jalan
  3. Pembuatan jalur cepat dan jalur lambat
  4. Pembuatan jalur layang untuk kereta api dan jalur layang untuk kendaraan pada persimpangan jalur kereta api
  5. Peraturan kemudian lintas dan penggunaan jalan sesuai dengan jenis kendaraan
  6. Pembuatan jalan tol (bebas hambatan)
  7. Pembuatan jalan layang (fly pass) dan jalur bawah tanah (subways) untuk mengurangi kemacetan


1. Kota yang berasal dari sentra perkebunan
Kota ini terjadi adanya pembukaan lahan gres untuk areal perkebunan. Contoh, kota Bandung, Palembang, Jambi, dan Bengkulu

2. Kota yang berasal dari sentra pertambangan
Kota ini terjadi lantaran adanya sumber daya alam berupa tambang sanggup berakibat munculnya kota-kota tambang ibarat Belitung (timah), Balikpapan, Samarinda, Tarakan (minyak bumi), dan Martapura (intan)

3. Kota yang berasal dari sentra administrasi
Terjadi lantaran wilayah tersebut menjadi sentra manajemen untuk mengurus segala sesuatu yang bekerjasama dengan urusan administrasi. Biasanya menjadi ibu kota suatu wilayah. Contoh Jakarta sebagai ibu kota negara, Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah.

4. Kota yang berasal dari sentra perdagangan
Terjadi lantaran adanya kegiatan perdagangan, baik lokal maupun internasional. Contoh Makassar (pusat perdagangan hasil bumi)

5. Kota yang berasal dari sentra industri
Banyaknya pembangunan pabrik mengakibatkan wilayah tersebut tumbuh berubah menjadi kota. Contoh kota-kota di Pulau Batam, Tangerang, dan lain-lain.


Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai efek terhadap sikap dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan kontak eksklusif melalui isu yang didengar  atau media massa.

Menurut Edward Ullman, ada tiga faktor penyebab interaksi antarwilayah sebagai berikut.

1. Kesempatan untuk berintervensi
Artinya adanya kesempatan untuk timbulnya interaksi antarwilayah dan sanggup memenuhi kebutuhan sumber daya wilayah tersebut. Jadi, semakin besar intervening opportunity maka semakin kecil arus komoditas.

2. Kemudahan pemindahan dalam ruang
Kemudahan pemindahan dalam ruang baik berupa barang, jasa, manusia, maupun informasi. Adapun proses pemindahan dari kota ke desa atau sebaliknya dipengaruhi, sebagai berikut.
a. Kelancaran transportasi antarwilayah
b. Jarak mutlak maupun jarak relatif antarwilayah
c. Biaya transportasi dari satu tempat ke tempat lain
Jadi, semakin gampang transfer abilitas, maka semakin besar arus komoditas.

3. Wilayah yang saling melengkapi
Wilayah mempunyai potensi sumber daya yang berbeda-beda baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Perbedaan sumber daya kota dan desa mengakibatkan timbulnya interaksi.
Jadi, adanya kebutuhan saling melengkapi atau kmplementaritas. Hal ini didorong oleh seruan dan penawaran.


1. Aspek Sosial
  • Meningkatnya kemudahan pendidikan, kesehatan, hiburan, dan lain-lain
  • Meningkatnya sarana transportasi dan komunikasi
  • Terjadinya perubahan sosial
  • Berkembangnya organisasi sosial
  • Jumlah penduduk, pertambahan, penyebaran, serta kepadatannya

2. Aspek Budaya
  • Berkembangnya peralatan dan perlengkapan hidup
  • Komunikasi semakin terbuka
  • Berubahnya sistem nilai dan norma
  • Penetrasi budaya kota ke desa

3. Aspek Ekonomi
  • Meningkatnya lapangan pekerjaan
  • Meningkatnya perdagangan, transportasi, dan komunikasi
  • Berkembangnya produksi, konsumsi, serta distribusi barang dan jasa
  • Pemanfaatan sumber daya alam dan energi


Kota selalu mempunyai kekerabatan erat dengan sekitarnya.

Penduduk kota yang terdiri atas pedagang, pegawai pemerintah dan swasta, tukang-tukang, seniman, guru, dan sebagainya, hidup dari hasil pertanian yang dihasilkan oleh para petani di pedesaan.

Penduduk kota sangat tergantung secara irit terhadap penduduk pedesaan.

Demikian pula sebaliknya, penduduk desa mempunyai ketergantungan tehadap perkotaan terutama menyangkut sandang, pangan, dan barang jadi.

Timbulnya pasar bisa menjadi ajang pertukaran kebutuhan antara penduduk desa dan kota.

Menurut Daldjoeni, majunnya komunikasi dan transportasi menjadikan efek kota terhadap wilayah sekitarnya semakin kuat.

Sosiolog Hoselitsz, juga mengemukakan bahwa kota besar melancarkan sifat-sifat paresiternya terhadap pedesaan dengan perincian, yaitu menelaah habis investasi, menyedot tenaga manusia, mendominasi pola manusiawi, mengganggu perkembangan kota-kota lain yang lebih kecil, dan cenderung mempunyai konsumsi yang tinggi dibanding produksinya.

Paul Harrison menyatakan kekerabatan antara kota dan desa di dunia ketiga ibarat sekali dengan kekerabatan antara yang kaya dan miskin.

Pedesaan tidak mempunyai sistem organisasi dan koordinasi yang bisa memaksa pihak kota untuk membayar balasannya dengan harga yang lebih tinggi.

Selanjutnya kota merupakan perpaduan antara pihak penguasa dan para pegawainya untuk memajukan kota.

Boeke seorang ekonomi, beropini bahwa kekerabatan antara desa dan kota bersifat dualistik. Di satu pihak terdapat sektor yang maju, sedangkan pihak lainnya terbelakang.

Gambaran masyarakat dualistik bisa saja timbul akhir dari adanya pembangunan.

Pembangunan pedesaan ditujukan mencapai suatu pemecahan duduk masalah di pedesaan terutama duduk masalah peningkatan pendapatan kerja serta pelayanan sosial.

Oleh lantaran itu, taktik pembangunan pedesaan yakni untuk memberatkan kemiskinan dan memeprbaiki kualitas  hidup masyarakat pedesaan.


1. Ditinjau dari Aspek Sosial
  • Terjadi mobilitas antara keduanya
  • Terjadi saling ketergantungan antara desa dan kota, khususnya dalam bidang pasokan materi mentah 

2. Ditinjau dari Aspek Budaya
  • Meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat desa
  • Terjadinya tingkah laku, khususnya masyarakat pedesaan
  • Meningkatkan sumber daya budaya yang sanggup menarik wisatawan

3. Ditinjau dari Aspek Ekonomi
  • Memperlancar kekerabatan desa dan kota
  • Meningkatkan volume perdagangan antara desa dan kota
  • Menimbulkan perubahan orientasi ekonomi penduduk desa
  • Menimbulkan tempat perdagangan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan jual beli
  • Meningkatkan pendapatan penduduk desa dan kota



Tenaga kerja di desa biasanya mempunyai kualitas yang rendah.

Oleh lantaran itu, untuk mengatasi duduk masalah maka perlu diadakan banyak sekali macam penyuluhan, pelatihan, dan banyak sekali macam bentuk pembinaan.

Mulai dari perangkat desa (aparat desa) hingga pada anggota masyarakat pekerja.

Pengembangan keterampilan tenaga kerja di desa perlu diorientasikan pada mata pencaharian masyarakat desa yang bersangkutan supaya potensi yang ada bisa eksklusif diserap.


Kendala utama usaha-usaha yang dirintis di pedesaan yakni situasi harga yang fluktuatif, lantaran hilang, atau lantaran berkurangnya kesempatan.

Kesempatan pasar atau pemasaran hasil produksi desa merupakan motor penggagas pertumbuhan ekonomi desa.

Membaiknya pemasaran hasil produksi di desa akan mendukung masuknya modal ke daerah pedesaan.

Sebaliknya, lesunya pemasaran akan menghambat perekonomian dan produktivitas desa.

Oleh lantaran itu, dalam sistem pemasaran produk desa perlu adanya suatu sistem yang bisa menumbuhkan kebijaksanaan pemerintah dan bisa mengikuti prosedur atau tata niaga ekonomi pasar yang berlaku.


Jumlah tenaga kerja yang memasuki pasaran kerja semakin bertambah banyak. Kualitas diantara mereka pun beranekaragam.

Oleh lantaran itu, langkah pertama yang harus ditempuh yakni membuka kesempatan kerja untuk menyerap tenaga kerja pasaran di desa.

Hal ini dimaksudkan supaya mereka tidak pergi ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lain, yaitu kota-kota kecil, kota-kota sedang, atau kota-kota besar.


Pasaran kerja atau kesempatan kerja ini biasanya digeraan oleh perorangan atau kelompok di desa.

Usaha semacam ini biasanya diubahsuaikan dengan kondisi dan kualitas dari tenga kerja.

Teknologi yang dipakai tidak terlalu tinggi bahkan bisa dilakukan transfer teknologi kepada masyarakat desa.

Karena bentuknya yang perorangan, kalaupun ada yang kelompok biasanya usahanya pun kecil.


Untuk mendorong keberadaan perjuangan ini, maka pemerintah perlu untuk memperlihatkan dukungan kredit kecil untuk desa, ibarat BKD (Bank Kredit Desa).


  1. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma setempat akhir teladan dai gaya hidup perkotaan sering ditularkan di kehidupan pedesaan
  2. Desa banyak kehilangan penduduk yang mempunyai potensi dan berkualitas
  3. Desa kekurangan tenaga kerja untuk mengolah pertanian lantaran sebagaian besar penduduknya pindah ke kota

  1. Mendorong pembangunan desa lantaran penduduk telah mengetahui kemajuan di kota
  2. Mengurangi jumlah pengangguran di pedesaan
  3. Bagi desa yang padat penduduknya, urbanisasi sanggup mengurangi jumlah penduduk
  4. Meningkatnya kesejahteraan penduduk desa melalui kiriman uang dan hasil pekerjaan dari keluarga yang bekerja secara layak di kota

  1. Meningkatnya kemacetan  kemudian lintas
  2. Meningkatnya kejahatan, pelacuran, perjudian, dan bentuk duduk masalah sosial lainnya
  3. Meningkatnya pengangguran di perkotaan
  4. Munculnya tunawisma, tunasosial, dan gubuk-gubuk liar di kota

  1. Kota sanggup memenuhi kebutuhan julah tenaga kerja
  2. Semakin banyaknya sumber daya insan yang berpotensi dan bekualitas

Related : Materi Lengkap! Interaksi Keruangan Desa Dan Kota

0 Komentar untuk "Materi Lengkap! Interaksi Keruangan Desa Dan Kota"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)