Kisah Bubuk Lahab


Semua orang tentunya sudah mengetahui siapa sesungguhnya Abu Lahab, terutama kaum muslimin sudah sangat kenal dengan yang namanya Abu Lahab, sampai-sampai Allah sendiri mengabadikan namanya dalam salah satu surat dari Al Quran. Meski ia masih saudara Rasulullah saw (paman Nabi) tapi ia sangat membenci Nabi Muhammad SAW dan ajarannya yakni agama Islam.

Kisah ini di angkat untuk mengetahui mengenai cerita orang-orang yang mempunyai sifat dan aksara jahat yang tidak patut untuk dicontoh dan diteladani dalam kehidupan kedepannya. Ketika Allah swt mengisahkan perihal orang-orang terdahulu dalam Al Quran, biasanya insiden hal menyerupai itu akan terulang kembali dimasa yang akan datang.

Mengenai siapa sesungguhnya Abu Lahab ini, mari kita simak kisahnya berikut ini

Nama lengkapnya Abu Lahab yakni Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, namun di masyarakat Quraisy dia dikenal dengan sebutan Abu Lahab, lantaran tampang mukanya berseri-seri, meskipun ia bermata juling.

Abu Lahab yakni saudara kandung Abdullah bin Abdul Muthalib ayahanda Nabi Muhammad saw, Abu Lahab dan istrinya yang berjulukan Ummu Jamil merupakan sepasang suami istri yang paling benci kepada Rasulullah saw dan selalu menentang pada acara dakwah nabi Muhammad saw.

Dalam suatu riwayat pernah dikisahkan :

Rubaiah bin Ubbad Addailu pernah menyampaikan : Saya masih seorang perjaka suatu hari bersama Rasulullah, mendatangi aneka macam kabilah Arab oleh seorang yang bermata juling, tapi berwajah cerah berseri. Setiap Rasulullah saw berada dalam lingkungan suatu kabilah, dia berseru Hai bani Fulan ! Sesungguhya saya ini utusan Allah kepada saudara-saudara sekalian. Saya serukan supaya saudara-saudara menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan apapun juga. Percayalah dan jagalah saya, sehingga saya sanggup melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan Allah atas diri saya. Setiap dia selesai berbicara, orang dibelakang dia berkata : Hai bani Fulan ! orang ini menghendaki supaya kau sekalian meninggalkan penyembahan kepada berhala Latta Uzza kau turuti omongannya !

Saya Rubaiah bertanya kepada ayah, siapa orang itu! Paman dia sendiri Abu Lahab, balasan ayah.

Seperti itulah salah satu cara Abu Lahab mengganggu Rasulullah saw dalam acara dakwahnya. Sedangkan istri Abu Lahab yang berjulukan lengkap Arwa binti Harb atau lebih dikenal dengan panggilan Ummu Jamil ia yakni pembantu dan mendorong Abu Lahab (suaminya) dalam melaksanakan perbuatan-perbuatan dalam mengganggu proses dakwah Rasulullah saw.

Sikap serta tindakan yang dilakukan Abu Lahab terhadap rasulullah saw sudah dilakukan semenjak awal mula dia berdakwah. Menurut Ibnu Abbas, pada suatu ketika Rasulullah saw pergi ke Batha, kemudian dia naik ke atas gunung dan berseru Shubuh! seketika itu pula orang-orang Quraisy berkumpul di sekelililng beliau. kemudian bertanya, Bagaimana jikalau saya katakan ada musuh yang akan menyerang saudara-saudara pagi atau sore ini, apakah saudara-saudara mau percaya?

Lalu mereka menjawab, Ya.

Beliau bersabda, Saya peringatkan kepada saudara-saudara bahwa dimuka saya tersedia siksaan yang berat. Yang dimaksud Rasulullah yakni bahaya siksa neraka jikalau mereka tidak beriman. Abu Lahab eksklusif bertanya dengan nada membantah, untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!

Menurut satu riwayat lain, ketika itu Abu Lahab bangun sambil mengacungkan tangannya dan berkata : Celakalah engkau seterusnya! Untuk inikah engkau mengumpulkan kami? Celakalah engkau!

Atas insiden tersebut maka turunlah surat Al Lahab, yang berbunyi :

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk dalam api yang bergejolak. dan begitu pula istrinya pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali sabut. Qs. Al Lahab ayat 1-5

Ketika seluruh anggota keluarga Bani Hasyim di bawah pimpinan Abu Thalib bersepakat untuk menjaga keselamatan diri Rasulullah saw. Walaupun mereka tidak beriman dan hanya lantaran fanatisme kekeluargaan, maka Abu Lahab punya perilaku sebaliknya, dia malah bersekutu dengan orang-orang Quraisy lainnya dan menentang Bani Hasyim.

Abu Lahab ikut menandatangani perjanjian tertulis gotong royong orang-orang Quraisy tersebut untuk mengucilkan Bani Hasyim dan memboikot mereka dengan materi makanan. Tujuannya yakni supaya mereka bersedia menyerahkan Muhammad saw kepada orang-orang Quraisy untuk di adili.

Sebelum nabi Muhammad saw di angkat menjadi rasul, Abu Lahab pernah meminang dua putri dia yaitu Ruqayah dan Ummu Kulsum untuk dua orang anak laki-lakinya. Tetapi begitu dia diangkat menjadi Rasul, Abu Lahab memerintahkan kepada kedua anaknya untuk memutuskan hubungan dengan Ruqayah dan Ummu Kulsum, sehingga Rasulullah saw sebagai orang bau tanah merasa terpukul karenanya. 

Dalam satu riwayat, berdasarkan Ibnu Ishak, ketika Ummu Jamil mendengar Surat Al Lahab perihal dirinya serta suaminya, dia tiba dengan segenggam watu kepada Rasulullah saw yang sedang duduk di samping Ka'bah sambil ditemani oleh sahabat Abu Bakar r.a. Ketika sudah bersahabat kepada Nabi saw, Allah butakan matanya, sehingga Ummu Jamil tidak sanggup melihat dia dan hanya melihat Abu Bakar saja. 

Dengan nada kesal (Ummu Jamil) dia bertanya : Abu Bakar! mana temanmu itu? Saya dengar dia mengejek saya. Demi Allah, jikalau saja saya bertemu dia, akan kupukul dia dengan watu ini! Demi Allah, saya akan menjadi seorang penyair! kemudian dia bersyair : Aku durhaka kepada pencela dan saya tidak mau agamanya.

Setelah Ummu Jamil pergi, Abu Bakar ra bertanya  kepada  Nabi saw. Rasulullah apakah tuan melihat dia ketika dia melihat tuan. Rasulullah menjawab : Dia tidak sanggup melihat saya, Allah telah memalingkan matanya dari saya.

Demikianlah Abu Lahab dan istrinya terus menerus menentang keras dakwah Rasulullah saw dengan aneka macam cara tanpa mengingat hubungan tali persaudaraan dan kekeluargaan sama sekali.

Tempat tinggal Abu Lahab berdekatan dengan Nabi saw, sehingga hal itu menjadikan gangguan Abu Lahab makin terasa. tetapi kesudahannya Abu Lahab harus mendapatkan eksekusi Allah swt sebagaimana tersebut dalam surat Al Lahab, yang tak sanggup di bela dengan harta dan anak-anaknya, sedangkan di hari alam abadi nanti istrinya akan di masukkan kedalam siksaan neraka.

Ketika Islam diturunkan kembali melalui nabi Muhammad saw di tanah Arab waktu itu, sesungguhnya kondisi orang-orang Arab waktu itu sudah menguasai ilmu-ilmu sastra dan bahasa, terbukti masyarakat Arab waktu itu sudah banyak yang menjadi penyair yang ulung.

Pada ketika kitab Al Alquran diturunkan, orang-orang Arab waktu itu termasuk Abu Lahab dan istrinya juga yang lainnya sudah mengerti Arti dari ayat-ayat al Alquran yang di wahyukan itu, bahkan mereka sangat mengagumi ayat-ayat al Alquran itu lantaran mereka meyakini belum pernah mendengar kalimat-kalimat menyerupai itu.

Akan tetapi lantaran rasa takutnya terhadap kehilangan kedudukan dan kehormatan di mata masyarakat yang memandang bahwa ternyata dalam Islam semua insan itu punya kedudukan yang sama tidak ada bedanya dimata (Tuhan) Allah, yang menjadi pembedanya hanyalah ketakwaannya saja.

Hal inilah yang menjadikan para tokoh pembesar Quraisy waktu itu banyak melaksanakan penentangan dan penolakan terhadap seruan Rasulullah saw disebabkan mereka takut kehilangan kedudukan mereka di mata kaumnya.

Demikianlah cerita perihal Abu Lahab, yang semasa hidupnya dikenang dalam sejarah Islam begitu sangat bencinya terhadap baginda Rasulullah saw lantaran fatwa agama islam, sehingga Allah abadikan dalam sebuah surat dalam kitab Al Alquran untuk menjadi pelajaran bagi yang lain semoga jangan hingga berbuat menyerupai itu.

Wallaahu a'lam

Related : Kisah Bubuk Lahab

0 Komentar untuk "Kisah Bubuk Lahab"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)