Saya terbilang ketinggalan, Saya berasal dari Bandung tetapi baru-baru ini kesampaian ke kawah putih. Tak apalah, lebih baik telat dari pada tidak pernah (membela diri). Itu pun alasannya yakni si Adik saya yang mendorong saya untuk kesana.
Pagi hari, saya sudah start dari rumah tuk menjemput si Adik di Rancaekek, kami pergi naik transportasi umum, dari rancaekek naik kendaraan beroda empat elf jurusan ke Leuwipanjang, saya bayar 10 ribu hingga Leuwipanjang, kendaraan beroda empat elf tersebut berhenti bukan di dalam terminal namun berhenti di luar terminal, seluruh penumpang turun di pinggir jalan, kami eksklusif menyeberang jalan tuk menuju terminal. Terminal ini tidak mengecewakan cukup luas, kami tanya-tanya ke orang yang ada di terminal, dan orang yang kami tanya sungguh bagus lho, dengan mengarahkan kami ke tempat perberhentian transportasi jurusan ke Ciwidey. Sampailah kami di tempat ngetem.
Mereka ngetem hingga penumpang penuh, ketika kami kesana, penumpang masih sedikit, masih 5 orang. Target untuk sarat yakni 16 orang? Wow pengap sekali! Ya mau gimana lagi kendaraan yang menuju Ciwidey cuma kendaraan beroda empat L300 ini, berdoa saja mudah-mudahan selamat hingga tujuan. Ongkos ke Ciwidey cukup 12ribu/orang. Penumpang berdatangan, semua masuk dan kami siap meluncur ke Ciwidey, sepanjang jalan kami mencicipi kemacetan di wilayah Kopo, Bandung. Memang disini ada pasar dan banyak kendaraan berlalu lalang dari persimpangan.
Kami tiba di terminal Cibeureum, Ciwidey. Saya liat jam sudah mengambarkan pukul 12.00 wib. Perjalanan menyantap waktu kurang lebih 1,5 jam. Di terminal Ciwidey ini kami belum mengenali dimana angkot yang lazim menuju ke kawah putih. Saat kami keluar mobil, ada abang-abang yang menampilkan kami ke kawah putih, kami lantas tidak mau bersegera dengan naik ke angkotnya, kami tanya dahulu harga menuju kawah putih, kata si kakak sih cuma 100rb saja dan ia meyakinkan kami. “tuh si eneng yang berdua di warung juga mau ikut angkot saya” kata orang itu. Saya tidak lantas mengiyakan tetapi kami izin mau ke warung dulu, dengan pamit ke kakak itu.
Saat di warung, kami pesan bakso dan kami duduk akrab dengan dua wanita itu,
Dua orang wanita itu kelihatannya mereka mahasiswi dari Jakarta, kami kenal logat mereka. Mereka merasa apa yang dipersiapkan si Abang itu terlalu mahal, dan mereka berupaya tuk mengelak dari si kakak itu, mereka menggerutu dan merasa was was alasannya yakni merasa dinantikan oleh si kakak itu. Mereka jadinya mengelak dari si kakak itu, dua gadis itu jadinya pergi melalui belakang warung entah kemana mereka pergi.
Kita pun tidak mau jadi korban menyerupai dua gadis tadi, kami mengajukan pertanyaan ke ibu tukang bakso. “Bu, Klo mencari angkot yang ke arah kawah putih di sebelah mana ya?” “Oh mau ke kawah putih mah, kalian jalan aja ke belakang, disana ada angkot kuning, ngetem juga malah” kata ibu itu. Kami berterima kasih terhadap si Ibu sudah berbincang isyarat jalan yang benar dan tidak lupa saya mengeluarkan duit bakso tadi setelah itu, kami berlangsung melalui belakang warung dan jalan terus menuju belakang terminal, disana kami mendapatkan angkot kuning sedang ngetem, sedang mencari penumpang. Kami naik ke angkot beserta para ibu, mereka selesai belanja dari pasar yang bersebelahan dengan terminal Cibeureum ini.
Sepanjang jalan kami menyaksikan hamparan perkebunan teh, jalan naik turun, udara segar, sungguh sungguh takjub dengan panorama disini. Angkot disini berhenti di perhentian simpulan di situ Patengan. Tetapi kami tidak hingga simpulan tujuan angkot ini, kami cuma berhenti di wilayah kawah putih dahulu, kami tidak tahu berapa ongkos dari ciwidey ke kawah putih, maka dengan polos saya menanyakan berapa ongkosnya, sang sopir eksklusif bilang lima belas ribu. Akhirnya kami bayar 30ribu tuk berdua, sebenarnya mungkin sanggup kurang dari itu ongkosnya. Nanti sebuah ketika kesini lagi, saya tidak akan mengajukan pertanyaan berapa ongkos tetapi eksklusif kasih aja sepuluh ribu! Kemahalan? Hahaha sedikit mahal sih. biasa angkot di wilayah kami saja Cicalengka- Cileunyi PP cuma lima ribu rupiah
Kawah Putih
Kami turun dari angkot dan kami jalan ke dalam, di dalam pun sudah banyak wisatawan, ada bis pariwisata, motor-motor dan mobil-mobil pribadi yang terparkir di dalam. Kami eksklusif menuju ke loket, harga tiket kawah putih 25ribu dan tiket ontang anting 15ribu. Kami bayar 80ribu untuk berdua. Disana juga kami mendapati mahasiswa absurd yang protes terhadap kasir loket, mengapa protes? alasannya yakni ia merasa seorang mahasiswa akademi di Indonesia dan berharap diberikan harga tiket yang serupa dengan wisatawan lokal, soalnya tidak mengecewakan mahal tiket wisatawan mancanegara. Untuk kelanjutannya saya tidak mau mengelola mereka hehehe. Saya eksklusif naik angkot ontang-anting, kami di antarkan hingga ke kawah putih, Sopir angkot ontang-anting disini sudah expert sepertinya, jalan kecil naik turun berbelok-belok tetapi ngebut menyerupai kendaraan beroda empat Formula 1, kami hingga tidak lebih dari 25 menit menuju ke atas.
Di atas kami berfoto-foto, dan saya lupa tidak menenteng masker, ada anak yang menjajakan masker dan payung, saya beli masker saja lima ribu rupiah. Disana pun sering hujan kadang-kadang, tetapi ketika kami kesana Alhamdulillah tidak hujan besar, cuma hujan rintik sebentar. Saat turun tangga ke bawah menuju kawah, banyak yang menjajakan foto eksklusif jadi, kami menolak halus saja alasannya yakni kami menenteng kamera sendiri.
Saat nyaris mendekati kawah sudah tercium bacin tak sedap, bacin welirang yang di hasilkan kawah ini. Kami kemudian memakai masker, menyingkir dari bacin tak sedap. Lalu, Saat memandang sekitar kawah, Subhanallah betul-betul indah. Ternyata danau ini sesuka hatinya berubah warna, kadang biru, kadang hijau tosca. Kami menikmati keindahannya dengan berfoto-foto. Setelah puas di bawah (kawah putih), kami eksklusif beranjak ke atas, planning kami berikutnya yakni Situ Patengan. Kami turun dengan ontang-anting lagi, kita tidak usah bayar lagi alasannya yakni kita sudah bayar di permulaan bareng dengan pembayaran tiket.
Kami keluar dan berlangsung ke jalan raya, kami menanti angkot kuning kembali, tidak mengecewakan usang untuk mendapat angkot kuning tersebut, ketimbang bete gak karuan kami jajan bakso saja di jalan sambil menanti angkot. Setelah 30 menit menunggu, jadinya angkot tiba menghampiri kami, setiba di pos Situ Patengan kami bayar sepuluh ribu berdua.
Situ Patengan
Turun dari angkot kami eksklusif menghampiri pos masuk, petugas memberi karcis tertera Rp.18.000, kami eksklusif bayar, untuk meraih situ ini agak tidak mengecewakan jauh dari pos masuknya, tidak mengecewakan olahraga kaki lah, nyaris 500m kami berjalan, sampailah kami di situ ini.
Situ patengan ialah wilayah yang sesuai untuk leyeh-leyeh, istirahat dan untuk mengabadikan foto. Banyak kursi-kursi yang dipersiapkan di tempat ini, jadi tidak usah sakit kepala mau duduk dimana. Di tengah-tengah danau terdapat pulau cinta, memang bentuknya menyerupai hati, kami berencana ke pulau cinta tetapi cuaca tidak mendukung, dan penumpangnya pun sepi ketika itu, memang kami belum diberi jalan untuk kesana.
Di sekitar situ banyak pedagang yang membuka kedainya, jadi jangan khawatir kelaparan atau kehausan atau kedinginan, disana ada pedagang makanan, minuman dan pakaian. Kami menikmati kopi hangat di warung, sungguh hebat nikmatnya menikmati kopi di ketika udara dingin.
Waktu sudah nyaris sore, setelah berjalan-jalan di sekeliling situ, kami eksklusif beranjak dari zona tenteram untuk mencari angkot yang mau menuju terminal Cibeureum, kami sambil menelusuri jalanan yang lazim dilewati angkot, angkot disana tidak mengecewakan langka, ketekunan diuji disini hehehe.
Saat ada angkot kami eksklusif naik dan meluncurlah ke Ciwidey. Dalam perjalanan, kami mendapatkan tempat-tempat wisata, rekreasi air panas Cimanggu, perkebunan teh Walini, perkemahan Ranca upas dan Kawah Putih. Satu sama lain tempat ini saling berdekatan. Sampai di Ciwidey kami lanjut dengan kendaraan beroda empat L300 menuju Leuwipanjang dan disana dilanjut dengan naik Elf menuju Rancaekek.
Bagi turis yang rumahnya jauh, disini banyak hotel dan homestay yang siap untuk memuat pelancong, yang ingin menjelajah rekreasi di Bandung selatan ini, tidak cukup satu hari tuk menjelajah semua tempat rekreasi ini, maka direkomendasikan menyewa hotel atau homestay. Yang suka di alam, wilayah Rancaupas sungguh sesuai untuk berkemah.
Sekian cerita kami di rekreasi Bandung selatan, sebuah hari kami akan menjelajah kembali, pengalaman pertama sanggup mematangkan itinerary selanjutnya, apabila Tuhan menghendaki, Amin. (8 Mei 2015)
Total ongkos yang dikeluarkan Start dari Leuwipanjang:
Leuwipanjang-Ciwidey =Rp. 12.000x2=24.000/orang PP
Ciwidey-Kawah = Rp. 15.000
Tiket kawah = Rp. 40.000
Kawah putih-situ patengan = Rp. 5.000
Tiket Situ patengan = Rp. 18.000
Situ Patengan-Ciwidey = Rp. 15.000
Jajan = 40.000 (Optional)
Total = Rp. 157.000
Selasa, 2 Agustus 2022 (-+7 tahun kemudian)
Tidak terasa sudah ke sini lagi sejak 7 tahun yang lalu. Suasanan Ciwidey Khususnya jalanannya masih tetap sejuk dan lezat dipandang mata. Nah, yang berlawanan dari tahun 2015 yakni angkot agak jarang ketika itu. Angkot satu dengan yang yang lain dihentikan saling mendahului saking minimal angkot pada ketika itu. Angkot berwarna kuning jurusan Ciwidey Situ patengan tersebut ketika ini sudah tak terhitung jumlahnya. Kaprikornus tidak sukar untuk mencari kendaraan transportasi tanpa mesti menanti usang menyerupai dulu.
Angkot kuning jangan hingga lepas |
Ke area Situ Patengan dahulu ketika di jalan eksklusif dicegat boleh petugas karcis pos akrab dengan jalan eksklusif menyerupai pos loket di pantai Parangtritis. Sekarang sudah tidak menyerupai itu lagi Sob. Sekarang sudah dipersiapkan jalur untuk ke situ patengan ke arah kanan. Ke arah kiri yakni jalur utama jalan menuju arah pantai selatan yang tidak akrab jaraknya alias mesti menempuh beberapa puluh kilometer lagi.
Temuan gres Sob pagi penyuka kereta api ternyata dahulu Ciwidey ialah kota yang dilalui rel kereta api yang dibuktikan ada bangunan berupa jembatan rel yang berdiri kuat di atas sungai. Jembatan tersebut tidak berfungsi untuk kereta lagi namun dijadikan jalan untuk pejalan kaki dan satu motor untuk melalui saja. Dulu ada jurusan kereta Ciwidey ke arah Bandung dan sebaliknya. Mimin pun tidak ada niat untuk menyaksikan rel kereta ini, secara kebetulan saja mimin ketika berkendara motor menengok ke sebelah kiri dengan rasa heran kok ada jembatan di atas sungai sambil termenung. Eh tanpa pikir panjang mimin eksklusif berhenti dan membelokkan motor ke arah jalur rel yang akrab dengan jalan raya Ciwidey Soreang. Langsung saja mimin bawa motornya ke arah jembatan. Ngeri ngeri sedap gitu ketika berkendara motor d atas jembatan yang sempit. Sekali lengah sanggup eksklusif jatuh ke bawah, seremkan hhi. Mimin ketika menyeberangi jembatan ini dengan fokus tinggi. Sayang mimin tidak sanggup mengabadikan melalui jembatan tersebut dengan video alasannya yakni mimin sendirian. Kalau mimin menyetir sambil main HP sungguh membahayakan diri Sob. Kaprikornus mimin cari kondusif saja.
Rel mati di Jembatan rel Ciwidey |
Sepanjang jalan Ciwidey tidak usah khawatir mencari alfa dan indo kini sudah ada di mana-mana alfa indo paling simpulan atau paling ujung cuma hingga MS Hotel. Kaprikornus sebelum ke Kawah Putih atau Patengan misal lupa bawa peralatan sanggup mampir di alfa yang terakhir ini alasannya yakni jikalau sudah ke Kawah dan ke Situ Patengan sudah tidak ada alfa atau indo. Bisa bolak balik tetapi niscaya rasa malas tuk bolak balik ya Sob hhe.
Hang out di hadirmart yang paling ujung |
Hari non weekend memang sempurna dikunjungi alasannya yakni tidak crowded menyerupai di simpulan weekend. D parkiran kawah saja sepi sekali tetapi mungkin naik ontang antingnya mesti nunggu tamu lain biar sanggup jalan ke atas hhe.
0 Komentar untuk "Jalan-Jalan Ke Kawah Putih Dan Situ Patengan"