Gambar: panorama desa di Cibugel, Sumedang |
Ini yakni pengalaman perjalanan kami berkendara motor dari Gantar Indramayu menuju Cibugel Sumedang atau petualangan dari Sumedang pecahan barat bahari menuju Sumedang pecahan Tenggara (lumayan jauh dari ujung ke ujung). Kami mengambil jalan alternatif ini mudah-mudahan perjalanan cepat hingga menuju program kawan kami yang beralamat di Cibugel Kabupaten Sumedang.
Kami mengawali perjalanan dari Gantar Indramayu, kami sudah merencanakan barang bawaan utamanya yang berhubungan dengan program seumpama baju ganti dan jangan lupa amplop hehe.
Kami bercerita dengan jalan-jalan pintas yang menurut kami ialah poin-poin dari perjalanan kami. Ok cekidot
Gantar-Bantarhuni
Kami berawal dari Gantar menuju Bantarhuni, jalan lurus tanpa belokan belokan yang curam terhampar dari utara ke selatan dengan panjang yang kami kira-kira ukur sepanjang 10 km. Di jalan ini kami melintasi Tol Cipali. Banyak warga sekitar yang menyebabkan jalan ini selaku objek rekreasi gratisan untuk berfoto selfie dengan latar belakang Tol Cipali.
Bantarhuni-Sanca
Sampai di Bantarhuni Kami menyebrang jalan dan jalan lurus menuju Sanca kami tempuh sekitar kurang lebih 5 km. Saat menerima plang isyarat arah berwarna hijau kami membelokkan motor kami ke arah kiri, tujuan Sumedang. Bila ke arah kanan tujuan Subang dan Jakarta.
Jalan Sanca-Buahdua
Masuk di jalur alternatif Sanca tidak mengecewakan udara sejuk kami tidak kepanasan. Hanya saja jalannya sempit naik turun, berkelok-kelok dan banyak jurang, dan kami sungguh hati-hati di saat melalui jalur ini. Sempat di saat di tanjakan saya yang berboncengan mesti turun dari motor lantaran motor tidak besar lengan berkuasa menanjak lantaran ditanjakan ada jalan yang rusak dan berlubang. Saat kami nyaris hingga di Buahdua ada plang penanda jalan berwarna hijau, kami pilih ke arah kiri yang menuju Buahdua.
Buahdua-Conggeang
Buahdua di sekarang ini sudah ramai ada pasar, bank, polsek dan tempat-tempat penting lainnya. Disini sudah ramai dengan banyak rumah penduduk. Kami merasa kondusif dari kesepian di saat melalui kec. Buahdua Sumedang ini. Di ujung final Kec.conggeang ini kami melalui plang kembali ke kiri menuju Ujungjaya dan ke kanan menuju Legok. Kami menegaskan ke arah kanan yakni jalan Legok.
Conggeang-Legok
Jalan legok-Conggeang nyaris sama di saat kami melalui kecamatan Buahdua. Rumah warga tidak mengecewakan padat dan kami mengikuti jalan besar saja tidak sakit kepala dengan jalan bercabang. Tapi jalan disini sudah tidak bagus, di saat kami melintasi jalan ini, kami tidak mengecewakan mengantri lantaran jalanan rusak. Dan udara disini sudah mulai panas dan kami tidak mengecewakan berkeringat di saat mengantri dengan kendaraan lain. Antrian disebabkan di depan akan menerima persimpangan jalan menuju jalan utama Bandung-
Cirebon. Saat kami keluar jalan kami ambil ke kiri menuju ke Cirebon lantaran kami akan mengambil jalan alternatif kembali sekitar 100m di depan. Bila menuju arah kanan dan menyeberang itu menuju Kota Sumedang dan ada jalan utama menuju Wado. Tapi kami pilih ke kiri untuk mengambil jalan alternatif kembali.
Jalur alternatif Legok-Situraja
Setelah mengisi bensin full sempurna di seberang jalan Legok-Conggeang. Kami masuk ke jalan alternatif Cibeureum tujuan jalan utama arah kec. Situraja (jalan utama menuju Sumedang-Wado). Jalanan disini kami sempat tidak besar lengan berkuasa menanjak di saat naik turun bukit lantaran tanjakan yang curam dan belokan yang sungguh curam juga. Kami nyaris terjatuh di saat tanjakan curam ada jalan yang rusak. Saya yang dibonceng eksklusif turun untuk mendorong motor melaju di jalan aspal yang bagus.
Saat turunan dengan belokan yang tajam kami sempat was-was lantaran disini mesti rem extra kami rem belakang dan depan untuk menghentikan laju turunan dengan tikungan yang tajam apabila kami tidak bisa mengatur motor kami atau remnya tidak anggun bisa-bisa kami jatuh terjerembab ke jurang yang di bawahnya persawahan.
Disini menurut kami medannya paling berat, sehabis menyedot tenaga di jalur sanca kami tidak mengecewakan kekurangan tenaga di jalur alternatif ini. Dan di sini apabila menggunakan GPS tidak menolong maka lebih baik mengajukan pertanyaan terhadap warga. Disini tidak mengecewakan banyak jalan bercabang apabila kita tidak mengajukan pertanyaan nanti kecapekan sendiri putar-putar di kampung orang hehe. Jalur ini tidak jauh berlawanan denga jalur Sanca, dan nilai lebihnya lebih ekstrim di saat turunan curam yang membelok ke arah kiri dan berikutnya menanjak dengan jalan yang rusak. Setelah itu kami hingga di jalan utama, tepatnya kami berada di kecamatan Situraja Sumedang.
Jalur utama Kota Sumedang-Wado (Situraja-Darmaraja)
Jalur utama menuju Wado kami tidak mengecewakan bernapas lega sehabis dari tadi melalui jalan yang ekstrim. Jalan disini tidak mengecewakan lebar dan ramai. Saat kami melalui jalur ini kami dihidangkan panorama desa yang asri dan kami sungguh kagum dapat menyaksikan waduk yang kini sedang dialiri air yakni waduk Jatigede. Nampak dari jalan raya terlihat waduk Jatigede yang sudah terlihat airnya, seakan-akan kami seumpama menyaksikan ada laut.
Sungguh saya sungguh kagum menyaksikan waduk ini. Eitss jangan terlena ya, Sobat mesti berkendara denga fokus sarat hehe
Dok. Pribadi: Saat melalui jalan utama Wado nampak waduk Jatigede |
Saat sudah hingga di Darmaraja ada polisi. Polisi mengarahkan kendaraan roda dua atau empat yang ingin menuju Wado tidak diizinkan lantaran disana mengalami banjir. Makara kendaraan dialihkan ke jalur alternatif Darmaraja-Cibugel.
Jalur alternatif Darmaraja-Cibugel
Kami masuk menyusuri jalur ini, jalan ini tidak jauh beda denga jalur alternatif sebelum-sebelumnya. Jalan yang berkelok-kelok, naik bukit, turun bukit melalui hutan, tikungan yang tajam di saat tanjakan dan turunan. Disini kami sudah nyaris kekurangan tenaga sehabis istirahat dari jalanan yang lazim kembali ke jalanan yang ekstrim kembali. Jalur ini beraspal tidak mengecewakan anggun tetapi mesti hati-hati tidak kebut-kebutan lantaran disini banyak rumah warga juga tikungan yang curam. Harus damai dan keadaan tetap mesti prima.
Setelah 1 jam perjalanan, sampailah kami di kecamatan Cibugel. Kami mengajukan pertanyaan di sekeliling pertigaan bersahabat dengan tukang ojek. Kami menepi di suatu toko dan kami mengajukan pertanyaan dengan maksud menuju hajatan(nikahan) dan dengan baik hati pemilik toko mengarahkan kami ke tempat hajatan. Dan memang tidak jauh dari situ, kami sudah menyaksikan janur kuning dengan nama kawan kami yang tertulis di janur kuning tersebut.
Dok. Pribadi: Foto bareng pengantin dan kawan sekolah, mantap! |
Alhamdulillah dengan santunan GPS ponsel cerdas dan GPS mengajukan pertanyaan terhadap warga sekitar, balasannya kami hingga sempurna pukul 12.00 wib. Tanpa kesasar di jalan. kami menghabiskan perjalanan dari mulai jam 9 pagi, jadi sekitar 3 jam perjalanan ekstrim Sob. Sumedang ini mempunyai alam yang sungguh asri nan indah. Walau perjalanan yang bikin kecapekan namun kami sungguh kagum dengan alam tempat ini yang indah. Selamat berpetualang Sob!
0 Komentar untuk "Menghadiri Seruan Di Cibugel Sumedang"